Alea mengerjapkan mata perlahan. Bintang-bintang seolah berlarian mengelilingi kepalanya. Seberkas cahaya menusuk retinanya, membuat ia kembali memejamkan mata untuk kemudian membukanya kembali secara perlahan.
Jantung Alea tersentak ketika menyadari sebuah tangan melingkar di perutnya. Matanya membulat seketika. Menyibak selimut yang menutupi tubuhnya.
Teriakan Alea membangunkan pria yang sedang tertidur pulas di sebelahnya.
"Apa-apan sih berisik banget," Ucap pria itu setengah sadar.
Alea seketika menutup tubuhnya yang terpampang tanpa sehelai benangpun menggunakan selimut yang tadi sempat disibakknya. Gadis itu duduk memeluk lututnya, menarik selimut hingga ke leher membungkus tubuhnya dengan rapat.
Matanya mengedarkan pandangan ke segala arah di kamar itu. Mencari keberadaan pakaiannya. Namun, ia tidak dapat menemukan pakaiannya di kamar yang terlihat berantakan dengan botol minuman dan kulit kacang serta bungkusan makanan ringan bertebaran di lantai kamar. Seolah telah terjadi pesta liar di kamar itu sebelumnya.
"Hey, siapa kamu?" Teriak pria itu yang mulai mendapatkan kesadarannya perlahan. Ia menarik selimut yang digenggam erat oleh Alea, berupaya menutupi tubuhnya yang juga tidak mengenakan pakaian sama sekali.
Secara naluri, lelaki itu merapatkan tubuhnya pada Alea. Keduanya berupaya menutupi tubuh dengan selembar badcover yang sudah ditarik sana sini oleh keduanya.
"Hey, saya bertanya sama kamu?" Ucap pria itu memekakkan telinga Alea. Lidah gadis itu kelu seperti mati rasa. Mulutnya seolah terkunci tak dapat menjawab pertanyaan pria yang sama sekali tidak dikenalnya itu. Matanya seketika membanjir.
"Ga usah sok melodrama disini. Jangan pura-pura menangis. Jawab pertanyaan saya," Hardik pria itu kepada Alea. Dia mencondongkan tubuhnya pada Alea, berniat untuk mengintimidasi gadis itu. Namun, pria itu malah terjungkal dan jatuh di pangkuan Alea.
"Ravka," Teriak suara seorang perempuan membahana di dalam kamar. "Dasar laki-laki brengsek," Ucap perempuan itu menghampiri Ravka yang tersungkur di tubuh Alea, seolah ia tengah mencumbunya. Pria itu langsung bangkit dari tubuh Alea dan memutar tubuhnya ke asal suara yang melengking menusuk gendang telinganya.
Plak ! Sebuah tamparan mendarat di wajah Ravka yang masih mendelik terkejut. Pria itu memegang pipinya yang terasa perih. Meski tangan mungil yang menamparnya, tapi dilakukan perempuan itu dengan segala tenaga yang dimilikinya. Membuat pipi itu memerah seketika.
"Sherly, apa-apaan kamu?" Tanya Ravka dengan wajah marah dibalut bingung.
"Apa-apaan kata kamu? Pertanyaan itu seharusnya kamu tujukan untuk dirimu sendiri. Kita putus, pertunangan kita batal," Ucap Sherly seraya melepaskan cincin di jemarinya dan melemparkannya ke wajah Ravka.
"Sherly tunggu," Ucap Ravka dengan tangan yang menggantung. Namun, tunangannya tidak mau mendengarkannya dan berlalu begitu saja. Sementara ia tidak mungkin bisa mengejar perempuan itu dengan kondisi tanpa mengenakan baju.
"Kamu benar-benar membuat malu keluarga. Papa tidak menyangka kamu bisa berbuat hal sebejat ini," Suara berat Derry menggema di telinga Ravka. Membuat laki-laki itu terperangah menyadari bahwa tidak hanya tunangannya saja yang menyaksikannya dalam kondisi yang menjijikkan. Namun juga kedua orang tuanya.
Ravka menolehkan pandangannya pada perempuan setengah baya yang berdiri disamping Ayahnya. Perempuan yang ia sayangi, cintai, serta hormati dengan segenap jiwanya. Suara terisak yang coba ia tahan menyayat hati Ravka. Menciptakan penyesalan mendalam atas apa yang terjadi saat ini.
Derry kemudian menarik tangan istrinya menyeret wanita itu pergi dari ruangan yang membuat tubuhnya gemetar menahan amarah. Menyaksikan dua anak muda yang tidak tahu malu dengan mata kepalanya sendiri. Ibu Ravka sempat menoleh kepada anaknya sembari berjalan mengikuti langkah suaminya. Matanya bertemu pandang dengan anak yang selama ini begitu ia banggakan.
Matanya menyiratkan luka yang teramat sangat. Rasa kecewa menggenang di pelupuk mata yang dapat ditangkap dengan jelas oleh Ravka. Membuat pria itu tertunduk malu atas perbuatannya.
"Kamu benar-benar mengecewakan kami Ravka. Tante sama sekali tidak menyangka bahwa kamu bisa berbuat hal sehina ini. Kamu yang selama ini menjadi cucu kebanggan ternyata hanya mengenakan topeng kebaikan saat di dalam rumah. Aslinya kamu ternyata lebih buruk dari kakak sepupumu" Suara lainnya masih terus mengejutkan Ravka yang terdunduk malu di atas kasur.
Namun hinaan yang kali ini dilayangkan oleh Erika mengoyak ego Ravka. Namun ia tidak dapat membalas perkataan Tantenya itu. Ia mengepalkan tangannya, buku-buku jarinya memutih tak mendapat aliran darah karena begitu kencangnya ia mengepalkan tangan. Dadanya naik turun menahan deru nafasnya yang tidak beraturan.
Disebelahnya Alea menutup wajahnya malu. Semua perkataan yang ditujukan untuk pria itu turut mengiris hatinya. Seolah perkataan itu juga ditujukan untuk dirinya. Selimut yang digenggamnya basah oleh air mata yang menderas, mengalir tanpa henti.
Tiba-tiba cengkraman di bahunya membuat Alea mengangkat kepalanya yang masih tertunduk malu. Matanya bersitatap dengan pria bernama Ravka itu. Melihat manik mata coklat yang dipenuhi kabut amarah. Mata pria itu mendelik tajam menghujam tepat ke jantung Alea. Membuat Gadis itu meringkuk ketakutan ditempatnya. mengencangkan genggaman tangan pada lututnya.
"Semua ini karena kau perempuan binal. Apa maumu sebenarnya ha? Kenapa kau tega menjebakku seperti ini? katakan apa tujuanmu?" Ucap Ravka dengan suara marah tertahan sembari mengguncang tubuh Alea dengan kasar.
Alea meringis menahan sakit di bahunya yang dicengkram Ravka dengan sekuat tenaganya. Gadis itu tak sanggup berucap. Hanya gelengan kepala yang mampu dilakukannya denga isakan tangis yang menyat hati. Namun, Ravka telah diliputi kemarahan seperti orang kesetanan. Tidak memperdulikan bahwa gadis dibawah kungkungannya sedang kesakitan. Bahkan isakan yang menyayat hati tidak dapat dirasakan oleh lelaki itu.
Ravka kemudian menghempaskan tubuh Alea begitu saja diatas kasur saat dirasa gadis itu sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaannya.
"Dengar, saya tidak akan membiarkan kamu mendapat keuntungan dari semua ini. Usahamu untuk menjebakku hanya akan berakhir dengan penderitaan yang akan kau rasakan seumur hidupmu," Ucapan Ravka menimbulkan kilatan ketakutan di mata Alea. Penderitaan seperti apalagi yang harus ia rasakan? Tidak cukupkah penderitaan yang selama ini dialaminya? pikiran Alea menerawang memikirkan hidup seperti apalagi yang harus dijalaninya.
"Jika kau masih mau melanjutkan hidupmu, jangan pernah menunjukkan batang hidungmu di depan mukaku lagi. Mengerti?" Hardik Ravka.
Pria itu kemudian menyentakkan selimut yang melonggar di genggaman tangan Alea. Menariknya untuk menutupi tubuhnya sendiri dan beranjak dari kasur mencari keberadaan pakaiannya.
Dia sama sekali tidak memperdulikan Alea yang wajahnya memerah menahan malu. Berusaha menutupi **** ***** tubuhnya yang terpampang jelas saat Ravka menarik selimut yang membelit tubuhnya.
Hati Alea terasa sesak, ia merasa seperti wanita murahan yang bisa diperlakukan seenaknya. Hatinya meronta, tapi tidak dapat berbuat apapun. Dia hanya bisa merutuki kebodohannya sendiri terjatuh dalam lembah kenistaan yang dia sendiri tidak menyadarinya bagaimana itu semua bisa terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Andi Fitri
tunangannya lgsg tau berarti udh di rencanakan itu..
2021-12-12
0
Widi Nuhgraeni
kasihan Alea
2021-11-14
0
CC reading
😭😭😭, aku ikut nangis loh alea, aku juga malu...
2021-09-04
0