Mendapat tugas tambahan di luar tugas mereka, Raniya mengumpulkan kelima rekannya itu. Mereka berdiskusi sambil berbagi tugas. Setiap orang mendapat tugas satu jenis kue kecuali Honey. Ia mendapat tambahan tugas dua jenis kue, Marbel cake dan Salted Caramel Pie. Padahal hari itu ia masih harus membuat kue kering Almond.
Usai mengolah adonan. Oven, kukusan, wajan penggorengan siap di gunakan. Kue yang telah selelsai di panggang dan kukus langsung di pindahkan ke etalase di ruangan depan.
Benar saja, hari itu lumayan banyak pelanggan yang mampir membeli bungkus berbagai jenis kue. Pesanan online juga membanjir. Bahkan kue yang telah habis terjual harus mereka buat lagi untuk mengisi etalase kue yang kosong.
Hingga pukul sepuluh malam itu, Honey masih harus membersihkan dapur dari sisa sisa minyak dan kotor yang menempel pada meja dan lantai.
Dengan hati riang sambil bersiul Honey bekerja dengan cepat dan enerjik.
“Hufftt, bersih,” gumam Honey bangga melihat hasil pekerjaan nya.
Waktunya Honey untuk pulang, ia harus segera istirahat karena karena besok pagi awal ia harus kembali mengingat kunci cafe berada di tangannya.
Setelah mengambil tas selempang dari dalam loker, Honey keluar menuju pintu depan. Dari balik pintu kaca seorang pria bersetelan rapih sedang melihat lihat ke arah dalam cafe. Pria itu berusaha mendorong pintu yang telah terkunci rapat.
Kunci berada di tangan Honey, tentu saja ia langsung menghampiri pria itu.
“Maaf pak, ada yang bisa saya bantu?” tanya Honey.
“Sudah tutup ya mbak?” tanya pria itu sopan.
“Iya pak sudah tutup, cafe kami biasa tutup jam sepuluh.” Jelas Honey ramah.
“Kalau pesan untuk besok bisa?” tanya pria itu to the poin.
“Pesan apa pak?” tanya Honey.
“Kue lah tentunya. Dua jenis kue untuk 50 orang?” tanya pria itu.
“Hmmm,” Honey berpikir sejenak. “Bapak tunggu sebentar, saya telpon ibu bos saya dulu.”
Honey berjalan masuk ke dalam cafe. Ia menghubungi nomor bu Tini.
“Bu, maaf mengganggu. Honey mau tanya bu,” ucap Honey pada bu Tini melalui ponsel.
“Apa?” jawab bu Tini datar.
“Ada yang pesan kue untuk besok bu. Katanya dua jenis kue untuk 50 orang,” ucap Honey.
“Terima Hon, kamu yang tangani pesanan ya. Tenang aja, ibu sudah siap kan bonus untuk kalian,” respon bu Tini gembira.
“Baik bu, Honey terima pesanan nya. Selamat malam bu.”
Setelah mengakhiri panggilan, Honey berjalan kembali ke arah pria berjas itu.
“Baik pak, mau pesan kue apa? Untuk jam berapa?” tanya Honey.
“Kue apa yang paling enak disini?” tanya pria itu.
“Yang paling laris di sini, salted Caramel pie.”
“Bisa kami yang tentukan jenis kue yang satunya?” tanya pria itu.
“Boleh,” jawab Honey sambil mengangguk.
“Choux paste seperti yang di jual di de Layla bisa?” tanya pria itu.
Honey berpikir sejenak.
Kue modern? Selama ini Cafe kami nggak pernah menerima orderan kue internasional.
“Hmm, baik. Pesanan saya terima. 50 biji salted Caramel pie dan 50 biji choux paste. Pesanan ambil di sini atau kami yang antar?” tanya Honey lagi.
“Di anter aja, anter ke alamat ini.” Pria itu memberikan kartu nama perusahan ke tangan Honey.
Tulisan Travor Primary Corp. Terpampang besar di atas kartu nama tersebut. Perusahan bonafit yang berkecimpung di berbagai bidang. Teknologi, garment, dan Real Estet di bawah naungan Travor Primary Corp adalah yang terbesar si negri ini. Bahkan pemiliknya masuk dalam jajaran 3 orang terkaya di negri ini.
Masih ternganga dengan tulisan besar pada kartu di tangannya, Honey berusaha calm down. “Ngomong ngomong choux paste nya mau isian apa?” tanya Honey lagi.
“Hm, bisa mbak samakan dengan yang di jual di cafe de Layla nggak? Maaf kami langganan cafe itu, tapi sampai tiga hari ke depan, cafe de Layla sedang tidak melayani pelanggan,” jelas pria itu.
Honey mengernyitkan Alisnya. “Pantes saja semua pelanggan nya lari ke sini.” Honey berpikir sejenak mengenai choux paste pesanan pria sopan di hadapannya.
Akhirnya Honey mengambil keputusannya sendiri.
“Karena kami bukan cafe de Layla, soal isian pastri cream nya biar saya yang tentukan. Saya tidak suka mengcopy paste trade dagang orang. Itu nama nya menyontek,” ucap Honey ramah.
Pria itu berpikir. Tak ada pilihan lain, tak ada kue berarti acara bulanan pemegang saham tidak di suguhi makanan ringan.
“Baiklah.” Pria itu setuju “Besok bisa langsung antar ke lantai 27 ruangan meeting. Dengan menunjukkan kartu nama ini kamu bisa langsung masuk ke atas,” lanjutnya.
Kemudian pria berjas itu mengeluarkan sebuah kertas cek dari dalam bajunya. “Ini sebagai tanda jadi.”
Honey menerima kertas itu. Tujuh buah digit angka tertera di sana, disertai tanda tangan dan cap perusahan.
Ini sih bukan tanda jadi, ini mah sudah lunas. Bahkan lebih. Apa choux paste yang di jual di de Layla semahal ini?
Pria itu langsung meninggalkan Honey yang masih terdiam menatap cek dalam genggamannya.
.
.
.
To be continued ⬇️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Maaaaaak"utun"..nie🍉
waw...aku jd pnsraaaan...brpa harg ya...dan gmn rsanya...hahahah
2022-01-13
1