Diandra masuk ke ruang UGD mencari sosok suaminya. Beberapa saat mencari, akhirnya didapati suaminya yang tidak lagi sadarkan diri. Ketegarannya mulai runtuh, air mata yang sedari tadi berusaha dia bendung akhirnya tumpah dan tak lagi diusap. Isak tangispun terdengar dari mulutnya. Sesekali dia menggoyangkan tubuh suaminya agar sadar akan kehadirannya. Dokter dan perawat yang menangani pun memintanya tetap tenang, namun tak diindahkannya.
"Maaf, apa Ibu keluarga pasien ?" tanya dokter itu.
"Saya istrinya, tolong selamatkan suami saya dok!" berkata kepada dokter sambil menggenggam erat lengan si dokter.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin bu, kami akan segera mengambil tindakan operasi, karena lukanya cukup parah" kata dokter.
" Ibu bisa tanda tangani surat persetujuan pengambilan tindakan operasinya, kami akan segera membawa suami ibu ke Ruang Operasi" Suster menyerahkan selembar kertas ke ara Diandra.
Diandrapun menandatanganinya. Akhirnya Mario di bawa beberapa suster menuju ruang operasi. Diandra berjalan beriringan dengan brankar pasien yang membawa suaminya sembari menggenggam tangan suaminya yang mulai terasa dingin. Diandra pun berhenti saat suaminya dan tim medis akan memasuki ruang operasi.
"Maaf, Ibu menunggu diluar dulu. Biarkan dokter melakukan tugasnya" Tuturnya sambil tersenyum dan menggenggam tangan Diandra.
" Baik suster". Berusaha tegar namun tetap berurai air mata.
Pintu ruang operasi pun di tutup. Segala do'a pun dia panjatkan tak pernah putus untuk keselamatan suaminya. Sayup-sayup suara tawa Mario terngiang di benaknya. Seketika dia merasakan rindu yang mendalam kepada pujaan hatinya itu. Bayangan akan kenangan manisnya bersama Mario terpampang jelas diingatannya. Entah darimana sumber air itu berasal, Air matanyapun tak pernah surut. Bahkan semakin lama semakin deras air matanya mengalir. Sesekali ia bergumam lirih nyaris tak kedengaran
"Ya Allah.. selamatkan suamiku, Lindungi dia, sembuhkan dia" Do'a Dian.
"Sayang, aku yakin kamu kuat. kamu harus sembuh sayang, demi aku dan demi anak kita Alvaro" bathinnya.
Tak terasa 40 menit telah berlalu, namun operasinya belum juga selesai. Dian tak henti-hentinya mondar mandir kesana dan kemari di depan ruang operasi. Sesekali di tatapinya pintu ruangan itu. Beberapa menit kemudian pintu pun terbuka.
Dokter yang menangani operasi Mario melangkah dengan pelan ke arah Diandra. Tampak kekecewaan di raut wajah dokter itu sembari menggengam tangan Diandra.
" Maaf Ibu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun Tuhan berkehendak lain. Ibu yang sabar yah, maafkan kami". Menepuk pundak Dian kemudian melangkah meninggalkan Dian yang berdiri mematung tanpa bisa berkata-kata. Air mata Diandra kini tak dapat dibendung lagi.
Dian pun mengerti maksud ucapan dokter kemudian menangis sejadi-jadinya.
"Bangun sayang, kamu tega tinggalin aku sama Varo, aku mohon buka mata kamu.. kamu sudah janji mau nyusul aku ke villa, kamu suruh aku buat jaga diri tapi kenapa kamu yang gak jaga diri kamu. Kamu benar-benar tega sayang... Ayo bangun... bukankah kita mau ngerayain anniversary kita ??? Jawab aku sayang, Varo nungguin kita di rumah Anna.. Bangun Mario Kusuma..!!!" Suaranya semakin keras diiringi tangisan yang tak henti-hentinya. Suster dan satpam jaga pun kewalahan menghadapinya yang nampak depresi atas kepergian suaminya.
Diandrapun ke ruang administrasi untuk menyelesaikan segala administrasi yang harus diselesaikannya.
"Maaf suster, saya ingin tahu, siapa yang membawa suami saya kesini setelah kecelakaan?" tanya Diandra kepada suster.
"Maaf bu, pria yang membawanya langsung pergi saat mengetahui keluarga korban sudah datang" Suster menjawab.
"Apakah dia yang menabrak suami saya suster ?" Tanyanya lagi.
"Kalau itu saya tidak tahu bu.. Mungkin Ibu bisa menanyakan langsung pada saksi dan pihak kepolisian".
Diandrapun berlalu dari hadapan suster dengan membawa sejuta pertanyaan dikepalanya mengenai hal yang telah menimpa suaminya.
Jenazah Mario telah disemayamkan di RS, kemudian diantar ke rumah duka untuk dilakukan pemakaman.
Keluarga dan kerabat pun berdatangan. Mengingat parahnya luka-luka yang dialami Mario membuat Dian mengambil keputusan untuk segera memakamkannya.
Prosesi Pemakaman telah usai, keluarga dan kerabat yang ikut mengantarkan Mario ke peristirahatan yang terakhirnyapun pamit dan mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada Dian.
Diandra hanya diam, tak memberikan respon kepada orang yang lalu lalang menyalaminya.
_____________________________
BERSAMBUNG....
Mohon kritik dan sarannya
Jangan lupa Like, comment & share
Klik ❤ dan beri Rate 5⭐⭐⭐⭐⭐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Erni Fitriana
sedih aku😭😭😭😭
2022-09-09
0
Nyoman 53
sayangnya pas akhir2 mario. meninggal mggak. smpt ketemu dgn istrinya
2021-07-07
0
Vivianvellanie
sedih banget 😭😭😭😭
2020-12-08
0