Awal Pertemuan Yang Menyeramkan

...***...

Alea sudah bersiap diri untuk segera pergi ke rumah Ny. Indah. Kebetulan hari ini Alea memakai kaos putih lengan panjang bawahan celana kulot plisket, dan seperti biasa rambutnya diikal.

Entah kenapa Alea tiba-tiba berselera ingin penampilan perfect, padahal ia cuman akan ke rumah Ny. Indah dan bekerja sebagai seorang suster.

Tapi yang namanya selera, tidak bisa dipaksa untuk diubah.

"Ibu ... Nenek, Alea berangkat dulu," ucap Alea agak berteriak.

Tak lama Ibu dan Nenek Alea datang menghampiri Alea di dekat pintu depan. Mereka tertegun melihat Alea sudah berpenampilan rapih.

"Loh Alea, kamu mau kemana?" tanya Nenek Alea.

Alea mulai berpikir mencari alasan. Pasalnya ia belum menceritakan kejadian kemarin kepada Ibu dan Neneknya.

"Hmm itu ... Alea mau ke rumahnya Lisa. Sekalian cari kerja bareng dia," jawab Alea, terpaksa bohong.

Kemudian Alea menutup matanya sekilas, berkata maaf dalam hati.

'Maafkan aku Ibu ... Nenek. Alea nggak bermaksud berkata bohong kepada kalian. Cuman ini belum waktunya aja untuk menceritakan tentang Tante Indah ke kalian. Nanti kalau Alea sudah tau mengenai anaknya Tante Indah, Alea pasti akan menceritakan ke kalian secepatnya.'

"Ya sudah ... jangan lupa selalu semangat dan berdo'a ya, Nak. Ibu dan Nenek do'akan semoga kamu berhasil cari kerjanya," ucap Ibu Alea seraya membelai lembut rambut putrinya.

Alea mengangguk kecil. Kemudian ia mencium tangan Ibu dan Neneknya secara bergantian.

Setelah itu Alea bergegas pergi dengan tak lupa mengucap salam.

***

Alea turun dari angkot, lalu menyusuri jalanan yang tidak terlalu dipadati kendaraan. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri melihat setiap nomor rumah untuk dicocokkan dengan alamat yang dikirim oleh Ny. Indah.

Tring!

Pesan whatsapp tiba-tiba muncul dari layar handphone-nya. Setelah Alea lihat, ternyata dari Adit, kekasih Alea.

[Hay Alea, hari ini kamu sibuk nggak? Aku mau ajak kamu jalan.]

Alea terpaksa mengabaikan pesan dari Adit karena ia harus cepat-cepat sampai ke rumah Ny. Indah.

'Pasti Tante Indah sudah lama menunggu.' begitulah yang ada di pikiran Alea.

Ia pun segera mempercepat langkahnya. Dan akhirnya Alea menemukan rumah Ny. Indah yang terletak di pinggir jalan.

Alea terpaku melihat rumah Ny. Indah yang megah dan mewah bak istana. Bahkan rumah bercat putih itupun dipenuhi dengan tanaman bunga yang menghias di halaman depan rumah.

Sungguh menyenangkan bila Alea mempunyai rumah sebesar ini.

Tingnong!

Alea menekan bel rumah yang berdekatan dengan pagar. Tak lama seseorang dari dalam membuka pagar tersebut.

Lantas bibir Alea membentuk senyuman mengembang karena yang membukanya adalah pemilik rumah sendiri, yakni Ny. Indah.

"Assalamualaikum, Tante," ucap Alea.

"Waalaikumsalam, Alea. Ayo masuk." Ny. Indah langsung mempersilahkan Alea untuk masuk ke dalam.

Alea menurut. Langkahnya mulai beriringan dengan Ny. Indah menuju interior rumah.

Lagi-lagi Alea dibuat takjub dengan kemewahan rumah Ny. Indah dari dalam. Ruangannya begitu bersih dan wangi, peralatan serta perlengkapan di sana ditata sangat rapi.

Tapi Alea heran kenapa di rumah sebesar ini suasananya sangat sepi seolah yang menghuninya hanya dua orang.

"Tante, kalau boleh tau para pekerja di sini pada kemana?" tanya Alea to the point.

"Kebetulan mereka sedang pulang kampung. Tapi hanya untuk sementara waktu. Beberapa hari lagi mereka juga akan kembali ke sini," jawab Ny. Indah.

Alea manggut-manggut mengerti. Tapi ada satu hal lagi yang ingin ia tanyakan. "Lalu keluarga Tante?"

Raut wajah Ny. Indah seketika berubah ketika Alea menanyakan hal tersebut. Raut wajah sedih. Tentu saja Alea yang melihatnya merasa tidak enak hati.

"Hmm Tante, maaf. Alea nggak bermaksud nanyain hal itu. Alea hanya--"

Ucapan Alea terpotong oleh Ny. Indah. "Nggak papa kok, Alea. Nanti kalau ada waktu, Tante akan ceritakan tentang keluarga Tante ke kamu."

Alea mengangguk.

"Nak Alea, ayo ikut Tante," ajak Ny. Indah seraya mencekal tangan Alea.

"Kemana, Tante?" tanya Alea.

"Menemui anak Tante," jawab Ny. Indah dengan senyuman.

Alea terdiam. Merasakan jantungnya kembali berdetak lebih cepat. Padahal ia baru mau diajak bertemu.

"Ayo, Nak." Ny. Indah langsung menarik lembut tangan Alea menuju suatu tempat. Alea sendiri penasaran dimana anak Ny. Indah saat ini.

***

Ny. Indah membawa Alea ke suatu kamar yang berada di lantai atas. Tampak kamar tersebut dikunci dan digembok rapat-rapat dari luar.

Tentu saja hal itu membuat Alea terkejut dan merasa bingung.

"Loh Tante, kenapa pintu kamarnya dikunci dan digembok?" tanya Alea.

"Tante hanya takut anak Tante tiba-tiba keluar kamar tanpa sepengetahuan Tante, makannya Tante kunci dari luar," timpal Ny. Indah.

Alea mengangguk paham. Tapi entah kenapa hatinya tiba-tiba tidak tenang setelah melihat kamar yang terletak dipojok rumah itu digembok cukup rapat.

Seseram itukah anak Ny. Indah? Apapun itu, Alea mencoba positif thingking. Meskipun pikirannya selalu berpikir kalau anak Ny. Indah adalah seorang monster gila.

"Sebentar, Tante buka dulu kamarnya," ucap Ny. Indah seraya melangkah mendekati pintu.

Tubuh Alea mendadak gemetar. Mendengar kamar akan dibuka saja keberaniannya mulai menciut, seolah pintu beban akan datang menghampirinya.

'Alea, tenang. Anak Tante Indah adalah manusia sama sepertimu. Hanya saja dia sedang sakit, entah sakit apa yang diderita olehnya.' batin Alea, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Ceklek ....

Ny. Indah membuka pintu kamar tidak terlalu lebar. Ia pun menoleh ke arah Alea yang terlihat tegang.

"Loh Alea, kamu kenapa?" tanya Ny. Indah merasa heran.

Alea menggeleng sambil menunjukkan senyum meyakinkan.

"Ya sudah, masuklah dan temui anak Tante," ucap Ny. Indah.

"Hah? M-masuk?" Entah kenapa bicara Alea menjadi terbata-bata.

"Iya, masuk. Tapi Tante mohon sama kamu Alea, bicara baik-baik dengan anak Tante. Semoga saja dia mau dirawat sama kamu," ujar Ny. Indah.

'Kalau anaknya gak mau gimana? Terus karena saking gak maunya, dia bakal nyerang aku lagi.' batin Alea resah.

"Alea, kalau kamu mau masuk ke kamar duluan, masuk aja ya. Tante mau ambil sesuatu dulu," ujar Ny. Indah seraya membelai lembut rambut Alea.

Alea mengangguk. Kemudian Ny. Indah pergi meninggalkan Alea seorang diri di depan kamar anaknya.

'Ya Tuhan, aku harus apa? Masuk atau enggak ya?' batin Alea bingung, menatap pintu kamar yang sedikit terbuka.

Sejenak Alea menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan. Ia sudah buat keputusan. Keputusan untuk segera masuk ke dalam dan menemui anak Ny. Indah.

'Okey Alea, fighting!' Alea kembali menyemangati dirinya sendiri.

Dengan langkah yang cukup gemetar, ia masuk ke dalam kamar dengan tak lupa membaca bismillah dan do'a. Berharap Tuhan melindunginya dari hal yang buruk.

Kini Alea sudah berada di dalam. Tampak seisi kamar sangat gelap. Tidak ada cahaya yang menyinari setiap sudut. Hal itu membuat Alea sulit untuk melihat keberadaan anak Ny. Indah.

'Apa lampu di sini padam? Kenapa anak Tante Indah suka sekali berada di dalam kamar yang gelap?' batin Alea merasa heran.

"Permisi! Apa ada orang?" Alea memberanikan diri untuk membuka suara. Berharap anak Ny. Indah akan menyahut.

Namun nyatanya belum ada suara yang terdengar di telinga Alea. Alea terus melangkah, lalu berhenti sejenak karena merasakan ada barang yang berserakan di sekitarnya.

'Astaga, kenapa di sini berantakan sekali?'

Alea pun mengambil handphone dari dalam tas kecilnya untuk menyalakan senter melalui handphone-nya. Setelah senter dinyalakan, kini Alea bisa melihat keadaan sekitar meski samar-samar.

"Hello, kamu bisa mendengarku? Kamu ada dimana sekarang?" tanya Alea pada anak Ny. Indah yang sampai sekarang belum terlihat wujudnya.

Prang ....

Sesuatu seperti dijatuhkan dengan sengaja oleh seseorang. Alea yakin pasti itu perbuatan anak Ny. Indah.

"Sebenarnya kamu dimana? Tolong tunjukkan dirimu. Aku ke sini ingin merawatmu," ujar Alea sesekali melirik ke kanan dan ke kiri, was-was anak Ny. Indah akan menyerangnya dari arah samping.

Hening. Tak ada respon.

Tetapi Alea masih penasaran, apakah anak Ny. Indah itu laki-laki atau perempuan. Kalau laki-laki, Alea merasa bakal susah untuk diatur apalagi dirawat. Tapi kalau perempuan, bisa lah untuk Alea diajak kompromi.

Alea berharap sih anak Ny. Indah perempuan bukan laki-laki.

Buggg ....

Alea merasakan sebuah bola mengenai punggungnya. Alea yakin pasti anak Ny. Indah yang melempari ke arahnya.

Alea pun segera berbalik badan dan nyatanya tidak ada siapapun di belakangnya. Hanya ada bola yang tergeletak di depannya.

Alea pun berjongkok untuk mengambil bola basket. Sebelum berdiri, netranya menangkap bayangan seseorang yang seperti akan menghampirinya.

Kini bukan hanya bayangan saja yang Alea lihat, melainkan kaki seseorang. Lantas mata Alea membulat ketika menyadari kaki tersebut bukan kaki perempuan, melainkan laki-laki.

'Jadi? Anak Tante Indah cowok?' batin Alea yang mulai panik tak karuan.

Alea pun mendongak untuk melihat anak Ny. Indah, tentunya dengan bantuan senter handphone.

Seketika Alea terbelalak dan terkejut hebat melihat anak Ny. Indah adalah seorang cowok yang memilki wajah menyeramkan, bahkan di tangannya terdapat sebuah pisau.

"AAAA ... ADA HANTU ... EH, BUKAN ... ADA MONSTER. TOLONG ADA MONSTER DI SINI," teriak Alea sekencang-kencangnya.

Kemudian Alea langsung berlari keluar dari kamar dengan membawa suasana hati yang tidak menentu. Panik ... takut ... tegang ... was-was, semua perasaan itu bercampur dalam hatinya.

Dughhh ....

Saking takutnya, Alea tak sengaja menabrak seseorang. Dan setelah dilihat, ternyata Ny. Indah. Alea pun sedikit lega, meski perasaan takut dan panik masih menyelimuti hatinya.

"Loh kamu kenapa, Alea?" tanya Ny. Indah cemas saat melihat keringat bercucuran di sekitar dahi Alea.

Alea menggeleng dengan napas yang terengah-engah.

"Apa kamu melihat sesuatu?" tanya Ny. Indah lagi.

Alea mencoba untuk mengatur napasnya, lalu menunjuk ke arah kamar. "Tante, apa anak Tante ada di dalam?" Alea balik bertanya.

"Iya, anak Tante ada di dalam. Dia tidak kemana-mana."

"Apa anak Tante cowok?"

"Iya, anak Tante cowok. Namanya Iqbal Riandra Keanny."

Detik ini ... menit ini ... jam ini, akhirnya Alea tau siapa nama cowok yang akan ia rawat. 'Nama yang keren.' Begitulah yang ada di pikiran Alea.

Tapi Alea heran mengapa nama sebagus dan sekeren itu berbeda dengan aslinya. Orang yang Alea lihat barusan sangat menyeramkan, persis seperti yang ia bayangkan sejak kemarin.

"Tapi Tante ... kenapa anak Tante menyeramkan seperti monster? Apa dia beneran seorang monster?" tanya Alea.

Pertanyaan Alea yang melantur membuat Ny. Indah menunduk sedih. Tentu saja Alea yang menyadarinya merasa tidak enak hati dan merasa bersalah karena telah lancang bertanya seperti itu.

'Astaga, ini mulut ya ampun.' batin Alea sambil memukul-mukul mulutnya berulang.

"Tante ... Tante ... maafin Alea. Alea nggak bermaksud bertanya hal itu. Tadi Alea hanya kaget aja lihat wajah anak Tante, makannya Alea enggak sengaja bertanya yang aneh-aneh. Maafin Alea, Tante," ucap Alea, merasa sangat bersalah.

Ny. Indah tersenyum. Kemudian ia meraih kedua tangan Alea dan menggenggamnya sangat erat.

"Enggak papa, Alea. Tante maklumi itu. Sebenarnya Iqbal sering corat-coret wajahnya sendiri pakai spidol, makannya jangan kaget saat melihat wajah Iqbal yang menyeramkan. Kemarin Tante sudah membersihkan wajahnya, tapi dia bandel kotorin wajahnya lagi," jelas Ny. Indah.

Alea tersenyum canggung. Padahal dalam hati ia kaget mendengar penjelasan Ny. Indah. Apakah Iqbal tidak waras? Kenapa ia melakukan itu seolah seperti orang gila?

"Oya Alea, pegang bunga ini. Iqbal suka sekali dengan bunga melati. Mungkin bunga ini akan berguna untukmu nanti." Ny. Indah memberikan setangkai bunga melati kepada Alea.

Alea mengambilnya, setelah itu mengernyitkan dahi tak mengerti apa maksud perkataan Ny. Indah barusan.

"Ayo, temui Iqbal lagi," ajak Ny. Indah seraya menarik tangan Alea masuk ke dalam kamar.

Alea hanya menurut. Sebenarnya Alea ingin izin pulang karena tak sanggup bila nanti Iqbal tiba-tiba menyerangnya. Tapi apalah daya, Alea sudah berjanji pada dirinya sendiri akan membantu Ny. Indah.

Saat tiba di dalam, Alea tercengang melihat seisi kamar tampak terang. Bukan gelap lagi seperti sebelumnya.

Bahkan kini Alea bisa melihat setiap sudut kamar dengan jelas. Banyak sekali barang di sana yang berserakan dimana-mana, termasuk ranjang tidur sekalipun.

Alea heran apa yang dilakukan Iqbal pada kamarnya. Apa Iqbal tidak suka dengan dekorasi kamar?

"Ho!" Mata Alea membulat sempurna saat melihat Iqbal tiba-tiba muncul dari balik kamar mandi seraya mengarahkan pisau ke arahnya.

'Ya Tuhan, apa yang akan dilakukan Iqbal padaku? Apa dia akan menyerangku dan melukaiku?' batin Alea, yang mulai panik tak karuan.

...TBC .......

...Jangan lupa kasih dukungan buat author ya ❤...

Terpopuler

Comments

Hasniar Nihyar

Hasniar Nihyar

aku deg deg an,,hufff

2022-02-11

2

Kinan Rosa

Kinan Rosa

thor aku bacanya deg degan

2022-02-09

2

Sushie Ajjah

Sushie Ajjah

Tor.... Q nyesek bacanya🥺🥺😭
Q jadi ingat keponakanQ yang kena gangguan jiwa
yang pernah kabur..... ntahlah apa yang membuat jiwanya terggangu

2022-02-06

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!