Luka Dan Bahagia.

Devano Brawirya, sosok laki-laki berusia 40 tahun. Siapa yang tidak mengenal Devan? Seorang pembisnis hebat, namanya sudah tak asing lagi di telinga masyarakat. Suami dari Serhima Brawirya ini memang sosok yang menjadi teladan di kalangan masyarakat, bagaimana dirinya tidak menjadi panutan, semua orang tahu seorang Devano Brawirya memulai bisnisnya sejak ia masih duduk di bangku SMA.

Hidup sebatang kara membuat Devan harus bisa menghidupi dirinya sendiri. Berkerja sebagai kuli panggul di pasar, menjadi pelayan restoran, hingga seorang pengamen ia geluti. Jerih payahnya berbuah ketika dirinya mencoba membuka usaha sendiri. Mengandalkan bakat memasaknya, Devan memilih berjualan kue keliling.

Bulir-bulir keringat dirinya akhirnya terbayar saat dirinya berhasil membangun kedai kecilnya dari hasil berjualan. Hingga usahanya terus berkembang pesat, dan lihatlah bagaimana suksesnya seorang Devano Brawirya sekarang. Harta yang melimpah, keluarga kecil yang harmonis, serta wajah yang rupawan. Sempurna, bukan?

Semenjak mengenal Hima, hidup Devan menjadi lebih sempurna. Sosok wanita yang menemani jatuh bangunnya, sosok wanita yang selalu setia di sisinya. Devan beruntung mengenal dan memiliki wanita hebat seperti Hima.

Cinta mereka menghadirkan Kayana Clarea Brawirya, gadis kecil yang menjadi penguat hubungan mereka. Yana sapaannya, gadis kecil yang memiliki wajah seperti Devan saat kecil. Yana itu imut, manis, dan baik siapapun akan terpikat dengannya. Wajar saja, mengingat betapa cantik dan tampannya orang tua dari Yana.

"Sayang!"

Panggilan itu membuat Devan menghentikan aktivitas dirinya. Iya, saat ini dia tengah berada di ruang kerjanya untuk menyelesaikan laporan keuangan bulan ini. Dirinya memang tak pernah mengambil lembur di kantor, karena dia takut meninggalkan anak dan istrinya sendiri di malam hari. Devan segera merapikan berkas-berkas yang tadi dirinya periksa. Ia harus segera turun ke bawah jika tidak Hima akan mengomeli dirinya habis-habisan.

"Kenapa?" tanya Devan saat sudah tiba di ruang makan.

"Makan malam dulu, nanti di lanjut," sahut Hima sembari menata makanan di meja.

Tanpa menjawab Devan langsung mendudukkan dirinya di kursi. Ia melirik pada sang anak yang asik dengan buku dongeng di tangannya, ia terkekeh melihat Yana yang nampak kagum dengan gambar-gambar yang berada di buku tersebut. Anaknya ini memang sangat mengemaskan.

"Yana lagi ngapain, Sayang?" tanya Devan lembut.

Yana menoleh menatap Devan. "Liat gambal-gambal gajah, Pa. Liat, Pa! Gajahna punya hidung besal dan panjang," sahutnya lucu.

Hima terkekeh mendengar penuturan sang anak. "Itu namanya belalai, Sayang."

"Belele, Ma?" ulang Yana dengan pelafalan yang salah.

Hima dan Devan saling pandang lantas tertawa bersamaan. Yana yang melihat kedua orang tuanya tertawa mengerutkan keningnya tak paham. Kenapa orang tuanya tiba-tiba tertawa? Begitulah isi pikiran gadis kecil itu.

"Papa sama Mama tenapa teltawa?"

"Hahaha ... anak Papa lucu banget. Belalai Sayang bukan belele," jelas Devan.

"Iya, belele, Papa," ujar Yana tetap kekeh dengan pendiriannya.

"No, Baby! Be-la-lai not belele," jelas Hima.

"Ish, iya-iya, telselah kalian saja. Yana ndak paham."

***

Seperti biasa, akhir bulan adalah hari dimana seorang Darren Gautama pergi ke makam istrinya— Elena Gautama. Sosok wanita yang sudah memberikannya putri secantik dan sebaik Cellyn. Tanggal 28 merupakan tanggal dimana Elena menghembuskan nafas terakhirnya, tepat saat itu adalah ulang tahun pernikahan mereka yang ke- 5 tahun.

Darren sangat mencintai sosok Elena. Dirinya mengenal Elena sejak SMA, dirinya mengagumi Elena tidak hanya paras, tetapi juga hati Elena. Kisah percintaan mereka cukup rumit, karena orang tua Elena tak pernah merestui keduanya. Hingga pada akhirnya Darren berhasil meluluhkan hati orang tua Elena.

Elena Gautama, sosok malaikat bagi Darren dan Cellyn. Keduanya sangat menyayangi wanita itu, kematian Elena menjadi luka terbesar keduanya. Elena, sosok wanita cantik, cerdas, lemah lembut, tetapi sedikit keras kepala. Ia menjadi benteng terkuat bagi keluarganya, kelemahan keluarganya.

Sosok Ibu yang tegas dan penyayang. Cellyn selalu di didik menjadi wanita yang kuat semasa kecil, dan terbukti sekarang Cellyn menjadi wanita hebat. Sifat Elena menurun pada Cellyn, terutama kebiasaan Elena dalam menghirup aroma teh.

Kematian Elena dikarenakan tumor otak yang dideritanya. dirinya menderita tumor otak sejak Cellyn berusia 3 tahun. Dua tahun perjuangannya bertahan, dua tahun dirinya menahan sakit demi keluarganya. Namun, Tuhan berkehendak lain, tepat saat pernikahannya yang kelima tahun dirinya meninggal. Elena ditemukan sudah tak bernyawa di kamar mandi miliknya.

Peristiwa itu tentu menimbulkan luka yang sulit untuk disembuhkan, terutama bagi Cellyn yang masih sangat membutuhkan figur seorang Ibu. Mental Cellyn terguncang saat itu, dirinya menjadi sosok pendiam dan suka mengurung diri di kamar. Hal itu tentu membuat Darren khawatir dan pada akhirnya memutuskan membawa Cellyn ke Psikiater.

Disinilah Darren sekarang, makam istrinya. Cellyn bahkan tak tahu kebiasaan ayahnya ini. Dirinya hanya tahu Darren mengunjungi makam itu saat akhir tahun saja. Darren hanya tak mau anaknya tahu luka yang ia rasakan belum sembuh. Dia tak mau Cellyn khawatir nantinya.

Darren mengelus dengan lembut batu nisan Elena, air matanya menetes secara perlahan. Inilah sisi lemah seorang Darren Gautama, Elena adalah kelemahan terbesarnya. Kehilangan Elena adalah satu hal yang paling dirinya takuti.

"Hai, Sayang. Apa kabar, hm? Aku rindu sama kamu, El. Aku kangen masakan kamu. Sembilan belas tahun udah berlalu, El. Dan, kamu masih betah ada di qsana."

Darren dan Elena menikah di usia mereka yang baru menginjak 18 tahun. Pernikahan dini yang mengajarkan mereka arti perjuangan itu. Jatuh bangun mereka hadapi dalam pernikahan dini.

"El, sekarang Cellyn udah besar. Suatu saat nanti dia bakal nikah, El. Bakal ninggalin aku sendiri, aku gak rela. Boleh, El? Aku gak rela Cellyn ada di tangan pria lain, tapi itu udah takdir. Hahaha ... nanti aku menua sendiri, Cellyn pasti sibuk sama keluarganya. Kamu tahu? Semakin dia dewasa, semakin dia mirip sama kamu. Cellyn selalu berhasil bikin aku rindu kamu, El," lanjut Darren dengan air mata yang tak bisa ia bendung lagi.

Ia mengecup batu nisan Elena lama. "Aku pulang dulu, ya. Nanti aku kesini lagi. Happy anniversary, Baby."

***

Arlina Anatasya Derixca, sosok wanita yang kecewa karena cinta. Lina sapaannya, sosok wanita periang, hiperaktif, ambisius, dan mesum. Lina merupakan pemilik butik yang sudah mendunia namanya. Rasa sakit mengajarkan dirinya akan makna berjuang untuk kebahagiaan.

Menyukai berhubungan badan bukan berarti Lina melakukannya kesembarang pria. Ia hanya akan melakukannya pada pria yang terbukti sehat, sehat dalam artian tidak memiliki penyakit sexual. Namun, tetap saja yang dirinya lakukan adalah kesalahan. Rasa kecewalah yang membawa dirinya ke jalan kegelapan ini.

Dihianati, ditinggalkan, dan disakiti. Tiga hal itu akhirnya menimbulkan luka yang amat menyiksa bagi Lina. Ia menjadi sosok yang tak tersentuh, menikmati hubungan badan tanpa cinta. Lina yang dulu sangat menghindari berhubungan intim sebelum menikah, akhirnya terjebak pada hubungan tak sehat itu.

Dirinya sudah dikenal buruk oleh masyarakat, oleh keluarganya. Siapa yang tak mengenal sosok Arlina Anatasya Derixca sosok wanita yang sangat suka bermain di ranjang itu. Namun, dirinya acuh akan segala gunjingan masyarakat bukannya dirinya terpuruk justru semakin melejit lagi namanya dikalangan desainer dan dunia.

"Nona."

Lina yang sibuk mendesain gaun pesanan kliennya menoleh pada sekretaris pribadinya. Sebelas alisnya ia naikan sebagai respon. Atensinya kembali pada buku gambar yang sudah berisikan desainnya.

"Begini Nona, kita harus ke Belgia sekarang," sahut Dewi— sekretarisnya.

"Ada apa, Wi? To the point, bisa?"

Dewi tergagap. "I—itu ... a—anu, Non—"

"Yang jelas! Kamu gak gagap," potong Lina kesal.

"Butik kita yang ada di Belgia mengalami penurunan karena ada yang korupsi," jelas Dewi cepat.

"Oh, sial! Berani sekali tuh manusia nilep duit yang susah-susah kucari," gumam Lina geram.

"Siapkan semua, kita berangkat malam ini."

"Siap, Nona."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!