Malam harinya selesai makan malam, Kesya datang ke rumah Key yang hanya berjarak dua rumah hingga tidak perlu memakan waktu lama di jalan.
Kesya yang sudah biasa datang ke rumah Key langsung masuk.
"Malam Bu, Key nya mana? pasti di kamar kan udah tau Kesya mah,"
Ibu yang mendengar ucapan Kesya hanya bisa tersenyum lembut, tidak heran lagi sama kelakuan Kesya yang bertanya sendiri malah jawab sendiri.
Ya bahkan satu isi rumah ini tidak perlu heran lagi, sudah jadi makanan sehari hari jika Kesya datang ke rumah mereka.
"Sya!"
Panggil ibu pada Kesya yang mau berjalan ke arah kamar Key.
"Iya Bu, Kesya tau Key di kamar kan.
Tau Kesya mah tuh anak nggak bakal jauh dari kamar dan bantal udah kayak anak perawan di kurung mulu,"
Cerocos Kesya balik badan lagi menghadap ibu yang lagi duduk di kursi ruang tamu.
Setiap malam kenapa Kesya bisa bebas masuk rumah orang tua Key, alasannya pintu rumah itu tidak bakal di kunci jika Kesya belum datang.
"Emang kamu nggak perawan lagi?"
Wajah Kesya langsung masam mendengar pertanyaan yang membuat Kesya bermuram durja.
"Maksud ibu apa? Kesya nggak perawan karena sering keluar gitu.
Ibu mah jahat,"
Kesya menghentakkan kaki ke lantai sambil bergumam yang dia sendiri tidak tau apa yang di gumamkan.
"Bukan salah ibu Sya, kan kamu sendiri yang bilang kalau Key di kamar aja udah kayak perawan di kurung.
Jangan salahkan ibu,"
Jelas ibu gemas sama kelakuan Kesya yang suka salah paham.
Ibu tidak ada bilang dia sudah tidak perawan lagi, malah di tanggapi lain.
Sungguh ajaib jalan otak sahabat anaknya.
"Eh berarti salah siapa dong Bu?"
Ibu tepok jidat, harus banyak mengumpulkan stok sabar kalau gini, apa lagi Kesya sering datang ke rumah.
Hampir tiap hari eh bukan hampir lagi tapi tiap hari.
Sudah seperti rumah ke dua bagi Kesya.
"Salah kang rujak di depan gang Sya, udah sana masuk ibu masih mau waras,"
Usir ibu yang tidak mau berlama lama ngobrol sama Kesya.
Bisa sawan sebelum waktunya ini.
Aneh kadang ibu mikir kenapa anaknya bisa betah bersahabat sama Kesya.
"Kesya juga waras kali Bu kalau ingat catat Bu kalau ingat.
Bye Bu Kesya masuk dulu,"
Kesya ngacir berjalan menuju kamar key yang terletak di pojok ruangan dari sekian kamar di rumah itu.
Kenapa Key memilih di pojok sebab dia sadar kalau punya sahabat yang suka bikin ribut kalau datang jadi buat cari aman maka milih yang pojok agar jauh dari yang lain.
"Key PR yang di kasih kemarin udah selesai belum?"
Kesya masuk kamar Key seperti kamar milik sendiri tidak perlu ngetuk pintu.
Manfaat pintu bagi Kesya hanya buat menutupi apa yang ada di dalam kamar.
Alasan kenapa Kesya tidak mau ngetuk pintu iyalah buat apa ada gagang pintu kalau harus di ketuk juga.
Bikin sakit tangan.
"Udah lah, nih,"
Key menyodorkan buku yang sudah siap di kerjakan.
Key memang mengerjakan tugas tepat waktu.
Tidak seperti Kesya butuh subsidi dari Key.
"Tau aja lo,"
Kekeh Kesya sambil mengeluarkan buku dari kantong ajaib.
Sudah seperti Doraemon punya kantong ajaib.
Eits jangan salah kantong Kesya itu tidak ada yang jual hanya Kesya yang punya seorang.
Yaitu Kesya menyalipkan bukunya pada pinggang celana yang di pakai.
Kurang kreatif apa lagi coba.
Ini anak gadis tapi bawa buku di salipkan di pinggang.
"Udah kebaca di jidat lo, mau cari bala bantuan.
Otak pintar itu di gunakan buat belajar Sya,"
Sebenarnya kepintaran Kesya hampir sama dengan Key, tapi ya itu Kesya yang dengan kepintaran mencari alasan supaya bisa menyalin hasil kerja Key dan Key yang sayang sahabat mah ok ok aja.
"Lah lo kan tau gue pintar cari alasan, biar bisa nyontek punya lo.
Kurang pintar apa lagi coba,"
Kesya menyalin apa Key tulis tanpa sisa bahkan titik koma nya sama.
Sungguh kepintaran yang patut di lestarikan.
"Iya iya yang waras ngalah,"
Key berbaring di ranjang yang hanya muat satu orang.
Sengaja Key menggunakan ranjang kecil agar Kesya tidak bisa numpang tidur.
Alasan yang klasik tapi Key tidak nyaman ada yang tidur di sebelahnya atau mengganggu tidur nyenyak nya.
\=\=\=\=\=
Lelaki tampan itu lagi santai setelah makan malam bersama keluarganya.
Kendra, lelaki itu sekarang lagi berada di rumah ke dua orang tuanya yang jaraknya cukup memakan waktu jika di bandingkan sama mansion Ken yang berada dekat sama kantor nya.
Ken pulang sekali seminggu ke rumah orang tuanya, sebab kalau tiap hari kelamaan di jalan juga belum macet.
Jarak kantor sama rumah orang tuanya sekitar dua jam kalau lancar, gimana kalau macet bisa lumutan di jalan.
Jika orang yang melihat tidak akan menyangka kalau orang tua Ken punya anak yang sukses di usia muda mengingat mereka bukan dari keluarga pengusaha seperti Ken sekarang.
"Ken kapan umi punya mantu, nggak malu sama adik mu yang mau nikah bulan depan?"
Mereka lagi duduk di kursi kayu di lantai dua rumah orang tua Ken.
Kenapa mereka memilih duduk di lantai dua, sebab dari atas sana pemandangan malam sangat indah.
Juga kawasan sana tidak ramai penduduk seperti perumahan elit.
"Sabar ya umi, cari calon istri nggak kayak beli gorengan.
Emang umi mau punya mantu tapi nggak sayang umi sama Abi?"
Itu cuma salah satu alasan Ken, yang pasti nya belum ada yang menggetarkan hati jiwa dan raga Ken.
Memilih pasangan bukan perkara mudah.
Tidak bisa asal pilih sebab ini masalah seumur hidup dan tidak mungkin karena masalah sepele langsung pisah.
Nikah bukan seperti beli baju kalau nggak suka boleh nggak jadi beli walau udah di coba.
"Nggak gitu juga Ken, harus sayang sama umi abi, tapi yang terpenting sayang kamu juga bisa ngurus kamu juga Ken,"
Sebagai orang tua hanya bisa mendoakan kebahagiaan anak anak mereka.
Ken memiliki seorang adik yang berjarak tiga tahun sama Ken.
Adik Ken bernama Khumaira biasa di panggil Aira.
Aira dapat calon suami dosen di kampus nya dulu juga Aira pernah menjadi asdos, asisten dosen calon suaminya ini.
"Makanya umi nggak bisa buru buru, emang umi mau Ken baru nikah beberapa bulan abis itu pisah karena nggak cocok,"
Ken merangkul uminya yang tidak muda lagi.
Ken tau kekhawatiran umi pada diri dirinya yang belum kunjung menikah di usia menuju kepala tiga.
"Ya udah nggak usah buru, tapi di usahakan ya,"
Umi ngalah, dia mau pernikahan anaknya seperti pernikahan dia yang hanya sekali dan awet sampai sekarang.
"Iya umi,. umi mau mantu yang seumuran Ken, seumuran Aira atau di bawah umur?"
Goda Ken hingga mendapatkan cubitan di perut Ken.
"Jangan ngaco Ken nikahin anak di bawah umur, emang nggak ada yang di atas umur,"
Mana ada orang tua mau menikah kan anak nya yang masih di bawah umur, kurang kerjaan apa?.
"Bukan di bawah umur kali umi, seperti umur sembilan belasan pasti pas sama Ken, gemas gemas gimana gitu,"
Ken membayangkan nikah sama gadis umur segitu, pasti di sangka lagi jalan sama adiknya.
"Nggak ah Ken, ntar kamu di sangka hamilin itu anak orang.
Cari yang pas aja,"
Kalau tiba tiba orang tuanya ngamuk gimana?.
Masa anaknya nikah sama om om.
Walau tampan dan sukses sih.
"Iya umi yang umur segitu kan, aman pokonya,"
Ken segara beranjak sebelum umi murka.
kenapa dari sekian banyak perempuan di muka bumi kenapa harus anak umur segitu.
Lagian gadis umur segitu lagi fokus sama sekolah dan mau kuliah kerja.
Mana ada kefikiran nikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments