TERNYATA DIA...

Izumi meminta anak buahnya untuk mengikat pengunjung restoran yang dia tawan tadi. Di KTP orang itu bernama Raghaza. Dia merupakan tangan kanan Geng Naga. Menjadi orang kepercayaan Yoji si ketua geng membuat Raghaza suka berbuat seenaknya. Dia suka memeras orang dan membuat onar di mana-mana.

Saat ini Raghaza terikat di sebuah tiang di belakang markas pribadi milik Izumi. Meskipun usianya belum genap 17 tahun, Izumi sudah memiliki organisasi sendiri. Anggotanya sudah lebih dari seratus orang. Organisasi milik Izumi bernama Black Rose.

Selain misi dari papinya, Izumi juga sering bergerak mandiri bersama Black Rose. Misi yang paling dia sukai adalah mengawasi penyelundupan senjata api dan merampok di tempat hiburan yang menjadi musuh pemerintah. Itu kenapa aparatur negara jarang sekali mengusik sepak terjangnya ketika mengacau di klub atau merampas uang para bandar narkoba.

"Heh! Iblis kecil! Lepaskan aku! Jangan pernah bermain-main dengan Geng Naga kalau masih sayang nyawamu!" Raghaza mencoba mengancam Izumi.

"Uuu... takutttt!" ejek Izumi pura-pura takut.

Izumi mengeluarkan sebiji permen karet dan mengunyahnya sambil memeriksa ponsel milik Raghaza.

"Bos kamu nyariin kamu tuh!" ucap Izumi tanpa menoleh sambil terus membuka ponsel Raghaza.

"Bagaimana kamu bisa membuka password ponselku?" Raghaza merasa kebingungan. Di dalam ponselnya banyak sekali pesan-pesan rahasia yang dikirimkan oleh Yuji dan anggota kelompok lainnya.

"Hmm. Itu mudah," ucap Izumi santai sambil mengunyah dan meniup permen karet di mulutnya.

Izumi merupakan hacker yang handal seperti Tera. Kegeniusannya mampu menciptakan virus yang bisa digunakan untuk membobol keamanan perangkat lunak yang dia incar. Kemanapun dia selalu membawa chip ciptaannya.

"Hei! Hentikan Iblis kecil! Siapa kau sebenarnya?!" kekesalan Raghaza semakin bertambah. Melihat ponselnya di bajak oleh Izumi. Dia merasa khawatir dengan nasib Geng Naga setelah rahasianya jatuh ke tangan musuh. Ini yang pertama kalinya, Raghaza dipermainkan oleh seorang anak kecil.

"Fiuuhhh!" Izumi meniup anak rambutnya yang menutup keningnya.

"Aarrrgghh!" Raghaza berteriak karena saking kesalnya.

"Jangan emosi, Kakak! Sekarang orang yang masih muda seperti kamu juga bisa terkena stroke kalau tidak bisa mengontrol emosi!"

Izumi mendekati Raghaza yang terikat lemas di tiang karena anak buah Izumi begitu brutal menghajarnya.

"Diam!" Raghaza melirik Izumi dengan tatapan membunuh.

"Kamu sangat menakutkan kalau mendelik seperti itu.... Bisakah kamu bersikap manis sedikit sama anak kecil? Pantas kamu sangat sombong, rupanya kamu pandai dalam merakit senjata api!"

"Apa maumu?" ucapan Raghaza sedikit melunak.

"Aku prihatin sama kamu, sebagai orang yang memiliki peran besar di Geng Naga kamu terlihat kekurangan uang. Sepertinya pemimpin kamu tidak memberimu pendapatan yang setimpal dengan kerja keras kamu."

"Tidak usah berbicara berputar-putar! Hinalah aku sepuas hatimu Iblis kecil! Kalau belum puas juga bunuh aku sekalian!" teriak Raghaza.

"Sssttt! Jangan salah paham!" Telunjuk Izumi menempel di bibir Raghaza. Tangan yang lain dia tekuk dan dia letakkan di pundak Raghaza membuat tubuh mereka nyaris tanpa jarak.

Nafas wangi permen karet dari mulut Izumi menyapu kulit wajah dan leher Raghaza membuat dadanya berdesir. Dari dekat wajah mulus Izumi begitu menggoda. Tanpa riasan apapun dia terlihat sangat imut dan menawan.

"Apa yang kamu lakukan? Kamu masih anak kecil! Menjauhlah dari tubuhku!" hardik Raghaza.

"Aku memang anak kecil tapi aku punya tujuan yang besar, rencana yang besar, nyali yang besar, aku suka sesuatu yang besar!" Izumi semakin berani mendekatkan wajahnya ke wajah Raghaza.

"Hahh! Apa yang kamu tahu tentang sesuatu yang besar?" tanya Raghaza ambigu. Dia meniup telinga Izumi ketika ujung bibirnya menempel di pipinya.

Wajah Izumi memerah membayangkan ranah pribadi pria di depannya. Buru-buru dia menjauhkan tubuhnya dan melihat ke arah lain. Detak jantungnya sangat tidak stabil saat itu.

"Aku menawarkan dua pilihan kepadamu. Bergabung dengan Black Rose atau mati sia-sia!" seru Izumi tegas.

"Black Rose! Tidak mungkin pemimpin organisasi yang lumayan di segani itu kamu!" ucap Raghaza tidak percaya.

"Aku tidak butuh kamu percaya atau tidak! Aku butuh jawaban pertanyaanku yang tadi. Bergabung atau mati!" Izumi mengeluarkan sebuah pil racun dari kantongnya.

Raghaza tampak ketakutan. Ini benar-benar pilihan yang sulit baginya. Jika dia memilih bergabung dia akan di buru oleh Geng Naga karena dia merupakan aset mereka. Belum lagi jika mereka tahu kalau Raghaza bergabung dengan Black Rose. Mereka pasti akan membunuh ibunya karena selama ini ibunyalah yang menjadi senjata mereka untuk menekan Raghaza.

"Aku punya seorang ibu. Aku sangat menyayanginya. Dia pasti akan di bunuh oleh Yuji jika dia tahu aku bergabung dengan Black Rose."

"Lalu jika kamu mati, apa kamu masih berguna bagi ibumu, hah?!" seru Izumi menguji

Raghaza menunduk. Dia membenarkan apa yang dikatakan Izumi. Sepertinya bergabung dengan Black Rose akan lebih baik walaupun seumur hidupnya dia harus berada dalam pelarian.

"Aku bersedia bergabung dengan Black Rose asal kamu bersedia melindungi ibuku." Akhirnya Raghaza menyerah dan memilih bergabung dengan organisasi milik Izumi.

"Bagus! Syaratmu akan segera aku penuhi!"

Izumi berjalan meninggalkan Raghaza untuk mengambil ponselnya. Dia meminta anak buahnya yang berada di dekat alamat rumah ibunya Raghaza untuk membawa ibunya yang bernama Naomi itu ke markas. Raghaza belum menyadari apa yang di lakukan oleh Izumi.

"Pengawal! Lepaskan dia!" Izumi meminta pengawalnya untuk melepaskan Raghaza.

"Terimakasih!" Raghaza merenggangkan tubuhnya lalu duduk dengan memanjangkan kakinya setelah seharian menjadi tawanan Izumi.

Baju yang dipakai oleh Raghaza sangat kotor dan robek di beberapa bagian. Naomi pasti akan sangat sedih melihat anaknya berpenampilan seperti itu. Di markas ada beberapa baju pria yang biasa dia pakai untuk menyamar. Ukurannya mungkin akan sangat pas di tubuh Raghaza tapi itu akan lebih baik ketimbang penampilannya yang sekarang.

"Mandilah! Baumu sangat busuk!" perintah Izumi.

Raghaza terlihat mengendus-endus tubuhnya sendiri. Memang benar tubuhnya sangat dekil dan bau keringat. Walaupun ada luka gores dan lebam di sekujur tubuhnya dia tetap harus mandi.

"Aku tidak punya baju ganti," jawab Raghaza malu-malu.

"Ikut denganku!" Izumi berdiri dan berjalan masuk ke dalam markas.

Baju-baju Izumi berada di lantai atas. Di sana ada kamar khusus untuknya. Saat Izumi masuk ke dalam kamar, Raghaza berdiri menunggunya di depan pintu.

"Masuklah!" seru Izumi dari dalam kamarnya.

"Tapi...." Raghaza merasa tidak sopan jika masuk ke kamar wanita lajang.

"Ini perintah!" gertak Izumi.

Dengan langkah ragu-ragu akhirnya Raghaza pun masuk ke dalam kamar bernuansa abu-abu itu. Kamar yang tidak mirip seperti kamar para gadis kebanyakan. Ini karena Izumi seorang gadis yang tomboi dan suka dengan nuansa yang lebih netral.

"Pilih baju yang kira-kira cocok buatmu!"

Izumi tidak membantu Raghaza memilih baju yang akan dia pakai. Dia memilih duduk di sofa dan mengamati Raghaza dari jauh.

****

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Yukity

Yukity

Jangan lupa mampir di chat story' ku ya..

Dendam Mafia Imut

2022-01-25

0

Melati

Melati

semangat

2022-01-09

1

Miracle Tree

Miracle Tree

next thor

2022-01-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!