Dengan sangat berani Inspektur Abdul Rojak berusaha untuk menyelesaikan masalah kejahatan yang ada di kota Hill kini dia berjuang menjadi seorang detektif demi menggungkap siapa yang menjadi dalang dari kerusuhan yang ada di kota itu.
Di dalam gelap nya malam dengan cahaya bulan dan bintang perwira tinggi inspektur Abdul Rojak berjalan menyusuri kota Hill yang sepi semua toko yang ada di pinggir jalan mulai banyak yang tutup terlihat beberapa orang sangat tergesa-gesa menutup toko miliknya, mungkin mereka ketakutan dengan kabar perampok semalam yang menggemparkan seluruh kota Hill, BANK ternama terpaksa kebobolan dan berhasil di raup habis uangnya yang sudah pasti tak terhitung kerugian yang di alami.
Di ujung jalan kota Hill tampak sebuah warung kopi yang masih terbuka dengan beberapa pengunjung yang masih asik menikmati manisnya kopi malam hari.
Inspektur Abdul Rojak segera masuk dan duduk, melihat ada seorang tamu pengunjung yang masuk segera penjaga warung kopi menghampiri.
"Maaf, Tuan! sebentar lagi warungnya mau kami tutup."
"Kenapa, buru-buru, bukankah ini hari masih sore."
"Maaf, Tuan! kami takut jika buka terlalu malam nanti ada perampok."
Sang inspektur pun segera tertawa terbahak bahak mendengar penjelasan penjaga warung kopi.
"Kenapa, kamu harus takut, ini warung kopi yang uangnya tidak akan seberapa, jadi kalau mereka mau merampok pasti tidak akan merampok tempat kecil ini."
"Tapi, Tuan! mereka itu perampok berdarah dingin yang mana tidak segan segan membunuh mangsanya."
"Sudahlah, jangan takut, lebih baik cepat buatkan saya kopi."
"Ba-baik, Tuan!"dengan sangat malas pelayan itupun segera membuatkan kopi.
"Ini, Tuan!"
"Apa, ada gorengannya kalau ada keluarkan aku sangat ingin menikmati kopi, dengan cemilan hangat."
"Ada, tapi Tuan, kami takut tuan akan sangat lama disini sedangkan kami benar benar takut pada perampok itu."
"Jangan, takut justru aku ingin bertemu perampok itu kalau bisa."
"Apa?Tuan jangan main-main kami tidak mau mati konyol, kami masih ingin hidup."
"Ha..ha..ha..ha!"tenang saja ikuti kata kataku.
Kembali sang pelayan masuk ke dalam dan menggeluarkan beberapa cemilan gorengan, beberapa orang yang tadinya ada di situ pun satu demi satu mulai pergi, sang pelayan semakin resah ketika waktu sudah menunjukkan pukul 10,00 itu artinya Sebentar lagi para perampok berdarah dingin itu muncul.
Tak lama kemudian muncullah empat orang asing berbadan tinggi besar ada yang gemuk dan bertato tampang wajah mereka sangat menyeramkan membuat sang pemilik warung menggigil ketakutan.
"Gawat, mereka datang aku harus kabur lewat pintu belakang, tapi orang itu kasian dia bisa mati konyol disini," Gumam laki laki itu dalam hati.
"Tuan, ayo, cepat kita pergi mereka sudah datang, ayo Tuan."
"Kenapa, harus pergi aku justru ingin tau perampok itu seperti apa?
"Kau, benar benar sudah gila, kamu tidak sayang dengan nyawamu."
"pergilah jika kamu takut aku ingin menunggu mereka aku ingin tau apa yang mereka rencanakan.
"Dasar, orang baru, belum tau dia lebih baik aku pergi tinggalkan dia biar dia tau rasa,"ucap laki-laki itu emosi dalam hati tapi ketika dirinya hendak melangkah pergi tiba-tiba dia urungkan niatnya jika aku tinggalkan itu artinya aku manusia tidak berhati terpaksa aku harus menemani orang itu meskipun aku sebenarnya sangat sayang dengan nyawaku.
Dari kejauhan tampak keempat orang itu semakin mendekat.
"Apa, kau yakin boss juga akan datang malam ini, aku juga tidak begitu tau bahkan sampai saat ini siapa bos kita aku juga tidak tau, yang jelas tugas kita cuma menggikuti perintah dam sekarang kota ini sudah menjadi kekuasaan kita sekarang ayo kita bersenang-senang mencari wanita dan minum sepuasnya.
"Ayo, itu di depan warung kopi masih buka kita bisa minum minum di sana."
Berbegas ke empat orang itupun segera pergi mendekati warung kopi, mereka menatap aneh pada salah satu pengunjung yang dengan santainya menikmati makan dan minum.
"Woi..! pergi, kami mau duduk di sini."
Sang laki-laki yang sudah berumur tapi tidak terlalu tua itupun segera bangkit dan berpindah ke tempat duduk yang lain.
Kelakuan sang laki-laki yang tidak melawan dan menurut saja membuat para perampok itu merencanakan sesuatu.
"Adik, lihat! orang itu pasti takut dengan kita ayo, kita kerjain tanganku sudah gatal ingin bermain main."
"Ayo, kak!
"Hei, apa kau mengenal kami?" ucap salah satu perampok bertubuh tinggi besar dan bertato dengan santainya laki-laki itu mengelengkan kepalanya.
"Ayo, kita berkenalan."
Dengan tatapan mata yang tajam dan senyuman yang sinis laki-laki bertubuh tinggi besar segera mengambil cangkir berisi kopi lalu menumpahkan ke baju laki-laki yang ada di depannya sambil tertawa terbahak-bahak.
Sementara laki-laki itu tetap diam dan tenang lain halnya dengan si penjaga warung yang bersembunyi di dalam, tubuhnya menggigil ketakutan, melihat sikap dingin dan kasar laki-laki bertato yang pastinya mereka ada genk perampok kelas kakap bukan lagi kelas teri.
Melihat mainannya diam saja dan tenang tanpa melawan ataupun marah dengan sikap nya membuat sang laki-laki bertubuh tinggi besar dan bertato itu semakin kesal dan garang. Kali ini piring berisi gorengan yang ada di depan laki-laki itu dia tumpahkan isinya dan piringnya langsung dia pecahkan sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.
"Pyaaaaarrrr"
Sontak saja bunyi suara itu membuat ketiga temannya pun ikut tertawa terbahak-bahak merasa para perampok yang ada di depannya semakin ganas, inspektur Abdul Rojak yang menyamar menjadi orang biasa itu segera berdiri dengan sangat tenang diusap dan di kebas kebaskan nya bajunya yang kotor dan dengan sangat halus dan tenang dia berdiri di hadapan laki-laki bertubuh tinggi besar dan bertato.
"Ki sanak, silahkan, berikan ganti untuk kerugian ini."
"Apa?" kau menyuruh kami untuk menganti Rugi." kembali laki-laki itu tertawa terbahak-bahak.
"Baiklah, trimalah ini ganti rugi yang cocok untuk mu."
"Plaaaakk..! sebuah tamparan langsung mendarat pada wajah laki-laki yang ada didepannya membuat ketiga temannya yang lain bersorak gembira memberikan semangat.
Laki laki itu segera mengusap wajahnya yang terkena tamparan.
" Masih, mau lagi! nih."
"Plaaaak, plaaaakk..!" dusssss.....dussssss....bumm," tubuh sang laki-laki berkali-kali mendapatkan tamparan dan tendangan sehingga membuat nya terhuyung ke belakang, tawa riuh dan sorak sorai dari ketiga temannya semakin keras bak suporter bola yang yang jumlah pendukung nya sangat banyak suaranya menggema ke seluruh ruangan yang ada di dalam warung kopi sedangkan sang laki-laki itu hanya memiliki satu suporter seorang pemilik kopi yang bersembunyi karena ketakutan.
"Mampus, kamu! sudah kubilang cepat pergi, kamu tidak mau mendengar kan kini kamu bagaikan cicak yang sudah tak berdaya, maafkan aku teman aku masih sayang dengan nyawaku, jadi aku tidak akan menolong mu, percaya lah aku akan menguburkan jenazah mu jika kamu sudah mati."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
semangat selalu 😍
2022-04-15
1
DEBU KAKI
next kak
2022-04-14
2
Na Gi Rah
Aku hadir
2022-03-29
1