Berita Duka

Sebulan setelah resmi menjadi suami istri, Frans Lim dan istrinya Rissa Wie memutuskan untuk tinggal dirumah petak mungil dipinggiran kota TK tidak seberapa jauh dari kantor tempat Rissa bekerja yang mereka sewa pertahun seharga 12 juta pertahun sisa uang biaya pesta pernikahan mereka,sedangkan alat rumah tangga sudah mereka cicil sebelum menikah dan ditempatkan dirumah yang sama yang sebelumnya Frans bayar sebesar 1,3 juta perbulan. Rumah dengan 1 kamar tidur lengkap dengan ruang tamu dapur kamar mandi dan sedikit halaman depan untuk parkir kendaraan.

Sedang uang angapau pesta pernikahan Frans memutuskan menyerahkan pada mertuanya saja agar tidak terjadi kesalahpahaman dilain hari, mesti David dan istrinya Jessi sudah memaksa berulang kali agar menerima uang 180 juta lebih hasil angpau pesta pernikahan mereka.

Frans tahu total biaya pesta pernikahan mereka menghabiskan kurang lebih 220 juta brarti masih minus 40 juta jika pesta pernikahan dianggap dari sisi bisnis, tapi bukannya pesta ini sebagai bentuk syukuran atas pernikahan bukan ajang untuk mencari untung.

"Frans dan Rissa gak bisa nerima uang itu Pa, Ma lagi pula biaya pesta juga papa yang tanggung jadi tidak pantas rasanya kami mengambil uang tersebut" jawab Frans saat mertuanya menyerahkan amplop coklat berisi uang hasil angpau tamu undangan

"Sudah kalian terima saja, lagian uang ini bisa kalian pakai untuk DP Rumah dari pada kalian harus ngontrak tiap tahun" coba Jessi meyakinkan anak dan menantunya

"Gak usah ma, mending disimpan aja sama mama. Lagian anak O'o Liany mau merried 2 bulan lagi papa juga harus bantu nyumbangkan" tolak Rissa

"Liany kan anaknya udah sukses , lagian kemarin uang dia udah coba papa pulangin malah disuruh buat lu sama laki lu aja sa, buat simpenan lu siapa tau mau buka usaha nanti kata dia."

"Anak dia mah udah siapin semua biaya pesta, lagian perusahaan angkutan papanya dia yang pegang sekarang" jawab David Wie dikursi malas favoritnya hadiah dari adik kesayangannya Lenny sedangkan Liany merupakan adik tertua dari 7 bersaudara keluarga Wierianto dimana David wie adalah anak tertua sekaligus lelaki satu-satunya.

"Bagus kalau lu berdua masih punya malu mah, sampe nerima tuh duit laki lu bener-bener gak tau diri namanya sa. Udah pesta dibiayain masih mau nerima duit angpau pesta mah kebangetan jadi manusia, dikasih hati minta jantung." ucap Donna yang terbiasa nyamber pembicaraan orang lain

"Mami tuh kebiasaan suka ikut campur pembicaraan orang lain" suami Donna, David mencoba mencegah istrinya bicara lebih lagi.

"Bela aja terus tuh Rissa sama lakinya" jawab Donna mulai emosi, sementara suaminya hanya bisa mengelengkan kepalanya

"Kalian berdua knapa gak tinggal dirumah ini aja sih, diatas kan masih ada kamar kosong kamar bekas si Joice kan kosong lebih gede dari kamar kamu sa" tanya Jessi untuk menenangkan suasana karena dia paham bahwa anak tertuanya mudah emosi dan suka blak-blakan kalau berbicara.

"Frans udah terbiasa mandiri ma, jadi Rissa juga mau ikut maunya Frans aja. Lagian kalo dari sini Frans harus bolak balik arah kalo mau brangkat kerja , dari sana kan searah kantor aku, sama ke arah kantornya Frans."

"Ya bagus kalo gitu, lu kira gw bakalan setuju kalo lu sama laki lu tinggal dirumah ini? jangan harap ya sa." ucap Donna sambil menatap muka Frans dan Rissa

"Udah cukup, pagi-pagi udah ribut aja. Ini rumah papi siapapun keluarga papi berhak tinggal dirumah ini. Kalo lu keberatan buat nanggung pengeluaran bulanan rumah ini, udah gak usah. Papi masih sanggup keluar duit koq adik-adik papi juga bisa tanggung biaya hidup keluarga dirumah ini." bentak David wie yang kesal ketenangan paginya terusik oleh hal yang sepele.

Tak lama sesudahnya seluruh keluarga Wierianto berkumpul termasuk anak menantu dan para cucu-cucu David Wierianto dan Jessi, memang tradisi keluarga mereka sudah membiasakan diri bagi anak menantu dan cucunya harus berkumpul setiap hari minggu siang untuk makan siang bersama. Minggu ini adalah hari minggu pertama Frans hadir sebagai menantu keluarga sebelumnya kadang dia hadir sebagai pacar Rissa.

Waktu terus berjalan sudah bulan kedua Frans dan Rissa menikah mesti mereka berdua mengharapkan agar segera mempunyai momongan terlebih umur mereka sudah diatas 30 kalau tidak secepatnya mau kapan lagi. Namun belum ada tanda-tanda bahwa istrinya hamil, Frans sedikit merasa kecewa satu bulan ini dia rajin makan dan minum sayuran buah-buahan bahkan resep dari kawan-kawannya bahkan dari internet yang konon katanya bisa meningkatkan kesuburan dan kualitas ******.

Rissa pun tidak luput selalu disediakan makanan yang bisa meningkatkan kesuburannya bahkan Frans sampai membelikan susu untuk ibu hamil berharap istrinya segera hamil namun Tuhan belum memberikan apa yang kedua pasangan ini harapkan, "bukannya hamil malah Rissa yang tambah agak gemukan ya?' batin Frans dalam hati namun dia tidak berani berkata langsung kepada istrinya. Karna menurutnya kata-kata tersebut mungkin bisa menyulut perang dunia pertama dalam rumah tangga mereka

Siang itu semua berjalan seperti biasa Frans sedang melaksankan tugas dan perkerjaannya mengawasi proses bongkar muat barang proyek ditempat kerjaannya.

"Pak manto tolong kasih tau ke yang lain istirahat aja dulu , sudah mau jam istirahat makan siang. Ini 50rb buat makan siang sekalian aja beliin buat yang lain."

"Oke, Pak lim makasih ya, tumben nih dapet makan siang hari ini biasa kalo lembur baru dapet makan." tanya Manto salah satu anak buah Frans Lim digudang

"Itu dari saya bukan dari kantor, anggap aja traktiran dari saya supaya cepet bisa punya anak" jawab Frans sambil tertawa

"Sekalian beliin makan buat Pak Wahid,Pak Sori,sama si Yanto ya pak Manto""Cukupkan ya?"

"Cukup pak. Masih bisa ada kembaliannya malah, beli di Ce Ida aja nanti 10rb juga udah bisa pake telor atau ikan" jawab Manto

"Ya udah kembaliannya beliin apa aja keq yang penting bisa buat berempat" "Yanto nitip HP dimeja gw, Gw mau makan dulu ke kantin belakang BNI." pinta Frans kepada anak buahnya yang paling muda Yanto

"Beres bos, tenang aja saya mau ngaso didalem ya numpung ngadem."

"Ya udah, yang penting pintu gudangnya dirapetin aja, Gw balik paling jam 1 kurang" jawab Frans sambil melajukan Honda Blade kesayangannya keluar halaman kantor menuju kantin bank BNI yang tidak jauh dari kantornya

sementara itu, dirumah keluarga Wie Rissa tampak mencoba menelpon suaminya puluhan kali sambil sesekali mengangkat telpon yang masuk silih berganti.

"Kamu dimana sih yang ditelpon gak diangkat-angkat" ucap Rissa berulang kali

"Laki lu belum bisa dihubungi sa? Udah kita duluan aja, biar dia nyusul nanti"

"Ko Rudy duluan aja, nanti Rissa bareng Frans aja takut ada yang harus ada dibawa dari rumah nanti."

Sementara itu dikantor Frans

"Bos ada yang nelpon tuh dari tadi gak lama bos jalan, mau saya angkat takut salah ngomong nanti" kata Yanto sambil membawa motor bosnya ketempat parkiran motor gak jauh dari gudang.

Dilayar Xiaomi Redmi one baru miliknya nampak lebih dari puluhan panggilan tak terjawab dan pesan masuk dari Istrinya Rissa dan Iparnya Rudy. Belum sempat Frans menelpon balik istrinya nampak panggilan masuk dilayar HPnya

"Astaga yang, kamu dari mana aja sih aku nelpon kamu dari tadi gak diangkat pesan juga gak dibaca" teriak Rissa sambil terisak menahan tangisnya.

"Maaf yang, aku habis keluar makan siang. HP sengaja aku tinggal tadi lagi dicharge soalnya. Kamu knapa? ngomong pelan-pelan." jawan Frans mencoba menenangkan istrinya

"Papa udah gak ada, huu huu hu.. kaamuu pulangg jemput aku dirumah mama. Kita kerumah duka, yang lain udah pada kesana aku nungguin km dari tadi" tangis Rissa seketika pecah diujung telponnya

"Kamu sabar ya sayang, aku langsung pulang. Kamu siapin barang-barang apa aja yang dibawa kerumah duka."

Seketika itu juga Frans melajukan motornya menuju kediaman keluarga Wie untuk menjemput istrinya, setelah meminta izin kepada bagian personalia juga atasannya.

Nampak raut rona kesedihan yang amat mendalam diwajah Frans, karena bagaimanapun juga alm. David Wierianto adalah sosok yang sangat berjasa dalam rumah tangganya dengan Rissa dan mertua lelakinya adalah orang yang paling mendukung pernikahan mereka meski ada pertentangan dari anak tertua David yaitu Donna.

Satu jam kemudian ketika sampai dirumah keluarga Wie, baru masuk kedalam ruang tamu keluraga Wie. Rissa yang melihat suaminya tiba langsung berlari memeluk suaminya dan memukul dada suaminya.

"Kamu jahat yang, knapa susah banget sih dihubungin tadi. HP knapa ditinggal sih bukan dibawa" air mata Rissa membasahi kemeja suaminya yang baru sampai.

"Maaf ya, Sayang.. kamu yang sabar ikhlasin kepergian papa. Papa pasti akan mendapatkan tempat terbaik disisi Tuhan YME, aku percaya kebaikan papa selama ini akan menjadi karma baik dikehidupan papa selanjutnya" jawab Frans sambil memeluk istrinya mencoba menenangkan Rissa yang masih terus menangis dalam dekapannya.

"Ayo kita jalan, nanti keburu sore" pinta Frans kepada istrinya yang mulai agak tenang

*Bunyi nada dering HP Frans berbunyi memainkan OST Princess Hours Drakor kesukaan dia dan istrinya

"Halo.. Lu dimana bro, Cepetan kerumah duka. Donna udah marah-marah nyariin lu berdua" suara Rudy Tan diujung sana

"Udah dirumah ko, baru mau jalan tadi saya dari kantor jemput Rissa dulu'

"Oke cepetan , sekalian bawa surat-surat indentitas papa diamplop kuning dilaci lemari baju mama dikamar. Ini Papa udah mau sampe rumah duka , dari RS di kota BR"

"Iya ko, paling sejam baru nyampe sana"

"Frans sama Rissa dimana Rud?" Tanya Susan kepada Rudy, Susan adalah salah satu menanti yang sangat dekat dengan Frans dan Rissa selain Rudy, meskipu suaminya Johan adalah anak laki-laki tertua sekaligus satu-satunya namun suaminya tak mempunyai penghasilan tetap hanya bisa mengandalkan biaya dari ayah dan kakak tertuanya Donna.

"Baru mau jalan katanya, dia dari kantor terus jemput Rissa paling sejaman baru nyampe sini" jawab Rudy

Hari ini setelah hampir 3 bulan David Wierianto meninggal dunia saat liburan bersama keluarga adik kesayangannya Liany dan Lenny Vila keluarga di puncak kota BR karena serangan jantung.

--------Bersambung-----------

Jangan lupa kritik dan sarannya dikomentar

agar karya author lebih baik lagi

Happy Fun Reading

Episodes
1 Awal Cerita
2 Hari Pertemuan
3 Hari Bahagia
4 Berita Duka
5 Awal Derita
6 Jangan Marahi Istriku
7 Sang Mantan
8 Cobaan Pertama
9 Bahtera Digoncang Ombak
10 Bertahan ditengah ombak
11 Dewa masih melindungi aku
12 Hari Raya
13 Hasil Ramalan
14 Malam yang dingin
15 Kebimbangan Rissa
16 Tuhan tidak pernah tidur
17 Menolak untuk menyerah
18 Nasi sudah menjadi bubur
19 Badai Mulai Menerpa ( lagi )
20 Perpisahan (Sementara?)
21 Berpisah sementara bag. 2
22 Mengapa Harus Aku
23 Jum'at Keramat
24 Sabtu Kelabu
25 Roda Berputar
26 Selalu Diremehkan
27 Hikmah dibalik musibah
28 Tak ingin kembali
29 Jika ada perlunya saja
30 Berita duka
31 Laki-laki lain
32 Kenangan ( 1 )
33 Kenangan ( 2 )
34 Perjalanan
35 Perjalanan Kedua
36 Hari Terakhir
37 Tak Pernah Ada
38 Menghapus Kenangan
39 Tawaran Mengiurkan
40 Memancing di Air Keruh ( 1 )
41 Memancing di Air Keruh ( 2 )
42 Tawaran Menarik
43 Lempar Batu Sembunyi Tangan
44 Merasa Kecewa
45 Bertahan atau Pergi
46 Mengalir Saja
47 Tersenyum Kembali
48 Dibalik Pintu
49 Menjadi Buas
50 Api Cemburu
51 Kabar Angin
52 Semoga Kau Berbahagia
53 Surat Peringatan
54 Sultan Vs Sultan
55 Kucing Jantan
56 Obat Kuat
57 Perselisihan
58 Masa Kelam
59 Impian
60 Mulai dari nol
61 Komisi
62 Mei Hamil?
63 Menikah
64 Mulai Melangkah
65 Reuni Akbar
66 Dalam Pengaruh Alkohol
67 Bahagia atau Bersedih?
68 Persimpangan
69 Kegelisahan
70 Menjadi Seorang Ayah
71 Cassandra Dewi Wierianto
72 Tak Semudah Itu
73 Kehilangan Kepercayaan
74 Bermimpi
75 Perkenalan
76 Berbuat Nekat
77 Kisah Yang Pahit
78 Berani Tampil
79 Pertemuan Tidak Disengaja
80 Percaya
81 Ciuman Pertama
82 Salam Paham
83 Malam Yang Hangat
84 Ingin Melamar Mu
85 Manusia Berhati Iblis
86 Mengingat Wajah Mu
87 Disiplin Itu Penting
88 Tak Sudi Dimadu
89 Hasil Test
90 Ingin Bercerai
91 Karma
92 Diantara Dua Wanita
93 Memilih Yang Terbaik
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Awal Cerita
2
Hari Pertemuan
3
Hari Bahagia
4
Berita Duka
5
Awal Derita
6
Jangan Marahi Istriku
7
Sang Mantan
8
Cobaan Pertama
9
Bahtera Digoncang Ombak
10
Bertahan ditengah ombak
11
Dewa masih melindungi aku
12
Hari Raya
13
Hasil Ramalan
14
Malam yang dingin
15
Kebimbangan Rissa
16
Tuhan tidak pernah tidur
17
Menolak untuk menyerah
18
Nasi sudah menjadi bubur
19
Badai Mulai Menerpa ( lagi )
20
Perpisahan (Sementara?)
21
Berpisah sementara bag. 2
22
Mengapa Harus Aku
23
Jum'at Keramat
24
Sabtu Kelabu
25
Roda Berputar
26
Selalu Diremehkan
27
Hikmah dibalik musibah
28
Tak ingin kembali
29
Jika ada perlunya saja
30
Berita duka
31
Laki-laki lain
32
Kenangan ( 1 )
33
Kenangan ( 2 )
34
Perjalanan
35
Perjalanan Kedua
36
Hari Terakhir
37
Tak Pernah Ada
38
Menghapus Kenangan
39
Tawaran Mengiurkan
40
Memancing di Air Keruh ( 1 )
41
Memancing di Air Keruh ( 2 )
42
Tawaran Menarik
43
Lempar Batu Sembunyi Tangan
44
Merasa Kecewa
45
Bertahan atau Pergi
46
Mengalir Saja
47
Tersenyum Kembali
48
Dibalik Pintu
49
Menjadi Buas
50
Api Cemburu
51
Kabar Angin
52
Semoga Kau Berbahagia
53
Surat Peringatan
54
Sultan Vs Sultan
55
Kucing Jantan
56
Obat Kuat
57
Perselisihan
58
Masa Kelam
59
Impian
60
Mulai dari nol
61
Komisi
62
Mei Hamil?
63
Menikah
64
Mulai Melangkah
65
Reuni Akbar
66
Dalam Pengaruh Alkohol
67
Bahagia atau Bersedih?
68
Persimpangan
69
Kegelisahan
70
Menjadi Seorang Ayah
71
Cassandra Dewi Wierianto
72
Tak Semudah Itu
73
Kehilangan Kepercayaan
74
Bermimpi
75
Perkenalan
76
Berbuat Nekat
77
Kisah Yang Pahit
78
Berani Tampil
79
Pertemuan Tidak Disengaja
80
Percaya
81
Ciuman Pertama
82
Salam Paham
83
Malam Yang Hangat
84
Ingin Melamar Mu
85
Manusia Berhati Iblis
86
Mengingat Wajah Mu
87
Disiplin Itu Penting
88
Tak Sudi Dimadu
89
Hasil Test
90
Ingin Bercerai
91
Karma
92
Diantara Dua Wanita
93
Memilih Yang Terbaik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!