Setelah mengetahui kalau aku hamil. Aku pun mengurangi aktivitasku. Sesuai saran dokter setiap hari aku minum vitamin dan susu. Tapi aku tidak merasakan mual seperti ibu hamil pada umumnya.
Aku coba bertanya pada temanku yang sudah pernah hamil, katanya itu adalah hal yang biasa. Tidak semua wanita hamil mengalami mual. Hatiku lega berarti tidak masalah hamil dengan kondisi mual atau tidak.
Nafsu makanku juga semakin besar, bahkan aku lebih suka makan yang pedas dari pada yang asam. Dan nafsu syahwatku juga tidak seperti biasanya.
Aku coba baca-baca di internet, ternyata itu karena perubahan hormon saat wanita sedang hamil. Rasanya aku sudah tak sabar merasakan janinku bergerak-gerak dalam perutku.
**************
Waktunya untuk kontrol lanjutan, aku dan suamiku Dimas sudah tidak sabar ingin melihat perkembangan calon anakku.
Seperti biasa setelah mendaftar, proses cek tensi dan timbang badan, tinggal menunggu diperiksa dokter.
"Ibu Utami!"
Akhirnya namaku dipanggil juga, dengan ramah suster mempersilahkan aku dan suamiku masuk keruang dokter.
"Selamat malam Ibu, apa kabar?" sapa dokter Marcel ramah.
"Malam Dok, baik Dok," jawabku.
"Ada keluhan buk?"
"Tidak ada Dok, ini mau kontrol ulang saja," jawabku lagi.
"Baik kita cek USG dulu yuk untuk lihat perkembangan janin."
Akupun segera mempersiapkan diriku di ruang USG dibantu suster yang ada di sana.
"Sudah siap Dok," kata suster memberitahu dokter Marcel.
"Baik Sus, yuk Pak kita lihat calon anak Bapak."
Dokter dan suamiku mendekatiku. Setelah meletakkan alat USG di perutku, dokter Marcel mengernyitkan keningnya, dan menghela nafas membuatku curiga.
"Bagaimana hasilnya Dok?" tanyaku penuh curiga.
"Hmmm ini masih dugaan saja ya."
Deg ...
Hatiku tiba-tiba merasa nggak nyaman mendengar jawaban dari dokter Marcel, aku takut terjadi apa-apa pada janinku.
"Harusnya kantungnya sudah makin membesar ya seiring berjalannya waktu, ini kog kempes hanya melonjong saja," kata dokter Marcel, sambil menunjukkan di layar.
"Maksudnya kenapa Dok?"
aku masih tidak mengerti, suamiku juga sepertinya sama bingungnya dengan diriku.
"Hmmm saya akan resepkan vitamin dan penguat janin ya, semoga tidak apa-apa, yang penting Ibu saat ini tidak ada keluhan."
Setelah memeriksaku, dokter kembali ke mejanya untuk menuliskan resep untukku. Hatiku sudah merasa kalut dan cemas, kenapa dengan janinku.
"Nanti obatnya diminum, ibu juga harus banyak istrirahat ya. Dan jangan melakukan hubungan dulu, ditahan ya Pak, nanti kalau sudah lewat masa rawan boleh dilakukan lagi."
"Tapi ini gak apa-apa kan Dok," tanyaku mencoba meyakinkan diriku.
"Kita pantau perkembangannya ya, Ibu gak usah cemas, bulan depan kontrol lagi, atau kalau ada keluhan segera datang ke dokter."
Aku keluar dari ruang dokter dengan wajah murung, tidak seantusias saat kontrol pertama. Dimas menyadari kesedihanku dan menghiburku.
Sepanjang jalan pulang aku terdiam. Aku sudah merasa hal buruk akan menimpa janinku. Oh Tuhan aku baru merasa bahagia kumohon jangan ambil dia dariku.
"Kita nonton aja yuk Sayang," ajak suamiku.
"Nggak usah, aku mau pulang kita istirahat di rumah saja."
Aku sudah tidak mempunyai selera apa pun saat itu.
"Jangan gitu, gak boleh sedih nanti malah kamu sakit. Harus dibawa happy ya Sayang," bujuknya padaku.
"Ntahlah, aku butuh menenangkan diriku Mas. Aku tiba-tiba takut terjadi sesuatu pada janinku."
"Ok kamu mau makan apa? biar Mas belikan, ingat kamu harus makan yang banyak biar sehat," bujuknya lagi.
Air mataku menetes aku sangat sedih. Hatiku terasa pilu. Dimas membelai kepalaku, aku mulai tergugu di pundaknya.
Sesampainya di rumah, Dimas menuntunku ke kamar. Aku sudah merasa agak tenang dan tidak menangis lagi.
"Makan yuk, aku masakin ya?"
Aku hanya mengangguk, Dimas langsung ke dapur, terdengar suara dia memotong bumbu dan menggoreng sesuatu. Akupun mendekatinya mencoba membantunya. Aku kasihan padanya dan tak mau membebaninya.
"Sini ku bantu Sayang," ucapku lirih.
Dimas menoleh padaku kulihat matanya memerah. Apakah dia juga habis menangis bathinku bertanya-tanya.
"Udah duduk aja, ini udah mau mateng kog Sayang," suara Dimas terdengar agak parau.
Benar sepertinya dia habis menangis, mungkin sesedih diriku hanya saja dia tak mau aku tahu. Aku jadi merasa bersalah membuat lelakiku ikut bersedih.
"Nah udah mateng..., yuk makan!"
Aku menyiapkan piring dan nasi, masakan Dimas aromanya sungguh nikmat dan mampu menghilangkan sedihku.
"Sini piringnya, kita makan sepiring berdua aja ya." Dimas mengambil satu piring saja, lalu mengambil lauk yang baru saja dia masak.
"Yuk aaaaaa," dia menyuapiku.
Senyum tulusnya membuatku bahagia lagi. Suapan demi suapan kunikmati. Ayam lada hitam buatan suamiku terasa begitu nikmat.
Senyum manisnya tersungging melihatku makan dengan lahap, kau memang belahan jiwaku suamiku. Selalu jadi penguat disaat aku rapuh begini.
"Vitaminnya diminum ya Sayang, biar aku cuci piring dulu."
Dengan sigap dia mengemasi peralatan dapur yang kotor lalu mencucinya. Aku meminum vitamin dari dokter lalu menunggunya di ruang tamu.
Dimas mendekatiku lalu memelukku, aku merebahkan tubuhku di pangkuannya. Kami menonton tv, tidak saling bicara tenggelam dalam pikiran kami masing-masing.
Aku tertidur dan terbangun saat adzan subuh dan sudah berada di kamarku, segera aku mengambil wudhu dan melaksanakan shalat subuh, berdoa pada Rab ku memohon agar semuanya akan baik-baik saja.
*************
Note : kalau suka dengan cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
En Endri Yanti
lanjut,,,,
2020-07-12
2
Auni Naqiya
Haii author kece.... aku sudah baca ceritanya lho..
Mampir juga dong ke cerita aku:
"Manik Cinta Manika"
"Someone from The Past"
jangan lupa tinggalkan feedback nya yaa.. makasih.
2020-04-15
1