Arthur yang terus berlari akhirnya berhenti di depan rumahnya, begitu banyak sisa darah yang berada di jalan tetapi tidak ada satupun mayat yang tergeletak di sana.
“Mengapa begitu banyak sisa darah?.” batin Arthur khawatir, kembali panik setelah memperhatikan sekitarnya yang sudah berantakan seperti sudah mendapat serengan.
Arthur terkejut memandang rumah yang ada dihadapannya sudah tidak berbentuk lagi. sebagian rumah tersebut sudah hancur dengan sebuah lubang besar berada di dinding.
“Apa yang terjadi disini?.” teriak Arthur, berlari masuk kedalam rumah. Dia berhenti berlari ketika matanya bertatapan dengan monster yang sedang berdiri di hadapannya.
Monster itu menyerupai manusia, tetapi hanya saja tubuhnya besar berwarna merah seperti darah dan memiliki tinggi kira-kira 2 meter.
“Siapa kamu?” Arthur berkata dengan tubuh yang gemetar, menatap monster tersebut. tetapi monster tersebut tidak menjawab apa yang dikatakan Arthur.
Tanpa Arthur sadari orang tuanya sudah tergeletak bersimbah darah dibawah lantai, tepat di samping monster merah berdiri.
Arthur ingin berlari menuju orang tuanya yang jaraknya 3 meter dari tempat dia berdiri akan tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak.
Arthur meneteskan air mata menatap yang terjadi kepada orang tuanya. “kenapa, kamu membunuh orang tua ku?” berteriak disertai tubuh yang masih gemetar.
“Art cepat pergi dari sini, tinggalkan kami.” suara pelan keluar dari mulut ibunya yang sedang sekarat. disitu juga ada ayahnya yang sudah tidak bernyawa.
Tidak lama kemudian monster merah tersebut memakan tubuh mereka bagaikan monster yang sedang kelaparan.
“Tidak!.” Arthur berteriak dengar suara keras, mengepalkan tangannya kuat.
Arthur terduduk meratapi nasibnya, orang yang dicintainya pergi untuk selama-lamanya. sudah tidak sanggup untuk bangkit berdiri agar dapat lari dari monster merah yang ada tepat didepannya.
Monster tersebut tersenyum sembari menjilat bibirnya, menatap Arthur bagaikan menemukan makanan baru di hadapanya. Arthur terkejut menatap senyuman yang terlihat dari monster itu.
Dengan tubuh yang lemas, Arthur berusaha bangkit dari posisi duduknya. pikirannya sudah kacau tidak tahu apa yang harus diperbuatnya
Arthur berusaha membalaskan dendam orang tuanya, tanpa berpikir panjang dia berlari maju menghadapi monster tersebut dengan penuh emosi.
Arthur memberikan beberapa pukulan ke tubuh monster merah tetapi itu tidak berguna. monster yang menerima pukulan tidak merasakan apapun, melainkan tersenyum menatapa Arthur.
Monster merah memberikan satu pukulan kuat yang membuat Arthur terlempar menghantam dinding, berusaha berdiri dengan tubuh yang terasa sakit akibat pukulan monster merah.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang?.” batin Arthur sembari menahan rasa sakit ditubuhnya, monster merah mendatangi Arthur yang sedang memegangi tubuhnya yang sakit.
Arthur teringat kalau ada sebuah golok yang biasa di gunakannya untuk berlatihan beladiri. Arthur berlari mencari golok itu, akhirnya dia menemukan di dalam kamarnya. tanpa berpikir lagi, mengambil golok yang terletak dibelakang pintu.
Golok sudah ditangan, Arthur yang keadaan marah membuat rasa takut dan tubuh yang gemetar seakan-akan hilang. sekarang yang ada didalam pikiran Arthur hanya membunuh monster tersebut.
“Matilah kau!” teriak Arthur, berlari maju mendatangi monster tersebut, dengan sekali tebas Arthur berhasil membuat monster itu sedikit terluka ditubuhnya.
Arthur berhasil membuat goresan kecil yang tidak berdampak pada monster merah itu, monster itu menyentuh lukanya lalu menjilat tangannya.
Monster itu membalas dengan mengayunkan tangannya kearah Arthur, dia melompat ke samping berusaha menghindari pukulan monster tersebut. jika terkena pukulan itu mungkin Arthur bisa terluka parah pikirnya.
Pertarungan terus berlanjut, Arthur kesulitan menghadapi monster itu. jika Arthur menghadapi manusia mungkin dia sudah menang sekarang ini.
Monster merah berlari mendatangi Arthur, pukulan yang mengarah ke Arthur dihindari lagi dengan melompat ke samping membuat dirinya terbaring di lantai. Sedangkan pukulan monster menghantam dinding rumah, membuat lubang diantar dinding.
Tangan monster yang menghantam dinding itu tersangkut, memberikan Arthur kesempatan untuk memberikan serangan balasan.
“Sekarang kesempatan ku.” gumam Arthur bangkit berdiri dengan cepat, dia tidak mau melepaskan kesempatannya.
Arthur melompat mengarahkan goloknya ke kepala monster yang berusaha menarik tangannya dari dinding.
Tebasan Arthur mengenai kepala, tetapi tidak cukup untuk membuat monster itu mati, hanya saja luka yang diberikannya cukup dalam.
Arthur sudah cukup lelah untuk terus bertarung melawan monster itu, keringat sudah membasahi tubuhnya.
“Apakah aku akan mati sekarang?” batin Arthur menghela nafas panjang.
Menatap monster merah yang terkena serangan sudah terluka cukup parah, dari kepala mengalirkan darah segar berwarna hijau.
Monster mulai menyerang lagi, tetapi serangan berhasil dihindari yang membuat Arthur terjatuh di hadapan monster merah.
Arthur hanya bisa pasrah, mungkin sekerang bisa menyusul kedua orang tuanya itu yang dia pikir saat ini.
Arthur memejamkan mata menunggu pukulan dari monster merah yang menyerangnya lagi, akan tetapi pukulan itu tidak kunjung datang.
“Mengapa aku belum mati?” ucap Arthur membuka matanya lalu menatap monster di hadapanya tidak bergerak.
Arthur hanya bisa terdiam menatap monster yang sudah tidak bernyawa lagi akibat kehabisan darah yang keluar dari kepala.
“Aku masih diberi kesempatan untuk hidup.” Arthur tertawa dengan nasib yang terjadi padanya.
Arthur menangis teseduh-seduh mengingat orang tuanya sudah tidak ada lagi di dunia ini, dia terus berteriak menyesali semua yang terjadi.
Dia berusaha untuk menjadi kuat agar bisa menghadapi monster yang akan menyerang dan bersumpah akan menghabisi monster jahat yang ada.
“Mungkin ini baru permulaan.” Arthur memperhatikan sekeliling rumah.
Arthur mengambil persediaan yang bisa dibawa, bersiap meninggalkan rumah yang terlihat berantakan dan masih ada darah orang tuanya yang belum kering.
Arthur mengambil minyak, menyiramkan sekeliling rumah kemudian menyalakan api untuk membakar rumah.
Arthur hanya bisa memandangi api yang cukup besar membakar rumahnya. dia pikir rumah tersebut tidak lagi bisa jadi tempat tinggal karena memiliki kenangan yang menyakitkan.
Setelah api yang membakar rumah itu padam, Arthur pergi berjalan meninggalkan rumah yang memiliki kenangan indah di dalamnya, akan tetapi semua itu hilang akibat serangan monster.
Arthur melangkah maju tanpa memandang kebelakang, rasa sakit terukir dalam hati yang menyimpan semua kenangan tentang orang tuanya.
Arthur berjalan menempu hidup baru, berharap dapat menemukan tujuannya untuk hidup.
***
Terima kasih sudah membaca.
Dukung dengan Like dan Vote.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Amri Kasanah
wa ini mah seru bgt
2020-09-09
1
Tri Ani
hai aq mampir, feedback ya
2020-08-04
1
Penjaga Hati
semangat up like mendarat.
mampir juga di karyaku ya thor
AKU MENCINTAI DOSENKU
aku menunggu jejakmu di sana 😊
2020-07-28
0