..."Sahabat ibarat mata dan tangan. Saat mata menangis, tangan mengusap. Saat tangan terluka, mata menangis. Seharusnya!" (Zee)🥀...
...______________________________________...
"Zee, lo kenapa? Bengong aja sih?Ayo jujur lo ngelamunin apa?" Suara seorang gadis mengaburkan angan Zee.
"Bukan apa-apa, kok."
"Pasti lo masih bingung mau bales surat itu apa nggak, ya?" tandas gadis yang lain.
Dua orang itu tak lain adalah Ayu dan Siska. Dua teman sekelas dengan tampilan modis yang dulu sering menghina kondisi Zee, kini telah menjadi sahabat Zee. Mengapa keduanya bisa berubah? Ya, dua siswi itu sadar akan menonjolnya kecerdasan otak Zee dan merasa perlu merangkul Zee menjadi sahabat mereka.
Persahabatan itu sudah berlangsung satu minggu. Pun mereka bertiga terlihat semakin akrab saja. Mereka kini bahkan sering menghabiskan waktu bersama kemana pun. Kini dua orang yang memaklumatkan diri sebagai sahabat Zee itu melihat Zee seksama yang sedang menggenggam sebuah amplop di tangan.
"Zee ...!" panggil Ayu lagi merasa tak mendapat respon Zee. Gadis hitam manis dengan kacamata bulat itu menoleh.
"Bales aja lah, Zee! Bukannya lo juga suka kak Bias? Doi suka sama lo, lo mikir apa lagi?" ucap Ayu gemas.
"Coba lo fikir deh, Zee. Lo belum pernah punya cowo dan sekalinya punya orangnya super keren dan pinter. Gue bakal bangga punya cowo kayak kak Bias kalo jadi elo!" tambah Siska. Zee tersenyum getir, ia menatap ke luar jendela di mana Bias dan teman-temannya sedang bermain basket. Zee menarik napasnya panjang sebelum akhirnya berucap.
"Aku masih nggak percaya kak Bias suka aku, aku kan jelek," ucap Zee. Sungguh netranya tak teralih sedikit pun dari setiap gerakan Bias. Perlu diketahui dua hari lalu, Zee menemukan sebuah surat di laci mejanya tertanda Bias. Setelah dibaca Zee terperangah, tanpa diduga Bias menyatakan rasa sukanya padanya.
"Zee ... please deh! Kak Bias tuh bukan orang bodoh. Gak mungkin juga dia tiba-tiba suka elo. Gue fikir selama ini dia diem-diem merhatiin lo deh, tapi elo-nya aja yang gak nyadar. Elo itu pinter Zee dan kak Bias lihat itu dari lo!"
"Kalian berdua bilang itu cuma buat nyenengin aku. Udah ah nggak mau bahas ini. Aku itu nggak cantik, gak mungkin kak Bias suka aku!" Zee masih menatap wajah rupawan yang tidak menoleh sedikit pun ke arah kelasnya. Beberapa kali keduanya juga berpapasan, tapi Bias tampak biasa saja, itu yang membuat Zee ragu.
"Kita tuh udah dewasa kali Zee, gue aja sama Siska punya cowok, masa elo nggak! Please Zee, jujur sama hati lo! Denger ya! Nggak ada yang nggak mungkin kalau hati udah bicara. Lo sama kak Bias kan sering pendalaman materi bareng, mungkin dari situ kak Bias mulai suka elo!" Siska menarik alisnya ke arah Ayu.
"Oh iya, besok jadwal kalian lomba, kan? Wah pas tuh, bisa jadi besok kak Bias bakalan nyatain rasanya langsung karena kelamaan nunggu balesan surat lo!" ucap Ayu menambahkan ucapan Siska. Zee bergeming.
"Kalian ngomong begitu malah bikin aku grogi duluan."
"Makanya ayo bales!" sergah Siska.
"Nanti aku fikirin. Kalian pulang sana, udah mulai sepi sekolah! Aku nggak pulang bareng kalian, ada pendalaman materi yang terakhir."
"Oh, ya udah kita balik duluan ya, Zee!"
"Jangan lupa nanti malem bikin balesan suratnya ya, Zee!" ucap Siska kembali mengingatkan Zee. Zee menggelengkan kepala dan tersenyum melihat dua sahabat yang terlihat perhatian padanya itu.
____________________
Setelah menjalankan ibadah, Zee masuk ke dalam kelas di mana sudah terdapat para calon peserta lomba yang lain. Tatapan sinis itu masih ada, tapi Zee seperti biasa tidak terkecoh. Pun kakak-kakak kelasnya sadar mereka harus memberikan penampilan yang terbaik dalam lomba itu sehingga berusaha mengikis ketidaksukaan mereka pada Zee.
"Permisi Bu, maaf saya telat," ucap Zee memasuki ruangan kelas.
"Iya gpp, masuk Zee!" perintah Maharani. Zee masuk, sekilas ia melirik Bias yang tampak sibuk memainkan pulpennya.
Setelah Zee duduk, Maharani kembali melanjutkan katanya. Berhubung lomba tinggal satu hari lagi, Maharani tidak memberi materi, melainkan melakukan diskusi dan memberi kalimat-kalimat pembangun agar semua siswa enjoy menghadapi lomba esok dan bisa memberi yang terbaik.
Disela memperhatikan Maharani, mata Zee kembali diam-diam mengekor ke manik hitam Bias. Senang ia menatap pancaran tampan itu, hatinya terus menelisik.
Mungkinkah kak Bias suka aku yang jelek? Ya, aku dengan tampilan jelekku.
Bias lagi-lagi seolah tau saja, ia menoleh ke arah Zee, pandangan keduanya terkunci sepersekian detik. Bias memberi senyum ketulusan dan membuang wajah lagi setelahnya. Dada itu sesak, hati Zee benar-benar dibuat tak karuan dan dipenuhi berbagai tanya.
"Oke jadi semua jelas ya, jadi untuk besok kalian tetap absen ke kelas dan berkumpul setengah sembilan di ruangan ini. Paham?"
"Paham, Buu!" Pekik seluruh Siswa menyadarkan keterpakuan Zee.
Satu-persatu siswa keluar ruangan, Zee merogoh tas memastikan lagi amplop pink tertanda Bias teruntuknya itu bukan angan. Zee tersenyum dan mengangkat wajah, ia bingung menyadari kelas itu sudah kosong tertinggal ia sendiri di sana.
Kak Bias sudah tidak ada. Kemana ya dia kira-kira? Apa dia sudah pulang?
Zee mengangkat tubuh sambil mengedar pandang. Zee masih ingin melihat wajah itu. Memastikan rasa sang lelaki padanya. Zee terus menoleh ke kanan dan kiri hingga tiba-tiba sebuah bola voli melayang nyaris bersentuh pipi hitamnya. Ya, masih tertinggal 6 orang siswa kelas 11 yang enggan pulang dan senang menghabiskan waktu bermain voli di lapangan.
BUG ...
Bola voli itu mendarat ke lantai. Zee yang kaget seketika mematung memastikan semua baik-baik saja.
"Jangan bengong kalau jalan! Lihat sekitar! Hobi banget sih kena bola!"
Zee mengangkat wajah mencari asal suara yang tak asing untuknya itu. Satu meter di depannya seorang pria berjalan dengan santai. Jantung Zee tak karuan.
Ka-k Bi-as?
_________________
Di tempat berbeda di sebuah kafe, dua orang gadis tampak duduk menyantap roti bakar dengan toping keju dan coklat yang menggugah selera. Keduanya saling berbincang santai.
"Menurut lo kita keterlaluan nggak sih sama Zee?" tanya satu gadis.
"Nggak lah, gue yakin Zee nggak akan berani kasih balesan surat itu sendiri dan di situ peluang kita untuk bales lagi surat Zee. Lumayan dapet hiburan gue lihat Zee yang cupunya gak ketulungan lagi kebingungan ditaksir sama kakak kelas idola," kata gadis satunya sambil memasukkan potongan roti bakar ke mulut.
"Tapi kalau Zee tau gimana, bisa-bisa dia nggak maafin kita dan kita bakal kesusahan ngerjain PR matematika Bu Heni yang susah banget itu!"
"Santai aja, Ay ...! Lo kayak nggak tau Zee aja, kalau dia sampai tahu, dia pasti maafin kita kok, dia kan baik dan nggak sombong. Gampang dibohongin!" Siska terkekeh usai mengucapkan kata yang ada di otaknya. Ayu yang sejujurnya merasa bersalah pada Zee hanya terdiam mendengar penuturan Siska.
...__________________________________________...
🌈Happy reading😘
🌈Makasih support like dan komennya. Senin manis jangan lupa votenya yaa❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
IK
kan duo racun ngerjain Zee
2022-12-18
0
Fhebrie
padahal sudah berubah jd jelek masih aja yg manfaatin zee.. kasihan tuh zeenya
2022-06-12
0
Afrida Afrida
kasihan zee dibohongi
2022-04-11
0