Dua bulan kemudian.
Bersama bodyguard-nya, Vernon pergi ke pinggiran kota. Beberapa orang yang dilewati oleh mobil mobil Vernon menoleh. Bahkan anak-anak kecil berlarian mengejar mobil itu.
Mereka pun tiba di sebuah rumah sederhana.
Saat ini Vernon tengah duduk berhadapan dengan seorang pria yang tampaknya lebih muda darinya.
"Teddy, sekarang jujur padaku, apa yang terjadi?" Tanya Vernon yang menahan amarah.
"Maafkan aku, seharunya aku mengatakan ini dari awal," kata pria bernama Teddy itu dengan ekspresi penuh penyesalan.
"Kau tahu di mana Paulina?" Tanya Vernon serius.
"Kak Paulina sudah meninggal." Jawaban Teddy yang merupakan adiknya Paulina itu membuat Vernon terkejut. Ia menarik kerah kemeja Teddy.
"Jangan sembarangan! Apa ini perbuatan geng Diego? Apa yang mereka lakukan pada Paulina?!" Teriak Vernon.
Teddy menelan saliva. "Putrinya Alfonso, ketua geng Diego sakit. Dia membutuhkan donor jantung sesegera mungkin. Karena darahnya yang langka, mereka tidak bisa menemukan donor yang cocok. Kak Paulina memiliki darah yang cocok. Mereka mengambil jantungnya."
Butiran bening menetes dari sudut mata Vernon. Ia mencerna ucapan Teddy, tapi pria itu berharap jika yang diucapkan oleh adik iparnya itu tidak benar-benar terjadi. Pria itu mengeratkan cengkeramannya.
Teddy melanjutkan bercerita, "Awalnya ayah kami adalah orang kepercayaan Tuan Alfonso, tapi ayah kami mengkhianatinya dan membawa sejumlah uang dari kas geng Diego. Karena itu, mereka mengejar Ayah. Saat dalam pengejaran, Ayah meninggal karena mobil yang dikendarainya masuk jurang. Geng Diego mendatangi kami dan memaksa kami untuk membayar hutang Ayah. Sebagai kakak tertua, Kak Paulina berjanji akan membayar semua hutang Ayah. Dia masuk geng Diego dan bekerja tanpa dibayar untuk melunasi hutang Ayah selama ini sebelum bertemu denganmu."
Vernon melepaskan cengkeramannya dari kerah baju Teddy. Pria itu mengusap kasar rambutnya ke belakang.
"Jika aku boleh jujur, sebenarnya Kak Paulina menikahimu karena dia tahu kau orang kaya. Dia berharap kau membantunya melunasi hutang Ayah. Tapi, meskipun kau membantunya, ternyata mereka tetap membunuh Kakak," kata Teddy sedih.
"Di mana jasad Paulina sekarang?" Tanya Vernon dengan suara bergetar.
Teddy memberitahunya. Pria itu membawa Vernon ke pemakaman milik keluarga Paulina.
Vernon berdiri di samping makam baru itu. Ada nama Paulina di batu nisan beserta foto wanita cantik bergaun biru gelap. Vernon menatap foto itu dengan sayu.
"Kenapa kau tidak memberitahuku kalau Paulina sudah meninggal? Kau tahu, aku mencarinya selama 2 bulan ini. Aku hampir gila karena tidak kunjung menemukannya," kata Vernon.
"Aku... aku takut padamu. Tadinya kami ingin memberitahumu di waktu yang tepat," ucap Teddy terbata-bata.
Setelah mendapatkan jawaban dan kenyataan yang pahit, Vernon kembali ke rumah. Ia melihat bayinya yang terus menangis. Dengan lembut, Vernon menggendong Juniar lalu memberikannya susu dari botol bayi. Meskipun begitu, Juniar tetap menangis. Dia merindukan ibunya.
Setelah Juniar tertidur, Vernon mengecup kening bayinya itu. "Tidur yang nyenyak, putriku."
pergi ke kamar Junior. Anak laki-laki tampan itu tampaknya juga sudah tertidur. Ia menyelimuti tubuh anaknya itu.
"Mimpi indah, putraku." Vernon mengecup kening Junior.
Kemudian Vernon pergi ke kamarnya. Ia membuka laptopnya. Terlihat beberapa foto di laptopnya itu. Termasuk foto pria paruh baya bernama Alfonso Diego.
...🌙🌙🌙...
^^^09.04 | 2 Juni 2021^^^
^^^By Ucu Irna Marhamah ^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments