3

Mansion Diego, yaitu sebuah mansion besar nan mewah bercat kuning keemasan. Mansion itu tampak seperti istana.

Ada salah satu ruangan kamar bercat abu-abu gelap yang dipenuhi lampu hias berwarna keemasan. Ruangan kamar itu dihiasi dengan benda-benda langit dan didominasi oleh bulan. Di kamar tersebut, Savanna tampak serius belajar. Gadis itu sesekali mengecek ponselnya dan membalas chat dari teman-temannya.

Rida : Sava! Kau pasti akan menjadi juara umum sekarang!

Nefa : Savanna kita sangat cerdas. Dia bisa meraih juara 1 semester ini.

Tia : Semangat, Savanna!

Savanna tersenyum melihat itu. Ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 9 malam. Gadis itu mengambil lembar ulangan yang bernilai A+. Ia berjalan keluar dari kamarnya dengan ekspresi bahagia.

Ia akan menuruni tangga, tapi Savanna melihat ayahnya yang tak lain adalah Alfonso Diego sedang berbicara dengan tamu di lantai bawah. Gadis itu melihat percakapan mereka begitu serius. Tadinya ia ingin menunjukkan nilai ulangannya. Tapi, karena ayahnya tampak sibuk, Savanna mengurungkan niatnya. Ia kembali ke kamar.

Lembar hasil ulangan itu ia letakkan ke meja lalu gadis itu mematikan lampu utama menyisakan lampu hias yang menyala dan berkedip-kedip lambat. Gadis itu menatap lampu hias bulan dan bintang yang berukuran lebih besar dari lampu hias lainnya di langit-langit kamar.

Tampaknya Savanna tidak bisa tidur. Gadis itu kembali beranjak dari tempat tidurnya lalu membuka gorden. Ia melihat bulan purnama di langit. Savanna tersenyum melihat bulan yang bersinar terang malam itu.

Ia membuka jendela. Terpaan angin malam menyambutnya. Rambut panjang Savanna bergerak-gerak. Gadis berkulit pucat itu merentangkan kedua tangannya.

Savanna memilih keluar dan duduk di sofa balkon. Ia melelapkan tubuhnya di sofa sambil menatap bulan. Perlahan kedua matanya menjadi sayu dan tertutup. Ia pun tertidur.

Keesokan harinya, Savanna bangun. Ia mendapati dirinya tidur si sofa balkon. Gadis itu segera pergi ke kamar mandi. Setelah membersihkan diri, Savanna memakai seragamnya. Ia juga memakai gelang tali dengan beberapa bulan sebagai hiasannya. Gadis itu sangat menyukai bulan tampaknya. Bahkan ia memiliki tato bulan sabit kecil di bagian dalam celah jari kelingkingnya.

Gadis berusia 17 tahun itu mempunyai wajah yang cantik. Matanya yang bulat sayu, hidung mancung, bibir berwarna merah muda merekah. Alisnya yang jarang tampak tersusun rapi. Tubuhnya ramping meski tidak terlalu tinggi dan kulitnya berwarna putih pucat. Rambut hitamnya panjang sepinggang. Bagian depannya berponi.

Savanna memasuki mobilnya. Ia pergi ke sekolah diantar oleh bodyguard.

Sesampainya di sekolah, Savanna berjalan menaiki tangga menuju ke kelasnya dengan ekspresi ceria. Beberapa siswa yang duduk di pinggir tangga menyapanya.

"Savanna."

Savanna hanya tersenyum. Para lelaki itu juga tersenyum. Setelah Savanna pergi, mereka saling berbisik.

"Dia cantik sekali."

"Parfumnya wangi."

"Siapa pun yang berpacaran dengannya pasti beruntung punya pacar secantik dia."

Savanna sampai di kelasnya, yaitu kelas XII-IPA-A yang merupakan kelas unggulan. Beberapa teman sekelasnya menyapa. Ia pun bergabung dan berbincang-bincang dengan mereka.

Saat bel masuk berbunyi, guru membagikan lembar soal ulangan. Para murid pun tampak mengisi lembar jawaban dengan serius, termasuk Savanna.

Kelas menjadi sunyi selama ulangan berlangsung. Kertas kotretan Savanna tampak sudah penuh. Bel berbunyi nyaring membuat para siswa ketar-ketir. Guru mengumpulkan semua lembar jawaban.

...🌙🌙🌙...

^^^11.12 | 2 Juni 2021^^^

^^^By Ucu Irna Marhamah ^^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!