"Haaoomm" Rionaldo menguap rasa mengantuk belum hilang. Ia berusaha untuk bangkit dari tempat tidur tetapi badannya serasa pegal-pegal dan tenggorokannya terasa sakit.
"Eehheeemm" berdehem sambil memegang leher bagian tenggorokan yang sedikit parau.
Rionaldo mengambil air minum dengan tenaga yang rasanya semakin terkuras setelah bangkit dari tempat tidur. Ia minum satu teguk dengan harapan rasa parau tenggorokannya akan sedikit berkurang.
Sedangkan mentari kembali tidur dibalik setelah ia bercermin melihat matanya sedikit merah karena kurang tidur , pulasnya ia tidur sehingga lupa kalau hari ini akan bimbingan skripsi
Ponselnya yang selalu berdering tanda ada panggilan masuk ia tidak hiraukan, setiap ada panggilan telfon yang mengganggu telinganya Mentari menutupnya dengan bantal, jadi bisa dibayangkan kalau 3 kali panggilan masuk maka bantal diatas kepala mentari sudah tiga susun.
Aldi ingin mengganggu adiknya, ia masuk kamar mentari dengan bersiul sembari mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil karena baru selesai mandi. Dia begitu kaget melihat bantal yang tersusun diatas kepala Mentari
"Astaghfirullah, bunda anakmu mencoba bunuh diri" teriak Aldi sengaja dengan ekspresi panik
Mentari mendengar teriakkan dalam kamarnya terbangun dari tidurnya dengan memegang kepalanya yang sakit
"kakak" teriak Mentari
"Apa sih?, masih pagi sudah tegangan"
"Apa sih apa sih, sengaja tadi kan?
"Heeee,...orang dalam rumah sudah beraktivitas kamu masih tidur" tegur Aldi
Bunda Anita mendengar Aldi istigfar dari arah kamar mentari yang awalnya masih didapur ia tinggalkan. Sampai dalam kamar Putrinya itu, ia melihat Mentari pegang kepala dan Aldi putranya itu berdiri didepan tempat tidur
"Kalian dua bikin bunda panik" marah bunda Mentari
Aldi menunjuk mentari begitupun sebaliknya "bukan aku bun tapi kak Aldi" ucap Mentari
Aldi memutar bola matanya "aku, padahal aku istighfar gara-gara kamu yang menutup kepalanya dengan 3 bantal" jelas Aldi lalu meninggalkan ibu dan adiknya itu, setelah sampai diambang pintu kamar mentari "bun, nikahkan saja Mentari agar cepat bangun pagi" sambungnya
Ibu anita mendengar itu merupakan ide bagus baginya "benar kata kakakmu, bunda nikahkan saja supaya bunda tidak pusing setiap pagi bangunin kamu"
"Loh" jawab Mentari yang bingung mau jawab apa sedangkan aldi malah ketawa diluar kamar mentari lalu ibu Anita pergi meninggalkan putrinya dengan muka bingung
"ini hanya aku terlambat bangun mau dinikahkan, kalau gak ada calon pasti dijodohkan.. iihh emang sekarang zaman perjodohan" batin Mentari dan ia kepikiran dengan Rionaldo.
Mentari ingin bertemu dengan Rionaldo sekaligus ingin minta saran dari skripsinya.
"Chat saja dulu" batin Mentari lalu mengirim pesan kepada Rionaldo
✉️Mentari : Ri, kita ketemuan taman depan kampus
Setelah mengirim pesan, mentari siap-siap sesuai yang dia chatkan kepada Rionaldo. Mentari menuju meja makan, ia akan sarapan sebelum kekampus
"Tumben dek sudah rapi" Aldi heran melihat adiknya itu karena tadi masih tiduran dan sekarang sudah rapi
"Emang aku tidur gak ingat masa depan apa" jawab mentari dengan mengoleskan selei di rotinya lalu ia makan dan seketika habis
"Ludes dek?" Tanya lagi Aldi setelah melihat mentari minum susu
"Iya dong kak, aku pergi dulu.. assalamualaikum" pamit mentari
Mentari sudah depan rumah tetapi ia lupa kalau papanya hari ini sudah pergi duluan dikantor. Ia langsung pesan taksi online, ia takut nanti Rionaldo menunggu lama.
Rionaldo menggigil kedinginan di apartemennya, ia demam karena begadang semalaman ditambah flu. Rionaldo bersin-bersin dan ia ingin sarapan sebelum minum obat. Obat dibawakan oleh Siska tapi sebelum Siska pulang ia menawarkan diri membuatkan sarapan pagi tapi Rionaldo menolak.
"Pesan di grabfood saja" batin Rionaldo
Dengan terpaksa Rionaldo bangkit dari pembaringannya untuk mengambil ponsel yang ia simpan diatas meja. Rionaldo baru buka ponselnya sudah disambut oleh pesan mentari
"Ini anak pagi-pagi sudah chat lagi" batin Rionaldo
✉️Rionaldo : gak bisa hari ini, lagi sakit
✉️Mentari : sakit apa?
Rionaldo membaca pesan dari mentari ia hanya menyunggingkan senyum "peduli bangat sama teman sendiri bagaimana dengan suaminya nanti, ahhhh kenapa jadi berpikir seperti itu" batin Rionaldo lagi
✉️Rionaldo : kayaknya aku sudah mau mati, soalnya tadi aku lihat malaikat maut
Mentari kadang yang berpikir lambat dan apa yang dia baca mengambilnya dalam hal serius "Rionaldo mau mati" ia syok membaca pesan sahabatnya itu
Mentari mengubah alamatnya menjadi alamat apartemen Rionaldo tujuannya. 15 menit kemudian Mentari sampai di apartemen Rionaldo dengan panik langsung mengetuk pintu.
"Lama bangat sih, apa dia sudah mati" gumam mentari seorang diri di pintu apartemen Rionaldo
Dengan paksa Rionaldo membangunkan badannya untuk membuka pintu, dia tau kalau yang mengetuk pintu itu pasti Mentari
"Ngapain datang, sok peduli" ucap Rionaldo cuek setelah membukakan pintu dan kembali ketempat tidurnya
"Memang aku peduli" jawab mentari asal membuat Rionaldo menoleh seketika melihat mentari
"Memang aku peduli" Rionaldo mengulang ucapan Mentari
Mentari yang mengikuti belakang Rionaldo malas pusing dengan tingkah temannya, ia duduk tanpa disuruh dan melihat sekeliling apartemen temannya itu.
"Apartemen laki-laki memang gak ada satu sudut kamar pun yang bersih" ucap Mentari tidak sengaja
"Kamu datang disini mau jenguk aku atau hina apartemen aku?" Tanya Rionaldo tidak terima dengan ucapan mentari itu
"Kamu dengar? Padahal aku hanya bicara dalam hati" ucap Mentari serius
Rionaldo melihat muka mentari yang benar-benar serius dengan jawabannya membuatnya tambah sakit kepala, bagaimana bisa bicara dalam hati senyaring itu.
"Kenapa?" Tanya mentari bingung hanya dijawab dengan gelengan kepala oleh Rionaldo
Rionaldo memegang pelipisnya tambah sakit kepalanya melihat mentari yang menghambur di apartemennya
"Hahahaha" mentari ketawa menonton film kartun
Rionaldo yang tidur terganggu dengan suara tawa mentari
"Mentari bisa diam gak, aku lagi pusing nih, mana Grabfood aku belum datang lagi"
Mentari mematikan tv "kamu mau makan, aku masakan bubur ya.. biasanya orang sakit itu makan bubur"
Rionaldo kaget mendengar mentari yang bicara panjang lebar dengan penuh percaya diri menawarkan diri memasak "yah sudah, kedapur... aku mau tidur dulu.. penasaran dengan masakan kamu" Rionaldo mengalah dari pada semakin banyak bicara tambah pusing
"Yakin aku sendiri didapur, nanti apartemen kamu terbakar"
"Mentari kamu ini teman aku paling aneh" ucap Rionaldo yang masih menutup mata
"Hahaha... Rio tegangan... Rio tegangan... Rio tegangan" ucap Mentari menuju dapur
Di dapur Mentari cuci beras dan merebus beras tersebut sampai lembek jadi bubur. Rionaldo yang penasaran dengan apa yang dilakukan mentari, ia mengintip mentari dari balik pintu dapur
"Emang pintar masak itu anak, jangan sampai hanya menghambur didapur" batin Rionaldo sambil memantau mentari
"Masak-masak" ucap mentari dengan memegang spatula untuk mengaduk bubur dalam panci dan ponselnya bergetar..
"ada pesan masuk" batin mentari menuju meja makan Rionaldo mengambil ponselnya
Setelah membaca pesan diponselnya ia menaruhnya kembali diatas meja dan kembali di dapur melihat buburnya
"Astaga, kering kayak nasi" ucap Mentari lirih yang membuat Rionaldo usap dada dengan tingkah mentari
Rionaldo pura-pura baru datang dengan mengambil gelas untuk minum, sedangkan mentari kembali menaruhkan air dalam panci dan mengaduknya lagi dengan sedikit menambahkan garam.
"Bubur belum masak?" Tanya Rionaldo setelah ia duduk dikursi yang tidak jauh dari Mentari
"Sebenarnya tadi udah masak.." ucap mentari tiba-tiba berhenti setelah sadar mau melanjutkan ucapannya tapi tidak enak hati kepada Rionaldo
"Terus kenapa masih diatas sana?" Tanya Rionaldo sambil menaikkan alisnya
Mentari senyum sambil menghampiri Rionaldo yang lagi duduk, dengan sedikit tidak enak hati "tadi kering seperti nasi jadi aku tambahkan sedikit air dan garam baru aku aduk kembali" ucapnya dengan pelan, "tapi tenang dijamin enak kok" sambungnya lalu ia kembali melihat buburnya sedikit mengaduknya dan tidak lama ia angkat lalu mengambil mangkuk menyendok bubur untuk Rionaldo
"Ditaruh dimana nih?" Tanya mentari sudah didepan Rionaldo
"Disini saja" jawab Rionaldo sambil menunjuk meja makan didepannya
"Oke, habis ini aku pulang" pamit Mentari
Rionaldo yang masih mengaduk buburnya langsung beralih ke Mentari
"buru-buru?" Tanya Rionaldo dengan lembut sambil kembali mengaduk buburnya yang masih panas
"Gak juga tapi gak enak sama tetangga yang lain, aku perempuan dan kamu laki-laki dalam satu apartemen yang sama, nanti orang berpikir aneh-aneh" Jelas Mentari yang tiba-tiba otaknya jalan
"Hanya itu, gak pikir sahabatmu ini sakit?" Tanya lagi Rionaldo sambil menyendok bubur lalu ia makan
"Hhmmm.. lumayan rasanya tidak mengecewakan" batin Rionaldo
Mentari tidak menghiraukan pertanyaan Rionaldo, ia lebih menunggu komentar bubur yang dia buat "gimana" tanya Mentari dengan posisi duduk disamping Rionaldo saat ini
"Enak" puji Rionaldo, "tapi ingat satu hal karena enak jadi sebelum pulang harus dimasakkan lagi untuk makan siang dan sore" sambung Rionaldo yang diangguki oleh mentari sembari ia senyum semangat
"Aku ambilkan lagi bubur?" Tanya Mentari senang karena buburnya dibilang enak
Rionaldo senyum lalu menyodorkan mangkok buburnya "sedikit saja" ucap Rionaldo.
Rionaldo sudah kenyang tapi melihat mentari yang senang karena buburnya dipuji enak ditambah melihat muka Mentari yang selalu senyum dan menawarkan untuk mengambilkan bubur, Rionaldo tidak enak hati untuk merusak semua itu
Mentari kembali dimeja makan dengan mangkok buburnya
"dihabiskan, habis ini aku masak bubur untuk siang" ucap Mentari dengan lembut
"Lembut amat suaranya" heran Rionaldo
"Sstttt.. lagi baik hati" jawab mentari sembari ia ketawa lalu melihat jam ditangannya "oohh baru jam 11 siang, jam satu aku harus pulang" sambungnya dengan lirih
"Gak ada niat rawat aku sampai benar-benar sembuh?" Tanya Rionaldo dengan memberanikan diri
"Rencana kayak gitu tapi kamu harus nginap dirumah, aku gak bisa disini.. gak baik" jawab mentari sambil main ponsel
Rionaldo tidak suka kalau ia bicara dan lawan bicaranya main ponsel "chattingan dengan siapa?"
"Gak tau, nomor baru makanya lagi sementara aku tanya ini" jawab Mentari
Rionaldo meminta ponsel Mentari dengan menyodorkan tangannya "sini"
"Untuk?"
"Sini"
Mentari terpaksa memberikan ponselnya kepada Rionaldo dan menyuruh mentari mengambilkan ponselnya diatas meja dalam kamarnya. Mentari yang belum pernah masuk kamar Rionaldo dengan senang hati karena sebagai teman ia penasaran dengan kamar sahabatnya
"Oke" ucap Mentari lalu ia pergi menuju kamar Rionaldo
Mentari masuk kamar Rionaldo terlebih dahulu memberi salam. Ia masuk dengan melihat foto satu persatu yang Rionaldo pajang dan fokus di album foto kecil yang bertuliskan masa depan. Mentari tertarik dengan album itu tetapi kembali ditujuan awal kekamar ini yaitu mengambil ponsel Rionaldo.
Rionaldo sudah tidak sabar menunggu ponselnya tetapi Mentari tak kunjung datang "kok lama, mungkin dia lagi cari ponsel aku" batin Rionaldo
Mentari kembali memperhatikan foto diatas meja kamar Rionaldo satu persatu, ia menemukan fotonya disana yang sedang makan dipinggir jalan
"Foto aku" batin Mentari lalu ia kembali melihat foto yang lain ia menemukan foto sepasang orang tua yang bergandeng tangan dengan senyum bahagia tergambar jelas diwajah mereka berdua
"Senyum penuh cinta" batin Mentari lagi tanpa sadar menyunggingkan senyum
"Astaga" mentari tersadar kalau dirinya sudah lama dikamar Rionaldo. Mentari dengan ponsel ditangannya kembali dimeja makan dan memberikan ponsel Rionaldo.
Rionaldo menerima ponselnya lalu memasukkan nomor baru tersebut diponselnya lalu ia telfon
📞"Assalamualaikum, ini dengan siapa?" Tanya Rionaldo dingin
Mentari yang mendengar itu hanya diam sambil mendengar apa yang Rionaldo ucapkan
📞"Kamu siapa?" Tanya Rionaldo lagi yang membuat Mentari merinding takut
📞 "Kamu anak jurusan lain, tau dari mana nomor mentari?" Tanya Rionaldo lagi dengan sedikit meninggi
"Iisshhh.. aku yang di chat dia yang kebakaran jenggot" batin Mentari
📞"Oke.." ucap Rionaldo kepada orang tersebut. "Mentari blok nomor tadi" perintah Rionaldo sebelum mematikan sambungan telfonnya, ia sengaja agar orang yang ia telfon dengar secara jelas
"Jangan sampai keluarga aku" Mentari tidak mau"
"Dia preman jurusan lain, mau bergabung dengan mereka?" Tanya Rionaldo kesal karena anak tadi mengaku pacar mentari.. "atau itu pacar kamu?" Sambungnya
Mentari ingin menjawab tapi ia tidak bisa tahan tawa mendengar pertanyaan Rionaldo
"hahaha.. pertama kamu tanya mau bergabung dengan mereka, kedua pacar saya.. gak ada yang ketiga?.. aduh, kamu aneh kalau pacar aku gak mungkin dong tidak ada didaftar kontak aku"
"Mungkin saja, kamu sengaja gak simpan nomornya supaya gak ada yang tau, iya kan?" Tuduh Rionaldo namun hatinya tidak terima kalau itu benar
"Hahahaha" mentari ketawa sambil lap air matanya karena terlalu lama ia ketawa, "aku gak mau pacaran, kalau dia serius kenapa gak datang aja dirumah"
"Benar?" Tanya Rionaldo lagi
"Hhumm..mmm" jawab mentari.. "eh boleh gak aku minta satu yang ada dikamar kamu?" Tanya Mentari
Rionaldo tanpa curiga langsung mengiakan "boleh silahkan ambil sebagai ucapan terima kasih karena sudah masakkan aku bubur"
Mentari mendengar diizinkan itu ia tidak menunggu waktu lama langsung lari menuju kamar Rionaldo. Rionaldo senyum melihat mentari yang lari dan tidak lama ia kembali dengan album foto dan satu bingkai foto.
Rionaldo tau dari model bingkai foto itu kalau foto yang dia ambil itu adalah fotonya sendiri dan album tersebut adalah album foto mereka berdua
"Untuk apa dengan foto dan album itu?" Tanya Rionaldo
"Aku gak punya foto ini" mentari mengangkat bingkai foto yang ada ditangan kirinya memperlihatkan kepada Rionaldo "dan ini aku penasaran" sambungnya lagi dengan mengangkat album foto tersebut
"Boleh kamu ambil foto yang ada dibingkai tapi kembalikan album fotonya" ucap Rionaldo dengan lembut.
"Bodoh-bodoh kenapa aku gak simpan dalam lemari itu album" sambungnya membatin
"Aku semakin penasaran" ucap Mentari lalu ia duduk pas didepan Rionaldo dengan membuka album itu
"Masa depan" mentari membaca nama album itu sambil membuka gambar pertama
"Mentari"
"Hmmm"
"Mentari"
"Iya, kayak mau timbang amal saja dipanggil terus.. tenang nak amal baik mu berat tapi lebih berat dosamu, makanya aku...." Ucap Mentari terputus setelah melihat fotonya dan Rionaldo dalam album waktu Maba, tapi bukan fotonya yang ia perhatikan melainkan kata-kata disetiap lembar foto itu
"ANDAI KAMU TAHU, HATIKU HANYA UNTUK MU TAPI SAYANG SIFAT POLOSMU YANG MEMBUTAKAN SEMUANYA"
...**SEMOGA SUKA❤️...
...MENTARI SELALU MENUNGGU TEMAN-TEMAN UNTUK MAMPIR 😁🌹...
.......
.......
.......
.......
.......
...JANGAN LUPA DUKUNGANNYA YA TEMAN-TEMAN...
...👇...
...KOMEN, LIKE DAN VOTE...
...TERIMA KASIH 🙏**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Makray
usil amat sih kak.... kasian adiknya lo
2023-01-19
0
lilis herawati
mahasiswa harus semangat
2023-01-12
0
kelakar betul kakak beradik ini, selalu membuat daisy senyum sorang-sorang. bikin iri daisy ada seorang abang yang baik dan kelakar😂😂
2022-11-25
1