Takut Kena Marah Ibu
"Assalamualaikum...",
Maya berjalan tertatih - tatih menghampiri ibunya didapur.
"Wa'alaikumsalam", jawab Heni. Ia menoleh kebelakang dimana Maya tengah berjalan kearahnya dengan tertatih - tatih. Melihat itu Heni segera mematikan kompor dan mendekati Maya.
"Ya Allah itu lutut kamu kenapa? jatuh atau gimana? Jatuh dimana", cecar Heni melihat lutut Maya yang mengeluarkan darah. Ia langsung membawa Maya ke meja makan pelan - pelan menuntun Maya untuk duduk.
"Shhh.. ahh sakit bu", rengek Maya manja.
"Ini kenapa bisa begini si, kamu jatuh? tanyanya sekali lagi.
"Nanti aja bu aku jelasin ibu bantuin bersihin lukanya dulu ini sakit bu sakitt", Heni mengangguk melihat anakknya yang merintih seperti itu Heni tidak ingin banyak tanya lagi. Ia langsung bergegas mengmbil kotak P3k lalu segera membersihkan luka Maya dengan alkohol, seteh dibersihkan betadine dan terakhir memasang plaster untuk lukanya.
Walau Maya beberapa kali mengeluh perih saat Heni memberi betadine tangan Heni tetap tidak berhenti untuk terus melakukakannya.
"Dah beres, sekarang ceritakan gimana kejadiannya bisa sampai kayak gini", paksa Heni sambil membereskan p3k.
"Minum.. haus " pinta Maya sambil mengelus kerongkongannya. Heni hanya geleng - geleng kepala tidak habis pikir dengan tingkah anak gadisnya itu selalu saja ada akal untuk ngeles dari pertanyaannya, mau marah pun tidak tega melihat keadaan Maya yang seperti itu.
Setelah merapikan kotak P3k Heni segera membuatkan minuman dingin untuk Maya.
Maya menerima nya dengan senyuman dan langsung menegaknya hingga minuman itu tandas "ahh... segerrr... leganya.
Maya sengaja berbuat seperti itu untuk mengalihkan ibunya supaya tidak bertanya - tanya lagi. Maya tidak siap menerima amukan darinya.
"Huff huf "Maya meniup - niup lukanya sambil sesekali meringis kesakitan supaya mendapat belas kasih dari ibunya.
Dan benar saja melihat aksinya itu Heni meminta Maya untuk istirahat saja dikamar.
Dalam hati Maya bersorak YES tidak perlu menjelaskan pada ibunya yang ujungnya nanti pasti akan mendapat amarah dari beliau.
Mendapat perintah seperti itu Maya langsung bangkit dari duduknya berjalan pelan masuk kamarnya.
Setelah menutup pintu Maya mengelus dadanya dan mengucap kata "selamat "dalam hati, bisa lolos dari pertanyaan ibu.
Maya berencana akan menceritakan kepada ayahnya saja karna ayahnya pasti tidak akan memarahinya seperti ibunya.
Menjelang maghrib Dani baru saja tiba dirumah sehabis seharian berada direstoran baru miliknya yang belum lama ini dibukanya.
****
Dani masuk kedalam rumah dengan mengucap salam, yang disambut salam pula oleh sang istrinya.
"Kenapa dengan motor Maya bu?
Heni yang ditanya seperti kaget dan malah balik bertanya pada suaminya.
"Memangnya kenapa yah ibu nggak tahu", jawab Heni apa adanya kerena memang tidak menahu soal itu.
"Barusan ayah liat digarasi lampu belakang sama spionnya pecah dan bodynya juga ada retaknya.
"Jangan - jangan ucap Heni dan Dani bersamaan.
"Dimana Maya " tanya Dani mendadak perasaannya cemas pikiran buruk memenuhi kepalanya.
"Dikamarnya yah " tanpa babibu Dani langsung berlari menuju kamar Maya dengan Heni yang mengekor dibelakangnya.
Brakk...
Pintu kamar Maya terbuka kasar karena didorong Dani. Maya yang tengah duduk bersandar diranjang terperanjat kaget mendengar pintu dibuka dengan keras bahkan sampai mengucap istigfar beberapa kali sambil mengelus dada.
Dani mendekat lalu duduk tepi diranjang disamping Maya, meneliti tubuh anak gadisnya memutar ke kanan dan kiri, dan mendapati lutut sama siku Maya yang diplaster. Membuat Dani bernafas lega tandanya Maya baik - baik saja hanya terluka kecil.
" Apa yang terjadi ? Kenapa motor kamu bisa kayak gitu bentuknya.
Heni yang juga mengikuti suaminya ikut duduk diranjang menanti jawaban dari Maya ia juga penasaran dengan apa yang terjadi, karena sedari tadi dirinya bertanya belum juga mendapatkan jawaban dari Maya.
Maya menatap kedua orang tuanya sebelum bercerita, mendadak ia takut saat tatapannya bertemu dengan tatapan mata ibunya. Dani yang paham kalau anaknya sedang ketakutan, tangannya terulur menelus kepala Maya sayang.
"Katakanlah ayah tidak akan marah ucap Dani seraya tersenyum.
"Janji ayah tidak akan marah kalau aku mengatakan yang sebenarnya",tanya Maya takut- takut Dani mengangguk.
Tau kalau ibunya tengah menatapnya tajam sambil bercerita Maya tidak berani metatap ibunya sama sekali, tatapannya hanya tertuju pada sang ayah.
"Tadi motornya kena tabrak mobil yah", ucap Maya lirih tapi masih bisa terdengar oleh Dani dan Heni.
"Apaaa", teriakHeni, sontak saja matanya langsung melotot menatap Maya tajam.
"Kamu ditabrak mobil,
terus orang yang nabrak kamu tanggung jawab tidak setelah nabrak, orangnya ngasih ganti rugi tidak sama kamu, atau malah orang itu pergi begitu saja setelah nabrak kamu," cecar Heni tanpa jeda.
Dani menghela nafas panjang, anaknya saja belum selesai bercerita istrinya sudah mendahului dan memberi pertanyaan secara beruntun seperti itu.
"Bu.."pangil Dani, dengan satu panggilan itu berhasil membuat Heni bungkam. Padahal mulutnya masih gatal ingin memaki orang yang sudah menabrak putrinya.
"Kejadiaanya begini yah, tadi aku nyalip tuh mobil tapi karna didepanku ada kendaraan lain aku kaget langsung mengerem mendadak biar gak nabrak kendaraan didepanku. Eh tapi malah motorku yang kena tabrak mobil dari belakang sama aja kan yah maju kena mundur kena", jelas Maya menceritakan detail kejadiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Alea Wahyudi
maju kena mundur kena ...warkop DKI dong 🤣🤣🤣
2022-03-30
0