Mendengus

"Eh, sudah di tolong malah ngelak, sudah ku bilang, aku malaikat kecil mu, dan aku meminta sesaji berupa uang tunai yang banyak, sekarang tepati janji mu!" Tuntut Sachi.

"Baiklah, kalo begitu, sekarang, mandikan aku, baru setelah itu aku akan memberimu uang." Smirk iblis lagi-lagi tersungging di sudut bibir Nathan.

"Apa kau gila?" Sela Sachi cepat sambil berkecak pinggang. Tatapan tajam mengarah pada pria itu sekarang.

"Tidak mau ya sudah! Pulang lah!" Nathan menunjuk ke arah pintu.

Sachi mengerutkan bibirnya geram lalu menyingkap selimut tebal yang masih menggulung tubuhnya, tas kecil miliknya dia raih dari atas bantal yang menyangga kepalanya semalaman, dan masih ada dompet milik Ethan di sana.

Sachi memakai sepatu sneaker miliknya lalu melangkah panjang menuju pintu, sayangnya sandi pintu tersebut tidak Sachi ketahui.

"Aku lupa menghapal sandinya semalam." Gumamnya. Ia pun menoleh kembali pada Nathan yang masih duduk di atas ranjang "Berapa sandinya? Aku mau pulang!" Ketus nya bertanya.

Nathan menyeringai "Tunggu saja sampai aku membukanya, sekarang aku harus mandi. Kau boleh berubah pikiran, kalo kau mau ikut memandikan ku." Goda nya.

"Cih!" Sachi berdecih kesamping lalu duduk di sofa ruang itu dengan tangan yang melipat di depan dada "Cepetan mandinya! Aku harus segera pulang!" Ketusnya.

Setelah tersenyum cibir, Nathan memasuki kamar mandi sedang Sachi masih setia duduk di sofa ruang itu.

Kesal sudah pasti Sachi rasakan setelah berharap bisa membawa banyak uang untuk suaminya, kini hilang sudah harapannya.

Wajahnya sendu sambil memikirkan bagaimana cara dia untuk mencari alasan agar sang suami tidak marah padanya seperti biasanya.

Sekitar dua puluh menit Nathan keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil di setengah badannya, Sachi memalingkan wajah ke arah lain.

Nathan menyeringai "Apa kau yakin, tidak mau menatap ku? Para wanita di luar sana memimpikan berada di posisi mu sekarang." Ujarnya.

"Cepat lah, selagi aku masih sabar!" Jawab ketus Sachi.

Nathan mengambil pakaian eksekutif miliknya dari ruang wardrobe lalu sengaja mengganti pakaian di ruangan yang sama dengan tempat duduk Sachi.

"Gila ni orang! Tidak tahu malu!" Batin Sachi tanpa menatap pria itu.

Nathan acuh saja, dia anggap pertemuan ini sebagai hiburan untuk hati gelisah nya, setelah rapih dengan pakaiannya Nathan berjalan mendekati Sachi.

Meskipun masih bingung dengan keberadaan Sachi, pria itu berusaha menerima kenyataan bahwa semalaman dirinya memang tidur satu kasur dengan gadis cantik itu.

"Sudah, aku sendiri yang akan mengantar mu. Di mana rumah mu?" Tanyanya.

Sachi beranjak dari duduk lalu menghadap ke arah pria itu "Buka saja pintu nya, baru bertanya!" Ketusnya.

Nathan menarik sudut bibir "Baik lah."

Pria itu berjalan ke arah pintu lalu menekan tombol pada handel pintu tersebut kemudian membuka dan berjalan berdampingan dengan Sachi keluar dari apartemen.

Dalam lift Nathan sempat mengamati setiap lekuk wajah dan liukan tubuh gadis itu, tak mungkin bisa di pungkiri Sachi sudah sangat cantik meski tanpa perawatan kulit yang mahal.

Tertarik, tentu saja ada, tapi, cinta Nathan masih terpaut pada satu wanita yaitu Keenan istri yang baru dia nikahi satu Minggu yang lalu.

Sachi masuk ke dalam mobil bersamaan dengan Nathan yang mengambil alih kemudi.

"Jadi kau yang semalam membawa ku ke sini?" Tanya Nathan menoleh sekilas sambil menaikkan tangan pada setir, berusaha memarkir mobil untuk cepat keluar dari halaman apartemen.

"Pikir saja sendiri!" Kata Sachi ketus. Pandangannya dia paling kan ke arah jendela.

"Di mana tempat tinggal mu? Sebagai tanda terimakasih ku. Aku akan memastikan mu aman sampai rumah!" Ucap Nathan.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri, kau cukup mengantar ku sampai gang saja." Sachi selalu bernada ketus.

Nathan tersenyum sambil melirik sekilas ke arah gadis itu "Apa kau kecewa padaku?" Tanyanya.

Sachi hanya diam saja. Untuk apa lagi? Sachi sudah malas meladeni pria pembohong itu.

"Di sini saja! Aku turun!" Setelah sampai di sebuah gang perkampungan kumuh Sachi menyuruh Nathan memberhentikan mobilnya.

Nathan menurut dan dengan cepat Sachi membuka pintu mobil bergegas keluar tanpa memberi salam perpisahan.

"Hai, siapa nama mu? Kau yakin tidak mau upah dari ku hmm?"

Nathan mendengus setelah Sachi menghentakan pintu mobilnya secara arogan "Apa dia sangat marah padaku?" Gumamnya.

Nathan membuka sabuk pengaman miliknya, dia berniat untuk mengikuti gadis yang belum ia ketahui namanya tapi sebuah panggilan lumayan mengalihkan perhatian.

Nathan angkat telepon dari asisten personal nya "Yah, ada apa?" Tanyanya pada seseorang di seberang sana.

"Bos kemana saja? Kenapa tadi malam Bos tidak menunggu ku? Apa Bos pulang sendiri?"

"Bodoh, kau yang kemana?" Nathan membentak asisten personalnya, malam tadi dia pergi bersama asisten nya lalu saat pulang tiba-tiba bersama seorang gadis.

"Maaf Bos, aku mengangkat telepon dari keluarga ku Bos."

Nathan mematikan panggilan secara sepihak "Asisten tidak becus!" Umpat nya.

Setelah beberapa saat dia baru ingat kalau dirinya sempat ingin mengikuti langkah gadis misterius yang semalaman menemani tidurnya.

"Aaahh, kemana gadis galak itu? Aku sampai kehilangan jejaknya, sebenarnya siapa dia? Kenapa aku tidur bersamanya?" Decak nya.

Kamera dashboard mobil miliknya akan menjadi solusi, Nathan menyeringai saat tak sengaja melirik benda pengawas itu "Aku periksa saja dari kamera pengintai."

Nathan pada akhirnya melajukan mobilnya kembali, meninggalkan tempat itu, biarlah kali ini gadis itu lolos darinya, mungkin pertemuan ini hanya sebagian kecil dari pengalaman hidup.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di tempat lain,

Sachi baru saja tiba di kontrakan kecil miliknya, dan tatapan tajam tertuju padanya sekarang, adalah Edric sang ketua geng dari gerombolan mafia kelas receh.

Edric dan Sachi sudah setengah tahun menikah, sebuah kesalahan yang Sachi lakukan padanya membuat Edric menikahi Sachi untuk pertanggungjawaban.

Tepatnya tujuh bulan yang lalu, Sachi menabrak Edric dengan angkutan umum hingga laki-laki itu kehilangan kekuatan senjatanya lebih detail nya lagi adalah disfungsi seksual, sang junior tidak bisa berdiri tegak kembali.

Sebelumnya Sachi memang bekerja sebagai sopir angkot, sama seperti almarhum ayahnya.

Sachi termasuk gadis cantik yang mandiri juga rela melakukan apa saja demi mendapatkan uang, satu yang dia pertahankan yaitu tidak mencintai atau menyerahkan tubuhnya pada sembarang orang.

"Dari mana saja kamu hah?" Bentak Edric dengan rahang tegasnya.

Sachi masuk lalu melucuti pakaiannya satu persatu setelah menutup pintu kamar "Aku bekerja, mencari nafkah, juga biaya untuk pengobatan ibu dan biaya kita." Katanya.

"Jadi kau merasa sudah benar begitu? Karena alasan bekerja kau membuatku merasa cemas semalaman?" Sela Edric keras.

"Maaf membuat mu cemas." Kata Sachi kemudian melanjutkan langkah menuju kamar mandi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

JANGAN LUPA LIKE YA, JUGA TINGGAL KAN JEJAK KOMENTAR NYA ..... Cukup dengan kata Up, juga boleh....... 🖤

Terpopuler

Comments

Erna Wati

Erna Wati

gadis yg bertanggungjawab/Good//Good//Good//Good/

2024-12-31

0

Aidah Djafar

Aidah Djafar

Sachi gadis mandiri 👍👌

2023-01-02

0

Julio Stevaning

Julio Stevaning

keras ya hidup sanchi

2022-10-12

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!