Defan.
Defan, anak dari pasangan Delia dan Frans. Berumur 22 Tahun, saat ini ia mengecap pendidikan di New York. Defan sendiri, lebih memilih untuk dekat dengan Rava dan Vara ketimbang dengan papanya Frans. Kenapa seperti itu? Defan mau kabur dari keinginan sang papa, untuk mengikuti kehendak papanya yang ingin membuat Defan seperti Raka, Rava termasuk papanya sendiri.
Defan tidak tertarik dalam dunia bisnis, ia lebih tertarik dalam dunia seni Lukis. Karena itu dia memilih jurusan melukis. Mungkin Gen Delia lebih banyak di tubuh Defan. Delia sendiri seorang perancang busana di masa gadisnya. Mungkin karena itu alasan Defan memilih jurusan seni lukis. Dan Defan memilih untuk berkuliah di satu Universitas dengan Vara.
^
"Vara" Teriak Defan dari ujung lapangan Universitas, membuat mata Vara menoleh ke Defan.
"Sialan, kenapa dia belum masuk kelasnya?" Gumam Vara malas. Dengan langkah cepat , Vara purak - purak nggak dengar panggilan Defan.
"Varaaa.... kok lari sih! tunggui dulu" Defan kembali teriak.
"Aku nggak mau ngomong sama kau, Defan. Aku sudah telat!" Balas Vara tak kala kuat dari Defan.
Defan yang mendengar jawaban Vara pun berlari sekencang mungkin, untuk menghentikan langkah kaki Vara. Akhirnya Vara terhenti, ketika tangan Defan menyentuh pundaknya. Dengan nafas terengah - engah, Defan dan Varah saling menatap satu sama lain.
"Apaan sih Defan, kau membuatku telat untuk masuk kelas!" Vara mulai kesal.
"Astaga... kau ini! kenapa kau lari, membuatku lelah."
"Yang sopan sama kakakmu, Defan!" Ucap Vara dengan menajamkan matanya.
"Kakak apaan! kau dan aku cuma berbedah 1 tahun, kenapa aku harus memanggilmu kakak! apa lagi kau itu anak manja!"
Vara mengerucutkan bibirnya, "Aku tidak butuh ocehanmu! sudah sana, aku mau masuk kelas. kau benar - benar membuatku telat!" ucapnya sambilan berjalan.
Defan mengikutinya , "Vara! aku cuma mau tanya tentang Kak Rava, apa kak Rava sudah tiba di sini?"
Vara terhenti dan kembali menoleh ke Defan,
"Defaaannn! kau bisa bertanya soal itu nanti. Sekarang aku sudah telat untuk masuk kelas! apa kau tidak mendengarkan apa yang aku katakan?" Teriak Vara dengan kesal.
"Astaga! kau itu perempuan! bukan Radio Rusak! kenapa suaramu sangat cempreng!" Defan kembali teriak.
"Iiihh.... lihat saja kau nanti! Jika aku di marahi oleh Dosenku! aku adukan kau ke kak Rava!" ucapnya seraya meninggalkan Defan yang tak kala kesalnya dengan Vara.
Mendengar nama Rava , Defan tidak berani mengejar sepupunya itu , Defan mengomel terus menerus sesekali melirik Vara dan berjalan meninggalkan area jurusan Designer di mana Vara memilih jalur yang jauh berbedah dengan kakaknya Rava.
****
Renata.
Putri Tunggal pasangan Varel dan Casandra, berumur 25 Tahun. Di usianya yang muda, ia mengikuti jejak sang papa, mendalami dunia bisnis. Tidak mudah baginya, hanya saja ia terus belajar. Karena Renata mau , papa dan mamanya bangga. Walaupun dia seorang wanita, Ia mau agar turunan papa dan mamanya berguna.
Banyak pelajaran yang ia terima dari orang - orang terdekatnya. Salah satunya Rava, selalu saja ia usil membuat kesibukan bagi Rava. Renata sendiri, memilih mengelola perusahaan Varel yang ada di Jakarta. Ia tidak mau mengikuti jalur Rava yang memilih berbisnis di New York, apa lagi keduanya jarang akur. Walau seperti itu, Rava masih mau membantu Renata di kala ia kesulitan, karena pesan dari papanya Raka dan mamanya Eva. Mereka suka sekali membela Renata, kadang membuat Vara jengkel karena ulah Renata.
Pernah di mana Renata menjahili sang Kakak, pada saat itu Renata berkunjung bersama mamanya di rumah mereka, Renata berpikir perginya Rava karena ia mau menghindari pembicaraan mamanya dan mama Renata tentang perjoodohan. Sehingga, Renata membuat keempat ban mobil Rava kempes, dan pada saat itu , Rava yang bersiap keluar hendak menjemput Vara dari sekolahnya. Betapa marahnya Vara, saat ulah Renata yang di akuinya sengaja di perbuatnya, Katanya untuk hiburan di hari yang panas. Sungguh tidak masuk akal buat Vara, karena itu Vara marah - marah nggak jelas. Tetapi Eva memarahinya, dan membuat Vara menangis karenanya.
Dan di dalam benaknya Vara, ia tidak akan pernah mau kakaknya di jodohkan dengan Renata. Wanita bar - bar pikirnya tidak cocok menjadi iparnya. Menurut Vara, Renata tidak cocok dengan kakaknya Rava yang pendiam kalau sama orang asing. Tetapi Vara nggak tahu, perasaan kakaknya ke Renata itu seperti apa. Karena selama ini , Rava sangat jarang memarahi Renata.
Jika Renata usil, Rava hanya menatapnya tajam tanpa berkata apapun. Sampai Vara mempengaruhi Rava untuk memarahinya , Rava hanya bilang "Sabarlah adikku, Renata itu baik, dia tidak menyebalkan, Dia hanya kesepian" Pernyataan kakaknya itu membuat Vara Kesal.
"Kau... apa yang kau lakukan sedari tadi!" bentaknya pada sekretarisnya Sasa.
"Maaf Ibu Renata. Pesan Tuan Rava, beliau tidak mau di ganggu selama beberapa minggu kedepan. Karena Tuan Rava baru tiba di New York dan sedang dalam kesibukan. Jadwal beliau sedang padat, dan info barusan, saya dapatkan dari Tuan Harsen Asisten Pribadinya Tuan Rava."
"Sudahlah... pergi sana! kau membuatku pusing. Karena kau tidak menginfokan kepadaku tentang keberangkatannya."
"Maaf Bu Renata" balas Sasa
Renata hanya melambaikan tangannya, menyuruhnya untuk keluar. Dengan hati yang panas, Renata menatap tajam ke sembarangan tempat. Hatinya sangat geram , karena Rava meninggalkan Jakarta tanpa sepengetahuan Renata.
"Dia hanya menghindar dariku!" Katanya dengan penekanan.
Kemudian Renata mengambil ponselnya dan menghubungi pria yang selalu membuatnya tenang di saat ia memanas.
***
James.
Pria paling kecil di antara seluruh sanak saudara mama dan papanya. Berumur 22 Tahun, anak pasangan Jimmy dan Anna ini cuma berbedah beberapa bulan dengan Defan, anak Frans dan Delia.
James sendiri, masih berkuliah di salah satu Universitas Jakarta. Jimmy dan Anna , Bukan tidak mampu menguliahkan anak tunggal mereka ke luar negeri. Tapi nasib yang tidak di sangkah, Anak Jimmy nggak mau, dia memilih untuk tinggal di Jakarta. Tidak mau ikut - ikutan para temannya. Alasannya, karena kakaknya Renata juga di Jakarta. Ya begitulah, Si James sangat manja dengan Renata. Karena keduanya memang anak tunggal. karena efek lahiran , Anna memlih untuk memiliki satu anak saja. Ia meminta ke Jimmy, dan syukurnya Jimmy tidak mempersalahkan itu.
Drtttt....Drttt....Drttt.... ponsel itu bergetar di dalam sakunya. Dengan cepat ia mengambilnya , menatap layarnya.
"Noona Rena" ucapnya dengan menatap layar ponselnya.
James melirik kedepan, mengintip ke arah Dosen yang sedang menerangkan bahan mata kuliahnya. Lalu James mencoba menjawab telepon Rena diam - diam.
"Ada apa Noona sayang?" Bisiknya sambilan melirik sekilas kedepan.
"Kau! kenapa kau berbisik?"
"Astaga Noona, kau ini cerewet sekali. Aku sedang di kampus, kau pikir aku sedang apa?" Tanya James dengan mata melotot.
Di sana Renata melirik jam kecil yang ia letakkan di atas mejanya.
"Bukankah ini sudah sore, kenapa kau masih di kampus?" Tanya Renata dengan melototkan matanya , seakan ada James di depannya.
"Duh... Noona ku sayang, ini mata kuliah pengganti karena kemarin Dos—"
"Maju kedepan James, kau selalu saja tidak pernah serius di kelas saya" ucap Dosen bernama Marvel dengan menarik kuping si James.
"Aduh... duh Pak" ucap James sambilan berjalan ke depan kelasnya. Seluruhnya sudah menertawai si James.
"Kamu ini selalu buat masalah di jam pelajaran saya! Kamu mau saya keluarkan terus!"
"Maaf Pak, tapi bukan keinginan saya, Ini Noona saya nih" Menunjukkan ponselnya, " Harusnya Pak Marvel jangan marah sama saya dong, yang telepon saya di jam belajar harusnya" ucap James protes.
"Kamu ini! selalu saja menjawab saya! kalau bukan kamu yang mencet tombol hijau ponselmu itu! Siapa tu, Nanasmu! nggak mungkin bisa berbicara dengan kamu" ucapan Dosen paruh baya itu, mengundang tawa satu kelas.
"Diam kalian semua! kenapa kalian malah tertawa di atas pedih maupun penderitaan teman kalian ini!"bentak si Dosen berkepala plontos.
"Habis pak Marvel sih, Noona Pak bukan Nanas. Entar Nona saya marah, bisa terbang saya Pak."
"Emangnya Nonamu itu siapa james? bisa terbang segala! Sudah, jangan bahas Nona mu lagi, jawab pertanyaan saya yang ada di papan tulis!"
"Noona Pak"
"Terserah James! buruan di jawab"
Dengan meringis, James yang mengambil jurusan di bidang ekonomi, menatap papan tulis dengan sedih. perasaannya campur aduk.
Sedangkan di sana, Renata yang masih mendengar percakapan sepupunya dan Dosennya , terkikik sampai perutnya sakit. Begitulah Renata, sangat usil saat orang tertindas karena ulahnya, dia pun tertawa bahagia. Bukankah Gen Casandra paling banyak menurun pada Renata?
.
.
Jangan lupa Tekan Like, VOTE, serta ⭐⭐⭐⭐⭐, mohon dukungannya. Maaf Visual akan saya selipkan usai lulus Review, biar nggak lama. Oh ya soal Visual tolong untuk tidak protes, karena saya uda katakan, kalian boleh saja menggambarkan siapapun. Pilihan tetap di tangan saya, Terima Kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Aish🍿ᗰՏᖴ🍿᯽ℒ𝓊𝒸𝒶𝒾𝓂❦︎🍆
Renata kek Emaknya Bar bar dan usil, kalo kaya Varrel pasti kalem😂😂
2021-03-08
0
Tasman Ahmad
s
2021-01-12
0
Tasman Ahmad
ab sk
2021-01-12
0