Alea melangkahkan kaki melewati pintu otomatis, memasuki sebuah lobi hotel yang mewah nan elegan. Memanjakan mata dengan dekorasi epik menjamu para tamu yang datang ke Hotel bintang lima tersebut.
"Kita ngapain kesini Ri?"
"Ketemu temen gue,"
"Kok ketemunya di hotel?" Tanya Alea heran.
"Dia ada meeting dengan Client-nya disini, makanya dia nyuruh kita nemuin dia disini, sekalian ketemu Client dia," Jawab Yuri seraya menghampiri resepsionis hotel. Menyanyakan keberadaan kamar yang harus mereka sambangi.
Yuri kemudian mengajak Alea menaiki sebuah lift tak jauh dari tempat resepsionis itu berada. Berjalan cepat seolah tak ingin tertinggal sesuatu. Alea hanya mengekori di belakang Yuri, dengan pikiran negatif yang berkelabat di kepalanya.
"Ri, kenapa kita ketemu temen lu dalem kamar hotel? Kenapa ga di tempat yang lebih umum aja? Di restoran atau ruang pertemuan kan bisa?" Berondong pertanyaan, Alea layangkan saat mereka berada di dalam lift. Alea sempat mendengar resepsionis yang menyebutkan sebuah kamar president suite yang harus mereka datangi. Membuat gadis itu mulai menaruh curiga.
"Yaelah Al, namanya juga orang kaya. Suka-suka dialah mau ketemu dimana. Lagian Client-nya itu tajir ******. Pasti dia butuh privacy. Mana mungkin ketemu di tempat umum sih," Suara Yuri meninggi, ia mulai merasa kesal dengan tingkah Alea yang banyak tanya. Tinggal beberapa langkah lagi tugas Yuri selesai. Ia tidak mau sampai gagal di detik terakhir. Namun rasa tak sabaran ingin menyelesaikan pekerjaan ini secepatnya, membuat gadis itu tidak bisa menahan diri.
"Maaf ya Al, masalahnya gue itu masih ada kerjaan setelah ini. Gue harus ketemu menejer gue untuk ngebahas job minggu depan," Ucap Yuri beralasan. Dia kemudian menyentuh lengan Alea, menggosok pelan lengan itu berniat menenangkan wajah gusar yang mulai ditunjukkan gadis di hadapannya. "Pokoknya lu tenang aja. Gue bakal nemenin lu selama pertemuan. Kita selesein secepatnya urusan disini. Jadi lu bisa pulang cepet, gue juga bisa cepet ketemu menejer gue," Lanjut Yuri.
Alea hanya menyunggingkan senyuman tipis di bibirnya. Berharap Yuri tidak tersinggung dengan kegelisahan yang ia tampakkan. Tapi gadis itu juga tidak bisa menutupi keresahan yang semakin menjalar di dada.
Setidaknya Yuri akan nemenin gue di dalem, jadi seharusnya ga ada yang perlu gue takutin - Alea kembali berperang dengan hati kecilnya.
Belum sempat berpikir lebih jauh lagi, surara dentingan pertanda mereka sudah sampai di lantai yang dituju membuyarkan lamunan Alea. Gadis polos itu kemudian kembali mengekori Yuri keluar lift dan berjalan menuju suite room yang disebutkan oleh resepsionis di lobi hotel.
Yuri mengetuk pintu beberapa kali saat mereka sudah berada di depan kamar yang mereka cari. Tidak menunggu lama, seseorang membukakan pintu dan memersilahkan mereka memasuki kamar hotel. Seorang wanita berusia sekitar awal tiga puluhan tahun menyambut dengan senyum lebar menghiasi bibirnya. Penampilan wanita itu tampak glamor. Dari pakaiannya, dandanan yang mencolok hingga assesoris yang dikenakannya. Semuanya mengesankan kalau ia tak jauh berbeda dengan wanita sosialita yang sering wara wiri di media sosial.
Mereka kemudian memasuki kamar hotel melewati lorong depan kamar mandi menuju ruang tamu kamar.
"Ayo duduk, santai aja yah. Kalian mau minum apa? Dingin atau anget?" Tanya wanita itu ramah. Wanita itu dengan santai melangkah ke sebuah mini bar di dalam kamar hotel yang mewah tersebut. Langkahnya ringan seolah ia sudah terbiasa berada di tempat mewah seperti itu.
Alea mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Satu set sofa yang terlihat empuk menyambut kedatangan mereka. Di depannya dinding kaca yang lebar memperlihatkan pemandangan megah kota Jakarta di luar hotel dengan gedung-gedung pencakar langitnya.
"So.... Panas apa dingin nih?" Tanya wanita itu sekali lagi.
"Dingin aja deh kak," Jawab Yuri. Di sebelahnya, Alea hanya mengamini apa yang diminta Yuri. Gadis itu Masih setia dengan mulut yang terkunci rapat.
Tak jauh dari ruang tamu, Alea memperhatikan wanita itu membuka lemari pendingin yang terletak di mini bar dalam kamar tersebut. Pandangan Alea melewati sebuah ruang makan, lengkap dengan satu set kursi dan meja yang terletak di dekat ruang tamu tanpa sekat pemisah.
Mata Alea juga tak luput melihat sebuah sekat yang terbuat dari kayu yang di pahat dengan ukiran rumit nan cantik. Sekat itu berfungsi sebagai dinding pemisah ruang tamu dan ruang makan dengan sebuah kamar tidur.
Sebuah kamar yang terlalu mewah untuk ukuran hanya menginap satu malam atau mungkin beberapa malam saja, pikir Alea. Hal itu sama saja dengan menghambur-hamburkan uang bagi seorang Alea yang hampir tidak pernah mempunyai tabungan untuk ia bersenang-senang. Meski hanya sekedar rekreasi, apalagi sekadar menikmati layanan hotel semewah ini.
"Ayo silahkan minum," Ujar wanita itu meletakkan Tiga botol minuman dingin yang masih tersegel di atas meja.
"Makasih kak, kebetulan aku haus banget," Ucap Yuri langsung menyambar minuman di atas meja. Membuka tutup botol dan menyeruput isinya hingga tersisa setengahnya saja.
Alea tidak berniat untuk menyentuh minuman di hadapannya. Kepalanya masih berlarian memikirkan sebanyak apa uang wanita yang sudah menghempaskan tubuh ke sofa di depannya.
Alea melayangkan ingatannya ke beberapa tahun silam saat ia masih berusia delapan tahun. Ketika kedua orang tuanya masih ada. Pada masa itu Alea pernah berlibur bersama orang tuanya dan menginap di hotel. Sebuah kamar hotel denga kasur berukuran size dengan nakas di kiri dan kanan dipan. Selain itu hanya ada sebuah meja dengan teko listrik untuk membuat minuman panas serta kulkas kecil berukuran seperi kardus yang diletakkan dibawah meja. Serta dua buah arm chair dengan meja bulat kecil di sudut ruangan untuk bersantai. Fasilitas yang sangat jauh berbeda dengan fasilitas kamar yang dia lihat saat ini.
"Ayo diminum," Sikutan Yuri di lengan Alea, menarik gadis itu dari lamunan panjangnya. "Ga sopan tau ngediemin minuman yang udah disiapkan tuan rumah begitu aja," Lanjut Yuri.
Mengikuti saran Yuri, Alea meraih botol berisi minuman dingin dan membuka segelnya. Menikmati segarnya minuman itu melewati kerongkongannya.
"Kamu yang mau menjadi asisten MUA?" Tanya wanita itu memulai percakapan.
"Iya kak," Jawab Alea, setelah ia meletakkan botol minuman di atas meja. Wanita itu menajamkan tatapannya meneliti penampilan Alea. Seolah tidak percaya bahwa gadis bertubuh mungil dengan penampilan sederhana hampir tanpa riasan make up itu telah menginjak usia dua puluh tahun. Dia bahkan seperti gadis remaja yang masih bersekolah.
Alea menundukkan wajahnya, mengalihkan tatapan ke sembarang arah. Tidak berani mengangkat wajah yang sebenernya sangat menawan bila saja ia mau memolesnya sedikit saja.
"Baiklah, kalian berdua tunggu disini. Saya akan kembali sebentar lagi," Ucap wanita itu seraya beranjak dari duduknya. Ia kemudian meninggalkan Alea dan Yuri di kamar hotel berdua saja.
Perasaan Alea semakin tidak karuan. Di lemparkannya pandangan pada gedung bertingkat di luar sana. Menyaksikan betapa indahnya pemandangan yang disuguhkan bila saja ia bisa menikmatinya. Namun, saat ini jangankan menikamati pemandangan, kemewahan yang ditawarkan di dalam kamar hotelpun tak mampu mengusir kegelisahan yang semakin menyeruak. Gadis itu kemudian kembali dalam lamunan yang perlahan membawanya jatuh ke dalam alam bawah sadar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sukses
2023-02-02
0
CC reading
bisa ya authornya menggambarkan suasana hari dan mimik gelisah secara detail, aku berasa lagi nonton dan lihat expresi pemainnya
2021-09-04
0
Dian Ode
kasian, kayanya memang sengaja dijebak deh Alenya. dan dari jalan ceritanya kayanya memang calon istrinya sudah selingkuh sama kakaknya Ravka. hummm kasian Aleanya
2021-08-12
0