"Ken buka pintunya, jangan sampai ya kamu nikahin anak di bawah umur, mau di tuntut hah,"
Umi menggedor pintu kamar Ken yang sudah tertutup rapat.
Umi kesal saja sama jawaban Ken yang tidak masuk akal.
Dari sekian banyak wanita yang berumur kenapa sampai ke fikiran yang belum cukup umur.
Kurang waras kali anaknya ini.
"Iya umi tenang aja,"
Ken berusaha menahan tawa saat mendengar ocehan umi yang bakal dia dengar sekali seminggu saat libur kerja tiba.
"Mau umi sunat lagi Ken? Wanita banyak Ken.
Buka nggak pintu nya,"
Umi masih menggedor pintu agar minta di buka.
"Nggak mau umi, nanti Abi marah kalau pintu di buka.
Ini kan pintu karya Abi,"
Pintu kamar di rumah itu semua karya tangan Abi Ken yang membuat sendiri.
Sebuah ukiran tangan yang sangat bagus bagi siapa saja yang lihat
"Eh nggak di kunci, kurang asam kamu Ken,"
Setelah capek, umi memegang gagang pintu yang ternyata tidak di kunci.
Capek ya mi teriak sambil gedor yang padahal tidak di kunci.
Nyes tidak sih? Ha ha.
"Tidur ya ini udah malam,"
Umi mendekati Ken yang lagi duduk di kursi dekat jendela.
Menikmati malam yang penuh bintang tapi sayang hidup Ken belum ada bintang yang menghiasi tiap malam.
"Iya umi, umi juga tidur ya.
Kasian Abi kalau di tinggal lama ntar nyari umi baru lagi,"
Mengecup kening umi sekilas lalu mengantar hingga depan pintu lagi.
"Emang masih ada yang mau sama Abi? Umi kira nggak ada,"
Umi nurut di tuntun ke pintu.
"Ya nggak ada umi, selamat malam umi,"
Umi pergi meninggalkan kamar Ken.
Bukan tanpa alasan umi menyusul Ken ke kamar.
Sebab sebelum tidur kalau Ken lagi di rumah tanpa kecupan selamat malam dari seperti ada yang kurang.
Ting...
'Ken besok aku ke kantor kamu ya'
Isi pesan dari seseorang yang lagi gencar mendekati Ken.
Ken tidak menggubris sama sekali, sebab dia tidak bisa menggerakkan hati Ken.
Ken mencari pasangan bukan cantik tapi budi pekerti yang utama.
Kalau cantik itu bonus saja tidak perlu cantik manis juga nggak apa tapi kalau dapat dua duanya lebih bagus lagi.
"Oh jodoh di mana kamu? Jangan lama lama dan jauh jauh main nya ntar lupa jalan pulang,"
Ken berbaring di ranjang empuknya sambil memandang langit langit kamar dengan pandangan jauh entah kemana.
"Sendiri itu enak kalau nggak ada yang nanya kapan nikah, saat pertanyaan itu terlontar maka si sesak yang datang,"
Memegang dadanya sambil memejamkan mata.
Sudah waktunya tidur dan besok Minggu.
Walau libur Ken tidak pernah tidur larut atau pergi keluar dengan dalih malam Minggu.
Jomblo seperti Ken ngapain malam Minggu? Mau pergi sama siapa?.
Tidak butuh waktu lama Ken sudah berlabuh pada mimpi yang belum tentu indah.
Yang indah itu orang bernama indah tapi belum tentu jalan hidupnya indah.
Pagi menjelang Ken sudah rapi menggunakan baju olahraga.
Siap mau lari pagi.
Jangan tanya sama siapa, ya sendiri lah.
"Umi Ken joging dulu ya, jangan kangen,"
Satu kecupan Ken berikan sebagai penyemangat umi di pagi hari.
"Siapa juga yang bakal kangen sih bang, udah sana lagi asal jangan lari dari kenyataan aja,"
Sela Aira adik satu satunya Ken.
Aira lagi membantu umi memasak.
Aira sekarang bekerja di kampus yang sama dengan calon suaminya, bukan tanpa alasan calon suami Aira posesif tinggi provinsi tidak bisa membiarkan Aira jauh dari pandangan nya.
"Iya, Ken pergi dulu,"
Ken segera melarikan diri sebelum di cerca dengan pertanyaan yang membuat jiwa jomblo nya menangis.
Kenapa juga keluarga nya suka melihat wajah nelangsa Ken jika di olok.
Ken joging tidak jauh di taman dekat rumah umi.
Sebenarnya Ken tidak sendirian nanti bakal bertemu Kemal di sana, sudah janjian semalam.
Saat asik lari badan Ken di tabrak sama sosok mungil yang lagi lari juga.
"Aduh, kalau lari liat liat dong om.
Kalau kadar kemungilan ini hilang gimana? Om mau tanggung jawab?"
Yang di tabrak Ken adalah Key yang lagi lari juga bersama Kesya sahabatnya.
"Cuma di tabrak bukan di hamilin jadi apa yang mau di tanggung jawab kan,"
Ken mengusap bajunya seperti menghilangkan kotoran yang nempel.
"Ye itu sih kemauan om mesum aja,"
Dengus Key pelan.
Jodoh nggak kemana, bathin Key tersenyum senang.
"Ogah saya sama kamu, masih bau ingus,"
Ken melanjutkan larinya, malas meladeni Key yang entah mengapa otak Ken memberi peringatan agar tidak berurusan sama Key.
"Tunggu om urusan kita belum selesai,"
Key ikut lari di sebelah Ken.
"Apa lagi?,"
Ken malas di ikuti sama gadis belum cukup umur gini.
Apa lagi melihat Key yang memakai baju kebesaran seperti minjam.
"Minta nomor om siapa tau nanti Key kangen,"
Balas key yang masih setia ngikutin Ken yang lari.
Usaha banget ya Key.
"Ogah, nomor saya cuma buat orang,"
Tolak Ken sedikit kasar.
Key melambatkan larinya.
"Eh tapi om Key kan orang berarti boleh dong,"
Key mensejajarkan langkah kakinya sama Ken.
Usaha Key patut di acungi jempol, gigih sekali.
"Kamu itu tuyul bukan orang, jadi jauh jauh sana,"
Usir Ken merasa terganggu sama kehadiran Key.
"Iya nggak apa Key di anggap tuyul.
Tuyul yang bakal mengganggu hati, otak dan fikiran om terus.
Bye om nanti kalau kita ketemu lagi harus kasih key nomor om ya,"
Key memisahkan diri dari Ken dan mencari keberadaan Kesya yang di tinggalkan duduk tadi.
Biarlah Key di katai genit tapi Key tidak peduli asal tidak merugikan orang lain.
"Udah tebar pesona nya,"
Kesya menunggu sambil meluruskan kaki yang sudah capek lari dari rumah sampai sana yang cukup memakan waktu.
"Udah tapi belum dapat nomornya,"
Key meminum minuman Kesya yang tinggal setengah.
"Itu om om Key, ngapain ngebet sih?"
Ya walau tidak bisa di pungkiri sebenarnya Kesya juga sama om om dua .
Pesona nya seperti mengajak berumah tangga.
"Tapi lo juga suka kan?"
Siapa yang tidak suka coba, katarak mata orang itu kalau tidak terpesona sama pesona om om itu.
Ah jadi meleyot.
"Nggak salah lagi Key, wajahnya kayak mengajak berumah tangga,"
Nah kan Kesya yang jarang waras saja tau apa lagi yang beneran waras.
Auto menjerit minta di kawinin eh di nikahin maksudnya.
Nikah dulu baru kawin jangan sampai ke balik, bisa brabe urusannya.
Sedangkan di tempat Ken.
Dia baru bertemu Kemal yang lagi lari juga.
"Kemana aja lo? Katanya bertemu di tempat biasa,"
Kemal kesal saat datang Ken malah tidak ada di tempat jadi dia memutuskan lari sendiri.
"Ketemu anak bau ingus gue, malah ngebet minta nomor gue kan gila,"
Ken masih terbayang jelas saat Key memaksa dia memberi nomor.
"Nggak boleh menghina orang Ken, kalau lo suka gimana? Terus di tolak lo yang bakal gila,"
Walau gini gini Kemal tidak mau menghina orang apa lagi secara langsung.
Itu sakit nya nggak ada obat.
Semua orang tidak ada yang senang saat di hina jadi jangan pernah sesekali menghina orang walau semarah apa pun.
"Jangan sampai gue suka tuh anak, amit amit,"
Ken bergidik ngeri sendiri membayangkan dia suka Key lalu bucin Key bakal jungkir balik dunia Ken.
"Gue doa in lo jodoh sama tuh orang,"
Kekeh Kemal lalu duduk di rumput sambil meluruskan kaki agar urat urat yang ada rileks lagi asal jangan sampai adu urat.
"Kalau jodoh gue bau ingus jodoh lo bakal sama, biar impas,"
Ken membeli minuman dua buat Kemal juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments