"Tuan, saya engga mau, jangan paksa saya ih!"
"Kau pikir aku meminta pendapatmu? Ini permintaan bukan penawaran!"
Dendy yang geram karena Tica yang susah sekali untuk diajak bicara baik-baik, akhirnya langsung mengangkat tubuh wanita itu yang tengah duduk santai di sofa. Dendy membopong tubuh Tica menuju ke kamar mandi, walaupun wanita itu memberontak. Dendy tak peduli, wanita satu itu sungguh susah untuk diatur.
"Akhhh... Lepasin saya, tolong saya diculik!" Wanita bar-bar itu terus meracau tidak jelas sembari menghentak-hentakkan kakinya seraya ingin turun dari gendongan Dendy. Namun, tidak semudah itu ferguso.
"Diam atau aku akan menjatuhkan tubuh jelekmu ini dari atas tangga ini!"
Sontak wanita itu diam membisu, tubuhnya tegang, detak jantungnya tak karuan. Bayangkan saja, kini mereka berdua berada di anak tangga paling atas, jika Tica sampai jatuh dari situ, maka dapat dipastikan tulang pinggulnya akan patah jadi dua.
Dasar bar-bar! Entah bermimpi apa aku ini, hingga benihku tumbuh di dalam rahim wanita bar-bar satu ini.
Batin Dendy seraya merutuki dirinya yang bisa-bisanya menanam benih tanpa berpikir panjang.
Sampainya di kamar mandi, Dendy hendak menurunkan Tica tepat di dalam bathtub, namun karena wanita itu tidak mau diam. Jadilah mereka tercebur bersama ke dalam bathtub dengan posisi tubuh Dendy berada di atas Tica.
Byurr!
Tatapan mata keduanya sama-sama tercekat dalam netra masing-masing. Seketika jantung Tica berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Sial, terlalu dekat dengan pria itu sama saja berlari keliling lapangan bola.
"Akhhh..."
"Diam! Mulutmu bau amis."
Dendy menutup mulut cempreng Tica dengan telapak tangannya. Seraya menutup hidungnya dengan tangan satunya. Ia tidak habis pikir, kenapa bisa ada wanita yang se-bar-bar Tica.
"Ish! Dasar patung hidup!"
"Aku masih dengar, wanita bar-bar!"
"Bodoamat!"
Sahut Tica, setelah lawan bicaranya keluar dari kamar mandi. Ia segera mandi dan membersihkan dirinya, sebenarnya ia sangat malas untuk berpergian, namun pria patung itu telah memaksa dirinya. Mau tidak mau ia harus mau, atau pria itu akan terus mengganggu ketenangannya.
Tidak butuh waktu lama bagi Tica untuk mandi, sepuluh menit sudah cukup. Dendy tercengang, melihat Tica sudah keluar dari kamar mandi. Padahal baru sepuluh menit, wanita itu mandi atau hanya cuci muka, pikirnya.
"Jangan lihat-lihat! Nanti naksir!" Ketusnya melengos, ia segera berjalan melewati Dendy dengan masih menggunakan bathrobe-nya. Dengan santai, tanpa malu wanita itu berjalan bahkan sembari bersiul kecil.
Dendy hanya abai, meladeni Tica sama saja meladeni orang gila, pikirnya. Lebih baik ia segera mandi, setidaknya merilekskan pikirannya yang kalut seharian ini hanya gegara kehadiran wanita bar-bar itu. Satu hari saja sudah membuat kepalanya pening tak karuan, lalu bagaimana jika sembilan bulan harus hidup bersama wanita itu? Kepalanya bisa terpecah belah menjadi peta Indonesia.
Pagi ini, Dendy telah meminta izin untuk cuti kepada Brydan. Dan tentu ia tidak bisa berkata bohong pada tuannya itu, Dendy menceritakan semuanya dari awal. Dan Brydan hanya mengiyakan saja.
Dua puluh menit berselang, Dendy telah menyelesaikan mandi dan berganti pakaian. Seperti biasa hanya mengenakan pakaian casual saja.
"Cepet Bar-bar!"
"Sebentar Tuan, bantuin kek!"
Tica seraya membawa tas yang ia tenteng di tangannya. Dan juga tas yang ia gendong di pundaknya, kemudian ia taruh ke dalam bagasi mobil. Dan ia duduk di sebelah Dendy yang mengemudi.
Mobil pun berjalan menuju kampung halaman Tica. Membelah padatnya jalanan ibukota di pagi hari. Dendy hanya geleng-geleng kepala ketika melihat Tica telah tidur dengan mulut yang terbuka.
"Bar-bar kelewatan!"
Bagaimana sifat anakku nanti kalau ibunya saja bar-bar kelewatan seperti ini! Aku tidak bisa membayangkan itu.
Batin Dendy, seraya tetap fokus ke jalanan. Ia mengemudikan kereta besinya dengan kecepatan sedang, sembari menikmati musik yang berkumandang merdu di telinganya.
Namun, tanpa aba-aba wanita yang duduk di sebelahnya itu tiba-tiba saja menyomot earphone itu dari telinga Dendy dan memasangnya di telinganya sendiri. Kemudian kembali tidur tanpa rasa berdosa sedikitpun. Alhasil Dendy pun geram, bisa-bisanya wanita itu masih saja menyebalkan saat tidur.
"Hey Bar-bar! Kembalikan earphone-ku!"
"Sudahlah Tuan, mengalah sedikit kenapa sih. Saya ini ingin tidur, tapi tidak bisa nyenyak karena jalanan ramai. Kalau Anda kan tidak ingin tidur, jadi Anda nikmati saja kemerduan suara motor-motor di luar sana!"
"Ish!"
Dendy hanya menggeram sebal, baru kali ini pria itu menemukan ada seorang yang berani menentangnya. Bahkan sama sekali tak terlihat gentar, walaupun Dendy sudah mengeluarkan tatapan membunuhnya. Sebenarnya punya nyali berapa wanita itu, batinnya.
Dua jam lebih dalam perjalanan, akhirnya mobil Dendy kini telah terparkir rapih di halaman rumah Tica yang tidak begitu luas itu. Rumah yang masih bernuansa kuno, namun tidak terlalu kuno. Hanya saja cat rumahnya sudah hampir memudar.
Kedua orang tua Tica telah bersiap diri di depan pintu. Menyambut kedatangan sang putri, bahkan kedatangan Tica dengan ditemani oleh pria bermobil saja sudah membuat beberapa warga desa berkumpul di depan halaman rumahnya. Dasar tetangga kepo!
" Hy Ayah ibu."
"Hy hy hy kepalamu gundul! Mentang-mentang punya pacar guanteng, telepon ibu jarang diangkat!"
Belum sempat Tica mengenalkan Dendy, ibunya sudah menjewer telinganya dengan keras. Benar-benar buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sekarang Dendy paham, dari siapa ke-bar-bar-an Tica ini menurun.
"Ampun Bu!"
"Hy Ibu Ayah."
"Ah, silahkan masuk calon menantu yang paling ganteng."
Dendy diperlakukan selayaknya raja, karena memang tidak ada yang bisa menolak pesona seorang Dendy Faresh.
Mereka semua duduk di kursi kayu di rumah Tica. Dengan sesuguhan yang telah tersedia di meja. Secangkir teh dan setoples kue kering.
"Bagaimana perihal hubungan kalian?"
"Kedatangan saya kemari untuk melamar Tica."
"Syukurlah kalau ada tujuan baik."
"Karena Tica tengah hamil anak saya!"
Duarrr.
.
.
.
.
TBC!
Vote like and komennya yah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
MiNIeL
kirain mw suguhanya secangkir teh dan setoples rengginang🤭
2022-02-14
2