My Chosen Wife
Hello Readers, Ini lanjutan Novel aku sebelumnya yang berjudul "TERPAKSA MENIKAH" jadi yang pendatang baru, Putri sarani untuk baca Novel itu sebelumnya. Karena di sini Putri menceritakan kisah dari anak - anak Mereka. Okey Terima Kasih ya, seperti biasanya Aku mohon untuk dukungan kalian. Tekan Like , Vote dan Favoritkan Novel Ini. Selamat membaca ❤
.
.
.
Alice Cornelis.
Seorang Gadis bernama Alice Cornelis berumur 23 Tahun, terbangun di Pukul 06 : 00 waktu New York. Di tengah kesibukannya, Alice selalu membantu sang Ibu di dapur, membantu Ibunya mengurusi pekerjaan Rumah. Mulai mencuci pakaian, Memasak makanan untuk mereka santap di pagi hari. Sebisa mungkin Alice mengambil alih seluruh pekerjaan rumah mereka, karena ibunya bekerja sebagai penjual kue keliling. Kue yang di buat oleh sang Ibu dengan menggunakan tangannya sendiri. Alice hanya hidup berdua dengan Ibunya, Papa Alice sudah tiada sejak Alice berumur 20 Tahun, akibat kecelakaan dalam pekerjaannya.
Alice sendiri lahir dan besar di Jakarta, tetapi saat ia berumur 15 Tahun papanya di pindah tugaskan ke New York, sebagai Arsitektur bangunan gedung. Saat papanya hendak memantau lapangan pekerjaan terjadilah sesuatu yang tidak di inginkan mereka.
"Ma, makanan sudah masak. Ayo kita sarapan sebelum Alice berangkat bekerja" Ajaknya pada sang mama yang sedang mengadon untuk bahan kue nya.
"Tunggu Alice... mama cuci tangan sebentar" Ucap perempuan paru bayah tersebut.
Alice pun menyendokkan nasi ke piring mamanya , mengambil lauk untuk di santap mamanya. Saat mamanya bergabung di meja makan , mama menatap Alice.
"Apa kau tidak lelah nak? Kau selalu bekerja sangat keras untuk menghidupiku" ucapnya seraya mendaratkan tubuhnya duduk di depan Alice.
"Mama nggak boleh berkata seperti itu, Apapun akan Alice kerjakan asal halal untuk menghidupkan Mama dan juga Alice. Harusnya mama tidak boleh lagi berjualan, biar Alice yang melakukan semua pekerjaan ini Ma" Ucapnya dengan senyuman.
"Tidak, mama tidak mau hanya berdiam diri. Mama ingin kita bisa sama - sama mengumpulkan pundi - pundi kehidupan kita nak. Agar kita tidak berkekurangan , dan mama yakin Alice dan mama suatu saat nanti mampu membuka sebuah bakery" ucap sang mama dengan penuh semangat.
"Baiklah Ma... kita akan wujudkan keinginan mama itu, Ayo ma di makan."
Keduanya pun dengan semangat menyantap sarapan yang sudah di sediakan oleh Alice. Mama sekilas menatap wajah putrinya yang tidak pernah bersedih ataupun mengeluh. Mama sebenarnya sedih, karena dia masa muda anaknya di habiskan untuk bekerja. Bersyukurnya Alice sempat menamatkan Sekolah Menengah Atasnya. Ada harapan Alice, ia akan mengecap pendidikan di jenjang perkuliahan. Tetapi nasib berkata lain , Papanya telah tiada tanpa meninggalkan harta untuk anak dan istrinya.
Karena itu Alice bekerja di salah satu Cafe Kopi and Cake yang terkenal di Kota New York. Sebelum ia berangkat bekerja di Cafe Kopi and Cake, Paginya Alice menyempatkan diri , bekerja sebagai pengantar koran di berbagai tempat dengan mengayuh sepedanya mengirim Koran ke rumah - rumah atau pun ke kantor. Semua itu ia lakukan demi Mamanya dan dirinya sendiri.
"Mama" Alice mencari keberadaan sang mama.
"Mama di sini Nak" jawab sang mama yang berada di taman kecil belakang rumah mereka.
"Maa... Alice berangkat ya" Alice berjalan mendekati sang mama, memberikan kecupan di kedua pipi mamanya seraya memberikan salam.
"Hati - Hati ya Nak" Ucap sang mama.
"Mama juga hati - hati ya" balas Alice, dan berjalan keluar rumahnya. Mengambil Sepeda yang terparkir di halaman rumah mereka.
Dengan membawa tas ranselnya, Alice mengayuh sepedenya menuju tempat pengambilan Koran yang biasa dia jual. Hanya butuh 15 menit, Alice tiba di tempat yang ia tuju.
"Semangat Alice" ucap sang pemilik.
Alice tersenyum, "Baik Paman, Alice berangkat ya Paman Jacob" serunya dengan semangat. Jacob pun melambaikan tangannya, ia sangat suka dengan kegigihan Alice untuk bekerja.
Alice mengayuhkan sepedanya dengan kecepatan maxium. Sesekali ia berhenti di depan rumah langganan korannya saat pemilik rumah berada di depan. Alice kembali mengayuh sepedanya ke seluruh langganannya, kadang ia melempar ke rumah yang tertutup oleh gerbangnya.
Untuk langganan terakhir, Alice berhenti di depan rumah mewah yang sangat luas dan berpagar cat putih. Hanya rumah itu yang selalu membuat Alice penasaran, karena tidak pernah sekalipun rumah itu seperti berpenghuni. Hanya saja pelanggan rumah yang ada di depan Alice berdiri , selalu membayar tagihannya dengan tepat waktu ke paman Jacob.
"Aku sangat penasaran, Rumah sebesar ini tetapi seperti tidak ada penghuninya saja! Sudahlah Alice , itu bukan urusanmu" Alice mengambil sisa 1 gulungan korannya dan melempar ke arah rumah di depannya melewati pintu gerbang rumah besar itu.
Alice menepuk kedua tangannya seakan membersihkan sisa debu dari koran tersebut dengan senyum kemenangannya.
"Baik... sudah selesai" ucapnya seraya menatap jam di tangannya.
"20 Menit lagi aku harus tiba tepat waktu di Cafe"Imbuh Alice lalu mengayuh sepedanya dan meninggalkan Rumah mewah tersebut.
***
Rava Atmadja.
Seorang Pria mapan berumur 26 Tahun sudah memiliki perusahaan sendiri di New York. Pada awalnya Rava Atmadja hanya membantu di perusahaan Papanya di Jakarta. Karena di usianya yang muda di tambah dengan kepintarannya dalam mengelola dan menjalani perusahaan sang papa dan membantu harta warisan dari sang Nenek Buyut, Rava berhasil membangun perusahaannya di New York.
Kota New York adalah tempat impiannya sedari dia berumur 20 tahun mendambakan sebuah perusahaan di kota itu. New York merupakan tempat di mana ia juga mengecap pendidikan. Dan Untuk pertama kalinya anak sulung dari seorang pengusaha yang terkenal yang bernama Raka Atmadja itu, kembali menginjakkan kakinya di Rumah yang sudah ia bangun oleh Arsitektur terkenal di Negara itu saat Rava berumur 22 Tahun.
BRUGGGGG!!!
"Siapa yang berani melemparkan Koran dengan kasar seperti itu! Dasar gak punya sopan santun!" ucapnya dengan kesal seraya menyentuh keningnya yang terkena lemparan koran.
"Pagi - pagi sudah merubah mood aku saja!" Lalu ia mengutip koran yang mendarat di depan kakinya setelah mengenai keningnya. Dengan memakai stelan jas Navy, Rava yang sudah bersiap akan bertemu Client pertamanya di salah satu Cafe terkenal.
Dengan balutan setalan jas nya, Rava berjalan ke arah pintu gerbang rumahnya. Terdengar langkahan sepatu pantofel yang berlaga dengan lantai , menambah gagah dan berkharismanya seoarang Rava . Tak lupa Kaca mata hitam yang melingkar menghiasi kedua matanya menambah kegagahan Rava sebagai seorang Presdir.
"Aku harus segera mencari pekerja untuk di rumahku ini" ucapnya seraya mendorong pintu gerbang lalu berjalan masuk ke mobilnya hingga keluar gerbang rumah. Usai di luar, Rava kembali turun dari mobilnya untuk mendorong gerbangnya dan menguncinya. Lalu kembali masuk ke mobil dan melaju dengan kecepatan maxium menuju tempat pertemuan.
30 menit kemudian Rava tiba di area parkiran Cafe&Cake, ia membawa kakinya keluar dari mobilnya dan melepas kaca mata hitam yang melekat di kedua matanya. Rava memperhatikan setiap sudut Cafe besar itu dengan seksama. Ia memperhatikannya untuk lebih memastikan apakah Rava tidak salah tempat. Hanya saja nama Cafe yang di depannya tidak memiliki billboard, membuat Rava pusing.
Tiba - Tiba pandangan Rava tidak sengaja berpindah ke arah Gadis yang baru saja memarkirkan sepedanya. Gadis itu sedang merapikan rambutnya dan kembali mengikatnya dengan kunciran yang rapi. Rava mendekat ke Gadis yang sibuk pada dirinya sendiri tanpa tahu adanya Rava di belakangnya.
"Excuse me" Panggilan Rava membuat Alice kaget. Ya Gadis yang di lihat Rava adalah Alice , ia baru tiba di Cafe tempat di mana ia mengais rejekinya.
"Egh setan!" balasnya dengan berbalik ke arah Rava seraya memegang dadanya.
"Ouu... ternyata kau orang Indonesia?" Ucap Rava.
Alice menatap kagum dengan ketampanan maksimal Rava yang di depannya, membuat Alice terdiam dan menatap tanpa berkedip.
"Maaf Nona, kau bisa berbahasa Indonesia kan? Kenapa diam! saya nggak punya waktu untuk meladeni kekaguman anda dengan wajah saya!"
"Ma—Maaf Tuan, ia saya bisa berbahasa Indonesia. Maaf saya tidak sengaja mengatai anda Setan" Balas Alice dengan menundukkan kepalanya karena takut menatap wajah Rava dengan mata yang di tajamkan.
"Lupakan! saya mau bertanya, apakah benar ini Cafe&Cake MY?" Tanyanya ke Alice.
Alice mengangkat wajahnya dan tersenyum.
"Benar Tuan , ini Cafe yang anda katakan."
"Okey kalau begitu" ucapnya tanpa menatap Alice dan meninggalkan Alice yang masih berdiam.
"Apa aku tidak salah mendengar? Kenapa dia tidak mengucapkan Terima Kasih sama sekali?" Alice mengerucutkan bibirnya lalu ia tersadar menatap jam tangannya. "Sial , 5 menit lagi" Buru - Buru Alice berlari dan mendahului Rava.
Rava menatap punggung gadis yang berlari
dengan tas ransel yang menempel di pundaknya. Lalu Alice tiba - tiba berbalik , dan menatap Rava dengan tersenyum. Hanya berjarak 3 langkah di antara mereka saat itu.
"Hey Tuan!!! bisakah anda melihat papan di atas itu?" Ucap Alice lalu ia kembali berlari menuju pintu masuk karyawan Cafe.
Rava yang sempat menatap Alice, mengikuti arah yang di tunjuk oleh Alice. Sangat besar, terpampang nama Cafe yang ia cari.
"Sial! apa dia menggodaku? Apa dia meledekku! beraninya dia!" Rava kembali berjalan memasuki Cafe tersebut dengan perasaan kesal.
Saat tiba di dalam Cafe, Rava mendudukan dirinya di mana dinding kaca menghadap pemandangan jalanan kota itu. Langsung saja , Rava di layani oleh pelayan Cafe yang tak lain dan tak bukan Alice.
"Hello, Excus—" Ucapan Alice tergantung saat Rava menatapnya.
"Tuan..." seru Alice dengan senyuman.
Kenapa sedari tadi dia tersenyum padaku? Apa gadis ini ingin menggodaku?"
"Oh kau gadis yang meledekku tadi!"
"Meledek? maaf Tuan, saya tidak paham maksud anda."
"Sudah lupakan! saya mau pesan Cokelat panas 1 dan 2 slice Chesee Cake" ucap Rava tanpa menatap Alice karena ia sibuk dengan Ipad nya.
Alice yang sudah mencatat menu makanan yang di pesan oleh Rava kembali mengulang pesanannya dan mendapatkan anggukan oleh Rava yang masih saja sibuk menatap layar Ipad.
"Baik Tuan , apa ada yang lain lagi?" Tanya Alice ramah.
Dengan cepat Rava mengangkat tangan kanannya menjawab tidak ke Alice.
"Baik Tuan, saya permisi" Barusan memutar badannya, Rava kembali memanggilnya.
"Iya Tuan?" Tanya Alice.
"Tolong cepat! karena saya sedang buru - buru!"
"Baik Tuan" Alice mengumpat Rava di dalam hatinya. Perasaan Alice , Rava itu pria angkuh dan sombong. Alice sangat kesal di buat oleh Rava.
"Terlalu sombong! Kesialan apa jumpa cowok sombong. Udalah angkuh , sombong lagi, tapi sialnya dia tampan! " Ucap Alice sambil berlalu ke arah dapur menyampaikan pesanan Rava.
"Kau kenapa terus mengomel Alice?" Tanya Clairen teman dekat Alice. Sangkin dekatnya mereka , terkadang mereka bisa saling menukar jadwal mereka.
Selang beberapa menit, pesanan Rava telah selesai. Dengan menggunakan nampan, Alice berjalan menuju ke meja Rava. Tampak dari belakang Rava, pria dingin itu terlihat sangat sibuk dengan Ipadnya , sangkin memperhatikan Rava yang hampir dekat, tiba -tiba kaki Alice terbentur kaki meja. Hingga membuat tubuh Alice jatuh di hadapan Rava.
Rava buru - buru menampung tubuh Alice dengan cipratan Cokelat panas yang di bawa Alice mengenai Jas Rava.
Brugggggg... !!!
Alice terjatuh, dengan cepat Rava berdiri menampung tubuh Alice dan membuatnya berdiri di sampingnya.
"Apa kau ini tidak punya mata! Kau tidak lihat aku sedang bekerja!" Teriak Rava saat di rasa tubuh Alice
kembali pada posisi semulanya.
"Maaf Tuan saya tidak sengaja" ucap Alice panik lalu mengambil tisu di depannya dan mencoba membersihkan Jas Rava.
"Jangan sentuh saya! Saya tidak suka orang asing seperti anda mengotori tubuh saya!" Ucap Rava seraya membuka jasnya dan melempar ke arah Alice, refleks Alice menangkap jas itu. Semua mata memandang ke Alice.
Tiba - Tiba dari arah belakang Manager Cafe menghampiri Alice "Maaf Tuan.. maafkan karyawan saya" ucap Manager Cafe tersubut. Alice hanya menunduk, tidak berani menatap Rava.
"Tidak ada maaf bagi saya! kalau karyawan anda tidak bisa bekerja dengan baik, pecat saja! Apa kalian tahu saya ada pertemuan penting di sini? Kesialan macam apa yang aku dapatkan pagi - pagi."
Suara Getaran ponsel Rava terdengar , pertanda ada panggilan masuk. Mata Rava segera berpindah dari Alice ke Ponselnya. Nomor panggilan teterah di layar ponselnya.
Rava Atmadja.
.
.
Jangan lupa tekan Like , VOTE dan Favorit ya. Soal Visual aku sarankan jangan Protes ya anak mom semua.
Cara Vote bisa ikuti gambar di bawah ini :
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Cik Syita
aku mampir ya thor..😘
2021-01-04
0
Cantik😙😚😙
halo aku kembali lagi setelah sekian lama
2020-12-26
2
Diva
Alice anak nya mantan bapak nya rava ya thor
2020-12-15
0