Hari ini bengkel lumayan rame. Karyawanku yang berjumlah 5 orang sampai kuwalahan. Maka dari itu aku harus turun tangan menyervis beberapa mobil. Sedangkan untuk toko aku mempercayakannya pada 2 karyawatiku, Lilis dan Sinta.
"Ma'af Mbak, ada yang nyari Mbak Dewi." Sinta berjalan mendekat kearahku.
"Siapa?" Aku masih tidak menghentikan pekerjaanku. Tanganku sibuk melepas kampas rem yang mau diganti dengan yang baru.
"Pak Tio."
Orang itu lagi. Tio adalah salah satu pelanggan dibengkel kami. Mobilnya banyak, untuk mengangkut berbagai jenis barang.Dia seorang pengusaha expedisi. Cabangnya dimana-mana. Tapi dia kesini bukan untuk menyervis mobil angkutan. Biasanya anak buahnya yang ditugaskan mengurus masalah servis mobil angkutannya.
Tio kesini paling-paling cuma iseng mengerjaiku. Beli sebotol minuman tapi minumnya sampai dua, tiga jam. Sambil mengajak ngobrol. Kalau tidak, terkadang beli baut yang entah mau digunakan untuk apa. Dan yang bikin jengkel dia tidak mau dilayani karyawan ataupun karyawatiku. Maunya akulah yang melayaninya sa'at dia membeli ini itu. Hal-hal remeh temeh yang sangat tidak penting.
Menyebalkan memang. Tapi aku terpaksa harus menuruti kemauannya. Sebisa mungkin bersikap ramah dengan para pelanggan, tak terkecuali pelanggan yang kurang kerjaan seperti Tio itu.
"Don, tolong teruskan ini dulu ya."
"Siap Mbak!"
Aku bergegas menuju ke sudut bengkel lalu ku cuci tanganku di wastafel. Kemudian ku langkahkan kaki menuju toko di sebelah bengkel. Sedangkan Sinta sudah lebih dulu kembali ke toko.
Sesampai ditoko, aku melihat pria tinggi itu dengan gaya santainya. Dia berdiri menghadap etalase, sambil jarinya mengetuk-ngetuk kaca etalase.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
"Pak?" dia menggeleng. "Apa aku setua itu?" imbuhnya lagi. "Bukankah sudah aku bilang panggil Mas aja, umurku juga tidak jauh beda denganmu." Dia terus nyerocos sambil menatap kearahku.
Aku cuma tersenyum tipis menanggapinya. Sebenarnya malas sekali berurusan dengan pria ini. Buang-buang waktu saja. Kalau bukan pelanggan pasti sudah aku hajar habis-habisan.
"Emmm ... aku mau mengganti ban kipas mobilku itu." Katanya sambil menunjuk kearah mobilnya.
"Baik." Tidak ingin banyak bicara, aku mengambil satu set ban kipas yang cocok untuk jenis mobilnya. Lalu berjalan menuju mobil yang terparkir didepan toko.
Mobil yang harus diservis dan dibongkar membutuhkan waktu lama, biasanya langsung masuk kedalam bengkel di sebelah kanan toko. Tapi kalau cuma mengganti ban kipas atau ganti lambu mobil seperti itu, boleh diparkir dihalaman depan toko.
Tio mengekor dibelakangku. Aku raih ban kipas yang menempel didepan kaca mobil. Lalu dengan obeng kecil aku membuka bautnya. Tidak butuh waktu lama ban kipas itu sudah terlepas. Aku amati ternyata ban kipa itu masih bagus dan masih bisa digunakan.
"Kapan terakhir kali Anda menggantinya?"
"Tidak ingat."
Aku berpikir sejenak. Oh ... iya, aku ingat. Bukankah dia baru menggantinya 2 hari yang lalu. Kenapa sekarang menggantinya lagi. Bahkan ini masih baru, sama sekali belum digunakan.
"Kenapa?"
"Tidak, tapi sepertinya ini masih bisa digunakan."
"Tapi aku ingin menggantinya."
"Baik." Huh, terserahlah. Orang kaya bebas mau berbuat apa saja. Rugi juga kamu sendiri. Aku sih tidak rugi, tapi malah untung dapat pelanggan aneh sepertimu. Tak ingin bertele-tele lagi segera aku pasang ban kipas yang baru. Sa'at sedang memasangnya, aku sempat melirik kearah Tio. Entah kenapa dia cengar-cengir tidak jelas. Tapi aku abaikan saja.
Selesai memasang ban kipas, aku memasukkan obeng ke saku kemejaku. Penampilanku memang mirip cowok. Rambut ku ikat ekor kuda, memakai topi. Mengenakan kaos dengan dibalut kemeja diluarnya yang lengannya aku gulung sampai kesiku. Sedangkan bawah memakai celana jen's sobek-sobek serta sepatu. Wajahku benar-benar polos tanpa make up.
"Silahkan ke meja kasir untuk melakukan pembayaran." Ku sunggingkan sedikit senyum lalu berjalan kerah kasir. Seperti biasa Tio mengekor dibekangku.
Sesampainya di meja kasir, Lilis berdiri dan berjalan sedikit menjauh dari kursi kasir. Tanganku sibut membuat nota dan menjumlahnya.
"Ini Pak." Kataku sambil menyodorkan nota itu ke Tio. Dia tidak segera menerimanya, malah menatap tajam kearahku.
"Panggil aku Mas!" katanya.
"Oh ... baik, ini Mas!" Kataku penuh penekanan. Rasanya jengkel sekali meladeni pria ini.
"Nah, gitu kan enak didengarnya." Sahutnya sambil tersenyum puas. Dia mengeluarkan dompet lalu mengambil sejumlah uang dan diserahkan kepadaku.
"Terima kasih." Dia tidak menyahut lagi tapi menanggapinya dengan mengedipkan sebelah matanya. Dasar sinting! Dia masuk kedalam mobil kemudian mobil pun keluar meninggalkan bengkel.
Lega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Erin Nabila
aku suka novelmu thorr semangatt😁
2020-07-18
1
Miauw-chan
Bagus thorr, i like it, crazy up dong!
Mampir juga di ceritaku "PERNIKAHAN SESAT" ya, dan jangan lupa feedback.
2020-04-14
0