Ketukan jemari diatas meja tak henti dilakukan Alea demi mengusir bosan dan gugup yang menyergapnya bersamaan. Gadis cantik dengan wajah oriental itu duduk sendiri di pojokan sebuah cafe di seputaran jakarta selatan. Untuk kesekian kalinya ia melirik jam yang melingkar di tangan kanannya. Sudah lewat dari setengah jam dari janji temu dengan teman lama yang tiba-tiba menghubunginya dua hari lalu.
Wajah dengan lesung pipit yang menghiasi kedua pipinya itu, terlihat semakin gelisah berada di tempatnya. Hampir saja dia beranjak dari posisinya saat ini, kalau saja ia tidak tergiur dengan tawaran temannya.
Hanya saja, kalau dia pulang ke rumah terlamabat sedikit saja, bisa-bisa Bibinya akan kembali memarahinya.
"Tapi ini kesempatan ku. Tidak mudah mendapat pekerjaan pada masa sekarang. Apalagi aku belum mendapatkan ijazah," Gumam Alea masih dalam kegamangan. Gadis berusia dua puluh tahun itu baru saja menyelesaikan kuliahnya. Namun, ia baru akan mendapatkan ijazah tiga bulan lagi. Akan sulit baginya bisa cepat mendapat pekerjaan sebelum memperoleh ijazah dari kampusnya.
Alea adalah gadis cerdas dengan wawasan luas, tapi memiliki kepercayaan diri yang rendah. Ia seringkali merasa tidak layak dalam banyak hal. Karena itu, saat Yuri menghubunginya menawarkan sebuah pekerjaan, langsung saja ia sambar. Ia merasa itu adalah peluang bagus yang tidak boleh dilepaskan begitu saja, dari pada harus bersaing dengan ribuan pelamar kerja lainnya yang bisa saja memiliki kualifikasi jauh diatasnya.
"Hai Al," Suara gadis menyapa Alea. "Maaf yah gue telat," Ucap Yuri sembari menarik kursi di depan Alea. Wajahnya menyiratkan permintaan maaf yang tulus. Merasa bersalah karena datang tidak tepat waktu.
"It's okay. Jalanan macet yah?" Tanya Alea berbasa basi.
Dia meneliti penampilan temannya itu. Sudah lama mereka tidak bertemu. Sudah banyak sekali perubahan pada penampilan Yuri. Terakhir kali mereka bertemu saat acara kelulusan SMU. Setelah itu tidak pernah ada kesempatan bertemu teman lamanya kecuali yang memang satu kampus dengannya. Alea tidak pernah menghadiri reunian yang beberapa kali diadakan oleh teman-temannya.
"Engga kok, cuma tadi ada kuis dadakan. Jadi yah gue telat deh. Lu udah lama sampe?"
"Setengah jam lah," Jawab Alea jujur.
"Duh, sekali lagi maaf yah udah ngebuat lu nunggu. Sebagai permintaan maaf, kali ini gue yang traktir. Oke," Ucap Yuri sembari menyatukan jempol dengan jari telunjuknya membentuk huruf O tepat di depan wajah Alea.
"Iya udah ga apa-apa kok. Santai aja. Oia tapi gue ga bisa lama yah. Tau sendiri kan Bibi suka marah kalau gue pulang telat," Ucap Alea melayangkan senyum kepada Yuri.
"Yah gimana dong. Soalnya habis ini gue mau ajak lu ketemu temen gue yang nawarin kerjaan. Dia lagi cari orang buat jadi asisten make up artist. Dia mau ketemu lu langsung Al," Ucap Yuri bingung. Dia tahu sekali bagaimana galaknya Bibi Alea, tapi bagaimanapun caranya dia harus berhasil membawa Alea untuk bertemu temannya. "Bayarannya lumayan gede lho Al. Lu cuma jadi asisten dia buat satu minggu, tapi dapat gaji full satu bulan. Nah kalau dia puas sama kerjaan lu, dia akan angkat lu jadi asisten tetap," Tambah Yuri mencoba meyakinkan gadis berkulit putih bersih di hadapannya.
"Gimana yah Ri. Gue kan lulusan menejemen bisnis. Gue pengennya kerja sesuai dengan jurusan yang gue ambil," Nada bicara Alea terdengar ragu. "Lu tau sendirikan Paman gue cuma mau nyekolahin gue sampai SMU doang. Makanya dulu gue sering ambil job ngerias buat nabung untuk kuliah gue. Alhamdulillah gue bisa cepet nyelesein kuliah. Makanya sekarang gue pengennya kerja di perusahaan," Ujar Alea masih dengan nada ragu. Dia memang masih sering menjadi Freelancer Make Up Artist, tapi dengan gelar sarjana yang diperolehnya sekarang, gadis itu berharap bisa secepatnya bekerja kantoran dan menjadi wanita karir.
"Orang yang mau gue kenalin sama lu itu, suaminya juga punya perusahaan retail yang bergerak di bidang fashion. Kalo lu dapet kesempatan kerja sama dia, siapa tau lu juga bisa dapet peluang kerja di salah satu toko retail punya dia. Kenalan dia juga para pengusaha. Sekalian memperluas jaringan lu buat entar nyari kerja di perusahaan ternama," Yuri masih mencoba meyakinkan Alea.
Yuri memang terkesan mendesak Alea untuk menerima tawarannya. Namun, sejak SMU Yuri sering memberi pekerjaan merias bagi Alea, sehingga ia tidak menaruh curiga kepada temannya itu. Yuri memang berkecimpung di dunia modeling. Oleh karena itu Alea sudah sering kali merias Yuri dan juga teman sesama modeling-nya. Hanya saja, kali ini dia berharap Yuri menawarkan pekerjaan di sebuah perusahaan.
Tapi kan temennya Yuri juga pengusaha. Ah siapa tau aku bisa dapet peluang disana. Bener kata Yuri, anggep aja buka link untuk aku - Ucap Alea dalam hatinya.
"Tapi kalau sekarang gue ga bisa Ri,"
"Kenapa Al? Soalnya temen gue butuh asisten cepet. Dia mau ketemu lu sekarang juga. Sayang lho Al, kalau lu sampai ngelewatin kesempatan ini,"
"Yah gue harus izin dulu sama Bibi gue Ri. Kalau enggak Bibi bisa marah besar,"
"Gue yakin Bibi lu ga bakalan marah kalau tau lu pergi buat kerja. Bibi lu kan mata duitan," Ucap Yuri tidak sabar. Dia bahkan tidak menyadari hinaan yang dia lontarkan untuk Bibi Alea. Toh dia sudah sering mengatai Bibi Alea di depan temannya itu.
"Iya juga sih, yaudah deh Ri. Gue mau coba ambil tawaran temen lu,"
"Nah, gitu dong," Ucap Yuri menghela nafas lega. Akhirnya dia berhasil meyakinkan Alea untuk bisa membawa gadis itu menemui temannya.
Tanpa berbasa-basi lagi, Yuri membayar tagihan cafe dan mengajak Alea segera menemui temannya. Gadis cantik dengan tinggi semampai itu seolah khawatir jika Alea berubah pikiran. Karenanya ia terlihat tergesa-gesa membawa Alea pergi dari cafe. Mengendarai vios yang usianya sudah belasan tahun, Yuri memecah jalanan Ibukota menuju sebuah hotel di kawasan jakarta pusat.
"Kita mau kemana Ri?" Tanya Alea yang tak dapat menghentikan kegelisahan saat duduk di kursi penumpang.
Jantungnya berdegup kencang saat rasa gugup semakin erat memeluknya. Perasaan tak enak menguasai hatinya.
"Udah pokonya lu tenang aja," Jawaban singkat Yuri justru menambah hatinya semakin merasa tidak nyaman.
Tenang Alea, kamu hanya pergi untuk mencari pekerjaan. Semua pasti akan baik-baik saja - Alea mencoba berbicara dengan hati kecilnya. Mengelus degup jantung yang tidak berhenti memainkan symfoni up beat.
Perasaan tak enak terus menggerayangi Alea. Gadis itu semakin gelisah di tempatnya. Ada begitu banyak hal yang memadati isi kepalanya saat ini. Mungkin hal itulah yang membuat irama jantungnya kali ini berdetak tak beraturan, pikir Alea.
Gadis itu khawatir memikirkan reaksi Bibinya saat ia terlambat sampai di rumah. Selain itu perasaan khawatir tidak diterima sebagai asisten oleh teman Yuri juga turut mendesak jantungnya semakin berdetak cepat. Belum lagi keraguan yang mendera ketika menerima tawaran Yuri, entah apa penyebabnya. Padahal itu tawaran yang cukup bagus, paling tidak sampai ia menerima ijazahnya.
Alea bisa mengumpulkan uang dari sekarang untuk membayar Paman dan Bibi. Mengganti semua biaya untuk makan dan tempat tinggal selama dia menempuh pendidikan semasa kuliah. Karena Bibinya selalu berkata bahwa janjinya kepada almarhumah Ibunya adalah merawat Alea hingga dia dewasa. Dan tugasnya sudah selesai ketika Alea lulus SMU.
Alea memasrahkan semua pada jalan takdir yang harus ia arungi. Sang pemilik kehidupan diatas sana sudah mengatur jalan yang terbaik untuk ia lalui. Begitulah akhirnya Alea berpasrah diri. Melambatkan tempo irama jantung pada keputusan Sang Khalik yang sudah dipersiapkan untuknya. Hal yang selalu membuat Alea lebih tenang, meski menghadapi rintangan hidup yang tidaklah mudah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
kika
kuliah d3 ya?atau saat smp & sma akselerasi? krn biasanya s1 lulus kuliah itu 22 th
2023-08-17
0
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-02-02
0
Dian Ode
waaahhh. novelnya bagus. penulisannya detail, suka deh baca novel kalau penulisannya rinci dan detail begini. sukses selalu buat Authonya
2021-08-12
0