"Apakah namamu mara??" Byan menatapku penuh tanya. Mengganggu lamunanku saja.
"He'em" jawabku singkat.
"Sekarang aku boleh memanggilmu dengan sebutan mara?"
Byan bertanya lagi.
"Ya tentu."
"Mara itu namamu?"
Ohh Tuhan, dia benar-benar cerewet sekali! Aku tidak tahan dengan pertanyaan-pertanyaannya.
"Kau begitu cerewet! Bisakah kau berhenti bertanya?"
"Hihi.., Maaf Aku memang begini, tapi itu kulakukan jika aku ingin lebih Mengetahui." Byan menjawab dengan sedikit senyum.
Aku tak mengerti maksudnya. Yang pasti aku suka melihat senyumnya itu.
***
Setelah berpamitan dengan ibu, byan keluar menuju sepeda motor maticnya. Sebelum pergi dia melemparkan senyum dan membungkukkan tubuhnya kepada ibu dan juga aku yang mengantarnya keluar rumah.
Kupandangi byan yang perlahan menghilang dari halaman rumah.
"Sepertinya nak byan lelaki yang baik." ibu menatapku seolah ingin tau jawabanku.
"Semoga saja" Aku menuju kedalam rumah.
"Apakah hari ini tandanya kalau kau mengenalkan pria kepada ibumu?"
"A..apa? Apa maksud ibu?"
"Asmara, wajahmu tak bisa menyembunyikan apapun kepada ibu meskipun perkataanmu itu berbeda" Ibu menuju kamar, terdengar suara Randy memanggil ibu.
Untung randy segera bangun dari tidurnya, Aku tak bisa menjawab pertanyaan ibu. Aku segera masuk kedalam kamar dan menguncinya.
Kurebahkan tubuhku, kuingat kembali awal pertemuan dengan byan. Kulihat kakiku yang tadi memerah, tapi sekarang sudah tak berasa apapun. Rasa nyeri itu yang sedari tadi mengganggu sudah hilang.
Ya Allah, apa yang aku pakai?
Celana pendek ini? Bodoh sekali aku.
Apakah byan menatapku Aneh karena celana pendek sebatas paha ini?
Mengapa aku begitu bodoh. Aku mengutuk diriku malu. Bisa-bisanya aku ceroboh seperti ini.
Apa yang akan byan nilai nanti. Dia pasti berpikir kalau aku ingin menggodanya? atau aku ini wanita nakal? dan atau aku....
Arghhhhhhh.....
Kututup mataku dengan bantal. Aku sungguh malu pada byan.
"Mara," ibu mengetuk pintu kamarku.
TOK..TOK...
"Mara, ini ponsel siapa? ibu menemukannya diatas sofa ruang tamu."
Dengan segera aku membuka pintu.
"Ponsel? mana bu?"
Ibu menyerahkan ponsel berlambang Buah secuil gigitan, entahlah sampai sekarang akupun belum mengetahui arti lambang itu dan juga siapa yang meninggalkan bekas gigitan itu. Hi..hii...
Kuraih ponsel itu. Wallpaper karakter anime disitu. Kuusap layarnya, ternyata tak memiliki pola ataupun kata sandi.
Ya Allah, sungguh orang yang ceroboh.
Mengapa ponsel berkelas begini tidak ada pengaman apapun?
Apakah ponsel ini milik byan?
Ah, mana mungkin. Dia terlihat seperti orang biasa, kendaraan yang dipakaipun sperti orang kelas biasa.
Tapi, wajahnya sungguh mencerminkan dia bukan orang biasa.
Hmmm... entahlah.
Ponsel bergetar, ada panggilan masuk. Segera kujawab panggilannya. Mungkin pemiliknya yang menelpon.
"Assalmualaikum.." Suara pria diseberang sana.
"Waalaikumsalam" jawabku.
"Mara, apakah ini kamu?, ini aku byan."
"Oh, ya byan bagaimana kau tau ini aku?
" Itu ponselku tertinggal, maaf merepotkan apakah besok aku boleh kembali lagi?"
"Boleh"
"Terimakasih mara, selamat malam"
Byan memutuskan panggilannya, mengapa ia irit sekali bicara jika diponsel?
Mengapa aku mengijinkannya kembali lagi kesini besok? Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? aku masih malu gara-gara celana ini!
Huft.... Apakah byan kembali karna dia telah menilai aku wanita nakal? berpakaian minim?
Ya Allah, kenapa aku sangat kawatir dengan pikiran byan? aku tidak pernah seperti ini. Aku tak mempedulikan penilaian orang lain. Tapi dengan byan??? Sungguh tanda tanya besar!
Kuletakkan ponsel milik byan, meskipun tak ada pengaman aku tak ingin lancang untuk membukanya. Yang bukan milikku aku takkan mengganggunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments