Abian dan Galuh telah sampai dirumah Galuh. Malam ini Abian memang menginap dirumah Galuh. Abian dan Galuh sudah berteman semenjak bangku SMA. Namun ketika kuliah mereka harus berpisah karena berbeda jurusan. Galuh kuliah di kedokteran sedangkan Abian mengambil jurusan bisnis. Meskipun berbeda jurusan namun mereka tetap ada waktu. Galuh sudah bekerja di rumah sakit keluarga nya. Sedangkan Abian baru merintis usahanya selama 2 tahun belakangan ini. Abian tinggi 187 cm, kulit putih dan mempunyai mata yang tajam. Abian hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Dulu ketika kuliah, ia sudah mulai bekerja. Sedangkan Galuh masih memiliki keluarga utuh. Galuh berasal dari keluarga yang juga kaya raya. Ayahnya juga seorang dokter dan juga mempunyai rumah sakit keluarga. Ketika memasuki rumah Galuh, diruang keluarga ada mamanya Galuh. Abian pun menyalami mama Galuh. Bagi Abian beliau sudah seperti ibu sendiri.
" Kalian darimana aja malam-malam begini?" tanya mama Galuh dengan Nada lembut.
" biasa lah ma, cari yang segar - segar." jawab Galuh sambil tertawa dan duduk disebelah kiri mamanya.
" Emang buah segar - segar." jawab mamanya sambil tersenyum dengan ulah anaknya.
" Apa kabar Tante?" tanya Abian duduk disebelah kanan mamanya Galuh.
" Sehat, kamu Minggu kemarin kenapa tidak kesini? itu temanmu yang satu itu gabut dia kemaren." ucap mama Galuh sambil mendongakkan dagunya menunjuk kearah Galuh.
" Minggu kemarin Bian ada Keperluan diluar kota Tante, supaya nggak gabut , suruh Galuh cari pendamping Tan."ucap Abian sambil tersenyum.
" Yang ngomong aja belum punya pendamping." ujar Galuh nggak mau kalah dari Abian.
" Ni pendamping nya udah ada loh." ujar Bela yang baru datang dari kamar. Bela adalah adik dari Galuh.
" Ngaku - ngaku dia ma."jawab Amar yang juga keluar dari kamar berbarengan dengan Bela. Amar adalah adik Galuh dan Bela.
" Dia dari dulu ngejar-ngejar kamu loh Bi, sayang cintanya bertepuk sebelah tangan." ujar mama sambil tersenyum kearah Abian.
" Sebenarnya bang Bian mau tapi malu ma." ucap Bela sambil tertawa.
" Hust! malu - makin jadi cewek." ujar Galuh yang takut Abian merasa tidak nyaman.
" Nggak apa-apa, namanya juga bercanda." ucap Abian yang mulai merasa tidak nyaman.
" Siapa yang bercanda bang, Bela serius loh bang." ucap Bela lagi sambil berusaha mendapatkan hati Abian.
" Yok kekamar bi, makin malam makin ngawur dia tu, da ma." ajak Galuh ke Abian.
" Ih menggangu kesenangan orang ajalah Abang ini." ujar Bela sambil merenggut.
Mamanya dan Amar hanya tertawa mengejek Bela.
Galuh dan Bian masuk kekamar Galuh. Kamar ini selalu menjadi tempat Abian tidur setiap malam Minggu sejak zaman SMA.
" Bi, emang kamu beneran nggak kenal dengan cewek tadi?" tanya Galuh masih penasaran dengan tatapan Dita.
" nggak, kenapa Lo tanya aku?" tanya Abian mulai sibuk membaca buku yang ada dikamar Galuh.
" Soalnya pandangannya ke kamu itu loh, dia seperti kenal kamu." ujar Galuh yang duduk di tempat tidurnya.
" Nggak Taulah, aku mana kenal dia." jawab Abiab yang masih sibuk dengan bacaannya.
" Cantik loh Bi." ujar Galuh tersenyum nakal.
" Ah biasa aja, paling juga anak-anak yang manja." ucap Abian antara menanggapi dengan tidak pembicaraan Galuh.
" Ah kamu sok tau sih, kapan kamu dekat sama cewek jika masih kayak gitu." nasehat Galuh yang masih serius menatap Abian
" Ya nggak suka aja sama cewek kayak gitu." jawab Abian ketus.
" Sama Bela kamu juga benci gitu?" tanya Galuh antusias.
" Bedalah Luh, Bella udh kayak adik sendiri" jawab Abian dengan sedikit tersenyum.
" Dia anggap kamu pendamping, eh kamu anggap dia adik, apa kata Bella ya jika tau jawabanmu menohok sekali." Galuh bukan sakit hati tapi malah mengganggap ini sebuah lelucon.
" Kakak yang aneh, malah menertawakan nasib adiknya" ucap Abian meletakkan buku dimeja.
" Itu karna akunya kenal lama sama dirimu, jangan coba kasih harapan palsu sama adikku yang satu itu. ucap Galuh setengah mengancam.
" Adikmu juga adikku, apa selama berapa tahun ini pernah ku kasih harapan palsu si Bella apa?" tanya Abian menatap Galuh
" Nggak sih, mana mungkin kamu tertarik dengan Bella yang manja itu, dia memang manja dari kecil karna satu - satunya anak perempuan." ujar Galuh tersenyum.
" Udah ah, aku ngantuk mau tidur" Abian merebahkan tubuhnya di kasurnya Galuh.
" eh anak lajang macam anak gadis aja, baru jam 11 woi" ujar Galuh sambil melemparkan bantalnya ke Abian.
Abian tidak menggubris Galuh sama sekali karena tadi siang tenaganya benar - benar terkuras. Apalagi tadi juga siap berantem melawan preman.
...****************...
Sedangkan Dita dan temannya masih saja mengobrol sampai jam 12 malam. Dari tadi tidak ada habisnya obrolan mereka. Lalu Siska tiba - tiba mengingat cowok yang tadi menolongnya. Siska melihat Feby sudah tidur sedangkan Dion dan Bian sudah pindah keruang tamu dirumah Dita.
" Dit, menurut lo cowok tadi ganteng nggak?" tanya Siska duduk semakin mendekat kearah Dita
" Ya ganteng, dia adalah milikku dan lelakiku, lo jangan coba-coba ambil milik gua." jawab Dita bersemangat lagi mengingat cowok tadi.
" Enak aja milik lo, main label - label aja." jawab Siska nggak mau kalah.
" eh low udah gua bilang milik gua, berati milik gua, dia udah ku labeli, nggak bisa lagi jadi milik orang lain." ucap Dita tidak mau kalah.
" tunggu deh, kan cowok nya tadi ada dua, ini kamu yang mana sih? Abian apa Galuh." tanya Siska penasaran.
" Ya Abian masa Galuh cowok cengengesan gitu" jawab Dita lagi.
" Enak aja cengengesan, dia itu ramah tandanya, daripada Abian cowok dingin macam es menakutkan." jawab Siska tidak mau kalah.
" Dingin - dingin empuk, buat kangen selalu. " ucap Dita dengan wajah sumringah.
" Menurut mu mereka udah punya pacar belum ya?" tanya Siska lagi.
" Galuh mungkin, tapi Abang Abian belum pastinya." kata Dita sambil tersenyum sendiri.
" Meski punya pacar, sebelum janur kuning melengkung masih milik bersama." Siska meyakinkan diri sendiri.
" Jika sudah punya pacar, tantangannya hanya satu yaitu ceweknya, tapi yang belum ini banyak tantangannya karena banyak yang ngejar-ngejar nya." Dita memberikan pendapat gilanya.
" Ah teori darimana Lo,nanti Lo dibilang pelakor loh." ujar Siska.
" Pelakor jika ngerebut laki orang, nah ini baru pacar orang." jawab Dita tertawa.
" Eh ngomong-ngomong Lo tau nggak?" tanya Siska
" Enggak, Lo aja belum ngomong ya Mana gua tau lah." jawab Dita enteng.
" Lo itu emang ya mengesalkan, gua rasa si Alan itu naksir Lo" Siswa memberi tau Dita apa yang ia rasakan
" Mana mungkinlah, dia hanya bercanda." jawab Dita yang tidak mau besar kepala.
" Lo nggak suka Alan?" tanya Siska memandang Dita tanpa kedipan.
" Ya nggaklah, dia itu hanya sahabat, gua tuh dh punya babang Abian." Dita mulai menghayal kembali.
" Baguslah jika Lo nggak ada rasa sama Alan, gua rasa Feby ada rasa tuh sama Alan." kata Siska dengan yakin.
" Lo yakin? gua harus hati-hati nih, nanti Feby cemburu buta pula sama gua." tanya Dita bertanya dengan serius.
" Iya gua yakin, soalnya setiap Alan merayu Lo, muka Feby beda loh gua perhatiin." jawab Siska dengan mimik wajah serius.
" Ya udah kita comblangin aja mereka, setuju nggak?" ide Dita mulai lagi.
" Gimana caranya?" tanya Siska penasaran.
" Soal comblangin serahkan pada gua, tenang aja." ujar Dita dengan penuh keyakinan.
" Hati - hati loh Dit, jangan sampai Alan salah paham, nanti dia bilang Lo yang kasih dia harapan."
ucap Siska agak kuatir.
" Iya, tenang aja Lo, eh ngomong-ngomong bang Abian itu tinggal dimana ya?" tanya Dita
" Mana gua tau, dah ah gua ngantuk" Siska mulai merebahkan tubuhnya diantara Dita dan Feby.
Sedangkan Dita keluar kamarnya menuju dapur. Ia merasa perutnya sangat lapar karena tadi hanya sedikit makan malam. Dita tidak menemukan makanan apapun di dapur. Ia hanya melihat roti dan buah. Ia mengambil mie instan untuk makan malamnya. Lalu ketika ia mau memulai memasak, tiba - tiba Dion sudah duduk dimeja makan.
" lebihi untuk gua dong Dit." ucap Dion dengan memelas.
" Lo lapar juga, aman bos." jawab Dita mengambil satu lagi mie instan.
Tidak sampai 5 menit mie instan nya sudah bisa disantap. Dion dan Dita mulai menyantap mie instan nya. Lalu ketika makan, Dion memulai pembicaraannya.
" Dit, menurut lo jika gua suka Febi gimana?" tanya Dion tiba-tiba.
Dita lansung tersedak mendengar ucapan Dion yang tiba-tiba. Dionpun mengambilkan tisu untuk Dita.
" Lo serius suka Feby?" tanya Dita dengan mimik serius.
" Lo kaget ya, iya gua sebenarnya udah suka sama dia udah lama juga." jawab Dion malu - malu.
" Kenapa Lo nggak berusaha untuk nunjukin ke dia."
tanya Dita makin serius.
" gua takut akan merusak persahabatan kita, apalagi gua perhatiin Feby suka sama Alan." kata Dion makin tidak semangat.
" Lo tau juga soal itu?" tanya Dita kaget dengan pernyataan Dion.
" Jangan bilang Lo juga merasakannya, iyakan Feby suka ma Alan, tapi yang gua liat Alan suka Lo." ucap Dion lagi menatap temannya dengan serius.
" Gua nggak tau Alan suka gua, cuma yang gua dengar,Feby memang suka Alan." jawab Dita dengan jujur.
" Mungkin ada baiknya biarkan semua mengalir aja, gua takut nanti malah merusak persahabatan kita dit." ujar Dion masih memakan mienya.
" Gua setuju sih" ucap Dita kembali menyantap mie didepannya.
Dita semakin galau karena tidak mungkin ia comblangin Alan sama Feby jika kenyataannya Dion juga suka Feby. ia tidak menyangka akan ada cinta semacam itu dalam persahabatannya.
" Ini cinta segitiga atau segiempat ya?" tanya Dita pelan sekali.
" Lo ngomong apa dit?" tanya Dion yang tidak mendengar perkataan Dita.
" Nggak ada, gua nggak ada ngomong apa-apa, yok tidur gua mulai ngantuk lagi, karena gua bagian masak maka Lo bagian cuci piring." Dita dengan sumringah lalu berjalan meninggalkan Dion yang masih duduk di dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
MiraBeauty
jadi disini lebih ke dita yah hmmm
2022-06-07
0