Sambil membawa kemasan kotak yang telah terikat pita dengan rapih, Honey berjalan memasuki pintu kaca setinggi lebih dari dua meter.
Matanya melebar melihat ruangan luas nan megah itu. Sesekali sepatu putih usang nya di hentak hentakkan ke atas lantai.
Ini lantai terbuat dari apa? Kinclong bingits. Untung pakai sepatu kets jika nggak, bakal terpeleset nih.
Kemudian matanya salfok pada beberapa patung marmer yang terpajang di beberapa sudut ruangan.
Itu di situ, di sana juga ada? Patung patung telanjang. Dih..
Honey membuang wajahnya ke arah berlawanan, tatapannya risih melihat patung patung yang terpajang disana.
“Honey,” teriak Rian dari arah luar pintu,
Honey masih sibuk melihat lihat jam dinding besar di ujung ruangan dengan mulut menganga.
“Gila jam dinding nya aja segede itu,” gumam Honey.
Tiba tiba tas selempang Honey sudah menggantung di lehernya.
“Main tinggal aja, itu tas kamu tinggal di motor. Kalo hilang gimana?” ucap Rian yang terlihat kewalahan dengan kotak lainnya di tangannya.
“Kak yan, ternyata gedung besar isi nya seperti ini ya? Lantainya berkilau, pot bunga aja segede itu,” matanya tertuju pada sebuah pot besar di sudut ruangan.
“Aduh Hon, namanya juga perusahan elit. Pemilik perusahan ini termasuk orang terkaya di negara ini, ya wajar lah jika gedungnya mewah,” mata Rian mengerling ternyata ia memiliki rekan kerja katro seperti honey.
“Jika saja aku bisa kerja di tempat seperti ini,” gumam Honey.
“Hilih, ijasah sarjana kamu di kemanain? Kamu bisa saja kerja di sini jika kamu mau. Bukan nya kamu sarjana IT lulusan terbaik dengan gelar Kum Laude? Heran aku kenapa bisa kerja di toko kue itu!” ujar Rian sambil berjalan melenggak lenggok meninggalkan Honey.
“Bener bener Heran aku, ada orang melamar kerja di toko kue bawa ijazah sarjana.” gumam Rian.
Jurusan IT? boro boro, buka Microsoft aja aku nggak bisa. Hhhhhhssssss
Honey mendesah, karena ucapan Rian begitu menohok hatinya.
“Buruan Hon, jangan melongo di situ?” teriak Rian yang sudah menuju duluan ke sebuah meja informasi di dekat lift.
Seorang satpam langsung menyambut Honey dan Rian.
“Selamat pagi, mau ke departemen mana?” tanya satpam.
“Hmm, lantai 27 ruangan meeting,” jawab Rian lemah lembut.
Satpam tersebut menoleh pada seorang wanita yang duduk di meja informasi.
Wanita itu terlihat menghubungi seseorang.
“Silahkan tinggalkan pesan anda di sini. Sebentar lagi ruangan meeting akan banyak tamu penting. Jadi tidak sembarangan orang bisa naik ke sana,” ucap wanita itu.
“Ta tapi kita ke sini untuk mengantar pesanan ini!” ujar Honey. Ia meletakkan kotak kue di tangannya ke atas meja kemudian mulai merogoh tas selempangnya mencari sebuah kartu nama yang di berikan pria semalam.
Nggak ada? Kemana kartu nama itu. Buku juga nggak ada. Hanya dompet dan handpone. Apa jatuh ya?
Honey melihat ke arah jalanan yang baru saja di laluinya.
“Kenapa hon?” bisik Rian.
“Kartu namanya hilang,” ujar Honey pelan.
“Waduhhh.” gerutu Rian.
“Ehm, ini kue pesanan untuk ruangan meeting. Kartu nama pass untuk kami masuk hilang,” ucap Rian ramah.
“Dari toko mana?” tanya wanita itu.
“Cafe Murtini!” jawab Honey.
Wanita itu berpikir sejenak. Dalam catatan sejarah pengunjung atau pun barang, tak pernah satu pun bernama Murtini Cafe.
“Benar di pesan oleh perusahan kami,” tanya wanita itu ragu.
“Tentu saja, tadinya kami memiliki kartu nama bertuliskan Travor Primary Corp. Diberikan oleh pria berjas hitam yang pesan semalam,” ucap Honey agak keras.
“Kalau nggak ada bukti saya nggak bisa sembarangan membawa masuk barang ke atas. Lantai 27 ruangan meeting, bersebelahan persis dengan kantor CEO. Kami nggak bisa asal membiarkan orang menuju ke sana,” jelas wanita itu.
“Ya sudah, yang penting pesanan kalian sudah kami antar dengan baik dan tepat waktu. Jika saat meeting, kue mereka yang enak ini nggak ada, ya itu tanggung jawab kalian,” ujar Rian dengan leher terangkat menampakkan keangkuhannya.
“Tunggu sebentar, saya akan hubungi asisten bos, saya tanya kan dulu,” ujar wanita itu. Ia sadar kalau Ucapan pria kw di hadapannya hampir sepenuhnya benar.
“Pak Randi, ada kue dari sebuah cafe asing untuk ruangan meeting? Saya nggak yakin apa bisa di bawa naik atau tidak,” ujar wanita itu di telpon.
“Saya dan bos sudah di depan sekarang, secepatnya langsung bawa kue itu ke atas,” ucap Randi.
“Pak Randi membolehkan kue ini di bawa naik ke atas tapi…” ucapan wanita itu terdiam karna seperti nya ia terlambat.
Setiap karyawan di lantai situ bergegas berbaris rapih dekat pintu masuk. Lift di biarkan kosong untuk para delegasi meeting. Tak ada satupun yang boleh mondar mandir di ruangan luas itu hingga orang orang penting itu berlalu.
“Sebentar lagi meeting di mulai, pak Bur, antar mereka lewat samping. Gunakan lift barang,” ucap wanita informasi itu.
“Ba baik,” ucap pak Burhan sekuriti itu.
“Lewat sini,” ajak pak Burhan pada Honey dan Rian.
Mereka berlalu menuju pintu samping. Sebuah lift barang langsung membawa mereka naik ke lantai 27.
“Kita hanya mempunyai waktu lima menit sebelum para pemegang saham masuk ke sini. Cepat tata kue itu di atas piring di samping air mineral,” aba aba seorang karyawan yang sudah menunggu Honey dan Rian.
Setelah membantu karyawan itu menata kue, Honey dan Rian kembali turun melalui lift barang…
.
.
.
To be continued ⬇️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Maaaaaak"utun"..nie🍉
ribet ya ...semnagttt honeeey
2022-01-13
1