"Apa kau memang gadis bodoh!" ucapnya menatap tajam.
"Iyaa... Sangkin bodohnya saya bisa pingsan karena ulah orang asing seperti Anda!" balas Alice kemudian beranjak dengan menyentuh kepalanya yang pusing.
Rava yang mendengar omongan Alice barusan, berjalan dan mendahului Alice. Alice menatap punggung Rava, ia menajamkan pandangannya seakan kesal dengan orang seperti Rava.
"Syukur dia itu tampan!, Andai saja bisa ku remas mulutnya, aku buat jadi asinan!"
"Alice." panggil Clairen.
"Iya Clai, ada apa?"
"Kau pulang saja, biar aku yang gantikan kerjaanmu. Karena wajahmu masih terlihat sangat pucat." ujar Clai.
"Tidak usah Clai, Terima kasih tapi aku masih sanggup" balas Alice dengan senyuman.
"Ya sudah... Aku layani di depan. Kau di bagian kasir saja , kita bertukar posisi. Apa kau mau?" tanya Clai dengan senang.
"Siap... Terima kasih sahabatku yang centil" balas Alice dengan memeluk tubuhnya.
"Sudah, jangan manja!Ayo kembali bekerja." Balas Clai.
Alice menatap Clai dengan bibir yang di miringkan seraya tersenyum dan berjalan ke arah meja kasir. Dari meja kasir , tampak Rava sudah tidak ada di mejanya.
^
Hujan sudah mulai terhenti, Rava memilih meninggalkan Cafe dari pada ia terus kesal dengan Alice. Rasanya, hari pertama bagi Rava adalah haru yang sangat sial. Bagaimana tidak, baru saja memulai aktivitasnya di awal pagi di Negara tersebut, sudah mengubah moodnya. Baru saja keluar rumah dan hendak berangkat untuk pertemuan, sudah di lempar koran. Berlanjut lagi dengan Insiden tumpahnya kopi panas pada Jasnya, di lanjut lagi dengan pembatalan pertemuan dengan Client, Sungguh hari yang sial pikir Rava.
"Aku tidak percaya.... Terlalu aneh." ucap Rava sendiri seraya menatap jalanan.
"Gadis itu, membuat kepalaku pusing saja..."
Setengah jam kemudian , Mobil BMW berwarna Red Metallic terhenti di area parkiran Universitas, dengan cepat ia turun dari mobilnya dengan menatap ke sekelilingnya. Teringat, saat ia mengecap pendidikan yang membawanya sampai di titik kesuksesannya.
Rava mengambil ponselnya, menekan angka 3 pada layar ponselnya. Yang ia beri tanda sebegai nomor panggilan cepat, untuk adik semata wayangnya.
"Apa kau sudah pulang?" tanya Rava saat panggilannya terhubung.
"Kak Rava yang jemput Vara?" Ia merasa senang, karena yang dia rindukan akhirnya datang pada dirinya.
"Kau ini, kenapa malah balik bertanya?"
"Kak... Tunggulah 15 menit lagi. Apa kakak bersedia? Vara masih ada kelas Kak."
"Baik... Kakak akan menunggu di tempat biasa. Apa kau tahu?"
"Iya... tahu. Taman bermain kan? Vara akan menyusul Kakak." Bisik Vara , karena ia memang masih mengikuti jam pelajarannya.
Seuai menghubungi adiknya, Rava membawa kakinya untuk melangkah ke depan, arah yang bertujuan membawa Rava di taman bermain untuk para mahasiswa yang merasa bosan di jam pelajaran. Tempat itu merupakan tempat yang memiliki kenangan bagi Rava. Karena di situlah , tempat ia menemukan cinta pertamanya.
Seluruh mata mahasiswa menatap pada pria yang berjalan dengan gagah itu, berkharisma dan tampak tatapan wajahnya yang dingin. Membuat para mahasiswa yang centil berdecak kagum di buatnya.
"Bukankah itu kakak kelas Alumni 4 tahun lalu yang bernama Rava? Apa kalian mengingatnya?" ucap Salah satu mahasiswa fakultas seni musik dengan hebohnya ke para kerumunan teman - temannya.
"Sepertinya iya, Dia kan sempat terkenal karena menjalin hubungan dengan mahasiswi seangkatannya satu fakultas yang paling cantik di masa mereka, anak dari Pemilik Perusahaan Kosmetik yang tekenal itu."
"Kau benar, mereka berpisah karena saat itu gosipnya kakak kelas Vanessa sudah di jodohkan, dan usai mereka wisuda ia langsung saja menikah."
"Duh... Padahal Kak Rava cakep banget, bisa di lewatkan. Apa lagi tatapan wajahnya yang dingin , membuat orang - orang yang melihatnya ikut membeku." puji MahaSiswi lainnya.
"Sudahlah... Tapi kenapa dia kemari?"
"Kau tidak tahu? Adiknya ada dua orang berkuliah di sini."
"Benarkah? Aku harus mendekati Adiknya, biar bisa dekat dengan Kakaknya yang super tampan dan Hot itu."
Seperti itu , pembicaraan para Mahasiswi keganjenan setiap melihat cowok tampan lewat. Tapi wajar sih, selama Rava berkuliah di Universitas yang sedang ia tapakin , dia sering sekali menjadi sorotan para wanita. Kepribadian Rava yang angkuh dan dingin , membuat orang di sekelilingnya sangat haus perhatiannya. Untuk dekat dengan orang lain saja, ia sangat sulit. Hanya Vanessa yang mampu membuat gunung Es nya mencair.
"Masih sama seperti dulu," ungkap Rava.
Rava tiba di tempat taman bermain kecil, yang di ciptakan oleh para Maha Siswa dan Maha Siswi, sekedar untuk membuang kebosanan atau pun untuk membaca buku. Rava menyusuri setiap dinding, yang masih memajang wajah seluruh mahasiswa/mahasiswa. Ia tersenyum, saat Rava berhenti tepat di Foto nya bersama Vanessa dan sahabatnya.
"Kenapa wajahku sangat angkuh!" ucap Rava dengan senyuman.
"Kak Rava..."
"Kau sudah selesai Vara?" tanya Rava dengan membalikkan tubuhnya. Senyuman Rava memudar seketika, ia mematung. Saat wajah orang yang sempat mengisi hatinya itu tiba di depannya.
Vanessa, Ia dia wanita pertama yang mampu mengobrak - abrik hati Rava. Dia juga yang mencampakkan Rava tanpa perasaan.
"Sedang apa kau di sini?" tanya Vanessa dan mendekati Rava yang masih berdiam.
"Apa aku harus permisi padamu?" tanya Rava datar.
Vanessa menatap Rava, ia merasa Rava tidak bersahabat.
"Tidak perlu, tapi apakah kau baru kembali Rava?" tanyanya dan mendekati Rava.
Rava tidak bergeming, dia hanya menatap ke sembarang arah.
"Tidak ada hubung—"
"Kak Rava." panggil Vara.
Vara menatap pada Vanessa, begitu pula dengan Vannesa. Ia tersenyum , hanya saja Vara langsung membuang pandangannya dan mendekati Rava.
"Kak, ayo kita pulang" ucapnya tanpa memandang Vannesa dan mengalungkan tangannya pada lengan Rava.
"Ayo." balas Rava mengikuti Vara berjalan keluar.
Rava dan Vara sudah tiba di luar, keduanya dengan akrab berjalan melewati kerumunan mahasiswi yang keganjenan. Mata para mahasiswi, tepatnya teman sekelas Vara mendelik , karena Vara menggandeng Pria tampan. Mana ada yang tahu, Vara yang manja itu memiliki kakak setampan Rava , terkecuali Defan. Banyak yang tahu, Vara memiliki adik sepupu yang terkenal karena Somplak.
"Bang Rava..."
"Astaga kak Rava, kakak harus berlari ke mobil. Buruannn..." Vara menolak tubuh Rava.
"Kenapa denganmu Vara?" tanya Rava bingung.
"Kak... Ada defan. Sebelum kharisma kakak yang terkenal di Kampus ini menjadi tercelah karena defan, ada baiknnya kakak berlari sekarang ke mobil," ungkap Vara tergesa - gesa.
Tanpa berpikir panjang , Rava berlari terbirit - birit, karena ia merasa ada badut yang mengejarnya. Defan yang sudah hampir sampai pada posisi keduanya pun menjadi terhenti, saat melihat Rava berlari.
"Kau menyuruhnya lari kan?" seru Defan ke Vara.
"Ia, karena kau bisa membuat malu kakakku. Seperi kau mempermalukan aku , Defan." balas Vara.
"Vara... aku sangat merindukan kak Rava," ungkapnya sedih.
"Kalau kau rindu, datanglah ke rumah kak Rava." ucap Vara dengan berjalan manja meninggalkan Defan yang masih ngos - ngos san.
"Sialan, anak manja bau tengik" jerit Defan.
Vara yang mendengarnya pun terhenti, menoleh ke Defan dan menjulurkan lidahnya.
"Awas kau ya!" Defan hendak berlari menggertak Vara. Dengan cepat Vara berlari , karena sangat takut di permalukan oleh Defan.
Rava yang sudah berada di mobil, merasa kelelahan karena Defan.
"Kenapa anak ingusan itu tidak berubah! kesialan apa coba? Keduanya bersamaku di Negara ini?" ucapnya sendiri.
Tak lama Vara pun tiba, dengan rasa yang sama seperti Rava. Ia kelelehan, karena habis berlari menghindari Defan. Dengan cepat, Vara membuka pintu mobil Rava. Duduk di depan dan menatap kakaknya yang juga merasa lelah.
"Kak.... Buruan lajukan mobilnya."
"Tapi kakak masih lelah sayang." ucap Rava.
"Kakak mau, Defan mengganggu?"
"Jelas tidak, Pakailah safety beltmu."
Dari arah kejahuan yang tampak bukan Defan, tetapi Vannesa yang sedang berjalan dengan anggun. Mata Rava sempat melirik wanita itu, tapi karena Vara menyadarkannya , ia dengan cepat berlalu meninggalkan kampus Vara.
.
.
Bersambung...
.
Tekan Like dan VOTE , Terima Kasih kakak semuanya ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
rayo78
kasian Devan... emang kenapa kalau somplak ?
kan lucuuu
2021-08-02
0
Fhebrie
haduh defan defan knp niru bapaknya sih somvlak haha
2021-01-26
0
Siti Zulaiha
waaaah keren thor sifat para orang tua mereka menurun 😁😁😁😁😁emang benar kata pepatah buah jatuh tak jauh dari pohon nya 🤣🤣🤣🤣🤣
2020-12-08
0