Keesokan hari, Honey harus berangkat lebih pagi menuju tempatnya bekerja. Ia masih harus mempraktekkan teori cream choux paste buatan nya sebelum di kirim ke perusahan pukul sepuluh nanti.
Sambil mencoba coba beberapa rasa cream choux paste, Honey membuat salted Caramel pie.
Hingga pukul 06:25 bu Tini dan Marwah hadir disitu. Lima buah kue hasil percobaan Honey tersaji di atas nampan.
“Apa apaan ini?” tanya Marwah begitu melihat adonan kue di atas loyang sedang dan beberapa butter cream dalam plastik segitiga ber spuit kue filling di ujung plastik.
“Kak cobain ya?” ujar Honey.
Marwah menggelengkan kepalanya. Honey pasti sedang bereksperimen membuat kue dengan menggunakan bahan yang ada di dapur.
“Honey, bu Tini di depan. Mending diberesin dulu adonannya. Mau gaji mu di potong lagi?” ucap Marwah sambil mengangkat adonan masuk ke dalam lemari.
“Apa itu?” bu Tini berjalan cepat ke arah Marwah.
Marwah terdiam saat bu Tini menarik loyang adonan dari tangannya.
“Honey, apa lagi ulah kamu kali ini? Apa ini? Dan ini apa?” Ia mengangkat plastik segitiga itu satu persatu. “Ya Allah, butter cream puluhan ribu harga nya kamu pakai buat main main? Ya Allah, Honey. Hutang mu saja belum lunas sekarang masih harus potong gaji? … “ ocehan bu Tini terus berlanjut, panjang lebar bahkan telah melipir hingga ke pemerintah dan negara.
Honey hanya berdiam diri mendengarkan kata kata melengking bu Tini. Ia berniat menjelaskan perbuatannya setelah omelan nya selesai. Di perkirakan lima menit lagi dari sekarang.
Suasana masih tegang. Raniya, Rita, Rian dan Aluna sudah berdiri di belakan bu Tini. Menunggu detik detik berakhirnya ocehan pidato di pagi hari.
Kemudian suasana menjadi tenang sedangkan bu Tini masih terlihat dongkol. Ia mengambil bangku kecil di bawah meja kemudian duduk di atas nya.
Honey mulai memberanikan diri bicara. “Bu?” sambil menyerahkan selembar cek ke tangan bu Tini.
“Apa ini?” di tatap nya serius nominal yang tertera pada cek.
“Itu pesanan kue semalam, ibu yang menyuruh saya terima pesanan itu. Dan ini kartu nama perusahan yang memesan. Untuk hari ini pukul sepuluh bu,” jelas Honey hati hati.
Mata bu Tini membulat saat melihat nama perusahan yang tertera di atas kartu nama itu.
“Travor Primary Corp.?” tanya bu Tini seakan tak percaya.
Marwah mendekati bu Tini mengintip dari samping kiri.
“Travor Primary, yang gedung nya menjulang itu?” tanya bu Tini lagi.
“Iya bu, perusahan TPC gedung tinggi menjulang di ujung jalan Antasari, tak jauh dari sini bu,” ucap Honey meyakinkan.
“Pesan apa mereka? Berapa banyak?”
“Choux paste 50 dan salted caramel pie 50.” jawab Honey.
“Apa choux apa?”
“Choux paste bu,” mata Honey melirik ka atas nampan dimana kue percobaannya berada.
Bu Tini mengambil satu dari atas nampan. Setelah gigitan kecil pertama, bu Tini kembali memasukkan choux paste sekali lagi ke mulut nya. Kali ini di sertai mangguk mangguk.
Rian terlihat berbisik ke arah Raniya. Mereka berempat masih berdiri tak bergeming menunggu aba aba pidato berakhir.
“Luar biasa, garing di luar dan lembut di dalam. Apa nama nya ini?” Bu Tini kembali bertanya kemudian mengambil satu lagi choux paste di atas nampan.
“Choux paste bu, kue kekinian yang lagi populer,” jawab Honey.
Bu Tini mangguk mangguk sambil menghabiskan satu choux paste di tangannya.
“Enak. Marwah coba cicip,” perintah bu Tini.
Marwah mengambil satu potong. Ekspresi Marwah langsung takjub pada saat gigitan pertama.
“Luar biasa, tidak kalah dari de Layla. Dan rasa pastri cream nya lebih enak buatan kamu Hon,” puji Marwah.
Bu Tini melihat lihat di atas meja, bahan apa saja yang sudah di gunakan Honey, “ya sudah lanjutkan, kue asing. Tapi…” bu Tini mengalihkan tatapannya ke arah cek dan kartu nama di tangannya.
Kalian cepat bantu Honey, ingat hari ini tugas kalian banyak. Daftar nya sudah saya tulis di atas meja. Pembelian meningkat empat kali lipat kemarin, pertahankan terus. Akhir pekan ini ada bonus buat kalian,” ujar bu Tini kemudian berbalik badan keluar dari dapur.
“Baik bu,” ucap Rita Raniya Rian dan Aluna serempak.
Sepeninggal bu Tini, Rita mengusap dadanya lega.
“Hufttt, aku bilang juga apa? Sebesar apa pun kesalahan kamu, bu Tini nggak bisa marah berlebih,” ujar Rita sambil menyambar kue di atas nampan.
Sambil berdiri, dengan mata terbelalak dan wajah takjub Rita berucap. “Gila, ini benar benar buatan kamu? Ini bukan coklat, bukan vanila. Rasa nya nggak asing tapi apa?” tanya Rita masih dengan wajah amazing nya.
“Masa sih?” Rian dan juga Raniya berebutan dua buah kue yang tersisa di atas nampan.
“Ya Aluna nggak kebagian,” dengan wajah sedih dan cemberut.
“Nanti Honey buat lagi buat kamu,” sahut Rian.
“Waw, Waw, kemampuan kamu sudah tingkat dewa. Enak banget,” ucap Raniya.
“Resep dari mana?” tanya Rian.
“Resep coba coba,” jawab Honey.
“Gila, coba coba aja bisa se enak ini?” ucap Rian.
“Sudah bubar, lanjutkan kerjaan kalian. Ambil menu hari ini dari meja bu Tini. Honey boleh lanjutkan kerjaan nya. Ayo bergerak!” Tukas tegas dari Marwah yang masih merupakan keluarga dekat bu Tini.
.
.
.
To be continued ⬇️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Maaaaaak"utun"..nie🍉
bergeraaaak
2022-01-13
1