Raysha berjalan mondar-mandir di balkon hotel dengan menempelkan handphone di depan mulutnya.
sejak pagi, ia dan keluarga besarnya sudah berada di hotel tempat dilangsungkannya akad.
ia mendesis sambil berkacak pinggang melihat angka jam digital di layar handphonenya.
'Ray, aku menunggumu,'
'aku yakin kamu pasti datang,'
'kau tidak akan pernah biarkan aku menunggu,'
'aku mencintaimu,'
lalu kembali menempelkan handphone di depan mulut setelah membaca pesan chat dari Jonathan.
iya, Jonathan. setelah Rasya membacakan chat dari Jonathan malam itu, ia semakin di buat penasaran kembali oleh seorang Jonathan. membuat jarinya tergerak untuk membalas setiap chat yang Jonathan kirim.
apa masih ada rasa yang tertinggal dihatinya? entahlah, ia pun tak tahu. namun hati kecilnya mengatakan harus datang pada reuni hari ini.
setengah sepuluh pagi akad nikahnya dengan Alfin di mulai. dan tepat pukul sepuluh pagi ia harus berkumpul di tempat yang sudah ditentukan oleh panitia reuni.
jika ia duduk sebagai mempelai, otomatis ia tidak akan datang ke acara reuni. tapi jika ia pergi ke acara reuni lantas bagaimana dengan pernikahannya?
klik.
ditengah kebimbangan hati, pintu kamar hotel terbuka. ia tersenyum bersama masuknya Rasya dengan membawa gaun yang bergantung di hanger.
setelah pintu tertutup kembali, ia segera berlari dan menarik tangan Rasya hingga kedepan meja rias.
"ada apa Ray?" tanya Rasya binggung sebab Raysha menariknya dengan berlari.
"Sya, Lo lihat muka kita samakan?"
Raysha menunjuk mukanya dan Rasya bergantian dengan menatap cermin di hadapannya. kemudian mendapat anggukan dari Rasya yang masih menatapnya bingung.
"gue harus pergi ke reuni itu,"
"maksud kamu,"
Rasya menoleh pada Raysha dengan dahi berkerut.
"tolong gantiin posisi gue di akad nikah nanti,"
"Ray!" bentak Rasya dengan menatap tajam pada Raysha.
"gue mohon bantuan Lo kali ini saja. gue benar-benar harus pergi. gue gak terima Jonathan ninggalin gue gitu aja. gue mau balas sakit hati gue," ujar Raysha dengan tatapan mengiba.
"jangan gila Ray, kalau ada yang tahu bagaimana?"
"Lo lihat kan? wajah kita sama. orang lain gak bakal tahu kita tukar tempat,"
Raysha memegang kedua bahu Rasya dari belakang dan menghadap kembali ke depan cermin.
Rasya menatap pantulan dirinya dan Raysha dari cermin. benar saja, orang lain tidak akan bisa membedakan dirinya dan Raysha jika tidak melihat tahi lalat di tengkuk Rasya.
"tapi bagaimana dengan mama? kita tidak akan bisa berbohong di depannya,"
"maka dari itu, usahakan jangan sampai mama tahu," ucap Raysha sambil mengangguk mantap.
tok tok tok.
mereka berdua menoleh kearah pintu yang di ketuk.
"sepertinya tukang makeup sudah datang," ucap Raysha sambil berjalan membuka pintu.
"mbak Raysha ya?"
"ada di dalam, silahkan masuk,"
mata Rasya melotot pada Raysha saat menunjuk dirinya. lalu Raysha tersenyum dan mengangguk padanya.
"wah, mbaknya kembar ya? bisa mirip begitu ya," kata salah satu dari perias itu dengan mengetuk ngetuk jari di dagunya. lalu menatap lekat pada Raysha dan Rasya.
"hus! namanya juga kembar. ya pasti mirip lah!" sahut teman perias itu dengan menyenggol lengan temannya hingga meringis.
"Sya, aku pergi dulu,"
Raysha melambaikan tangan dan segera pergi, sebelum Rasya berubah pikiran dan mengacaukan rencananya. dengan membawa gaun milik Rasya ia berjalan keluar dari kamar hotel dengan mengenakan masker untuk untuk menutupi sebagian wajahnya.
ia berlari saat melihat sebuah pintu lift yang terbuka kemudian masuk kedalamnya. namun, ia justru di hadapkan pada masalah yang sesungguhnya saat Alfin berada satu lift dengannya.
'ya Tuhan, kenapa bisa seperti ini,'
dadanya berdetak tidak karuan, saat menangkap bayangan dari dinding lift Alfin sedang menatapnya. namun ia harus pandai menyembunyikan wajahnya dengan berpura-pura menjadi orang lain dan sibuk memainkan handphone.
Ting.
ia bisa bernafas lega saat pintu lift terbuka, dan keluar dengan langkah setengah berlari.
***
Rasya menatap pantulan dirinya di depan cermin. seharusnya, mengenakan gaun indah di pernikahan adalah impian bagi setiap wanita. namun, tidak berlaku untuknya saat ini. sebab ia tidak sedang menikah, melainkan bermain-main dengan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
ia berjalan tertunduk dengan lengan diapit oleh mama yang berjalan tepat di sebelah kanannya.
entah mengapa, mama yang biasanya ceriwis dan berkomentar ini itu kali ini menjadi pendiam. apa mungkin itu sebuah keberuntungan yang menguntungkan untuknya dan Raysha?
"Huft," ia menghela nafas panjang saat melihat punggung tegap Alfin yang duduk menghadap papa.
dadanya semakin berdebar, saat mama menuntunnya duduk di kursi sebelah Alfin yang sudah menunggunya untuk melangsungkan akad nikah.
ia bisa menangkap dari ekor matanya, Alfin menatapnya dengan senyum. namun ia justru semakin tertunduk di bawah siger yang terpasang indah menghiasi kepalanya.
matanya terpejam, dan setitik air mata berhasil lolos melewati pipi mulusnya, saat Alfin menjabat tangan papa dan mulai mengucapkan kalimat sakral yang seharusnya ia dengar dari orang yang ia cintai.
ia harus segera menghapus sudut matanya saat para saksi yang duduk si belah kanan dan kirinya meneriakkan kata sah.
tangannya gemetar dan mendadak terasa dingin, bahkan lebih dingin dari es saat mencium tangan Alfin yang telah sah menjadi suaminya. lalu matanya terpejam saat Alfin menangkup kepalanya dan mencium keningnya.
tidak hanya sampai disitu, ia harus kembali menyalakan bom waktu saat sungkem yang dilakukan kepada orang tua Alfin.
"selamat ya sayang, semoga kalian selalu bahagia," bunda Alfin memeluknya kemudian mencium keningnya.
begitu juga dengan ayah Alfin, walau tidak mengatakan apapun kebahagiaan terlihat jelas dari wajahnya.
kedua orang tua Alfin menerimanya dengan tangan terbuka. memberikan cinta dan kasih sayang yang tulus. namun apa yang ia lakukan pada mereka? membohongi dan bahkan sangat mengecewakan mereka.
bagai tertusuk ribuan jarum, ia bisa merasakan betapa hancurnya saat mereka semua mengetahui perbuatannya dengan Raysha suatu saat nanti.
ia semakin tak berani mengangkat kepalanya saat di hadapan mama. namun, mama memberikan ciuman keningnya lalu memeluknya.
"mama tidak tahu apa yang sedang kalian rencanakan. tapi mama tahu apa yang kalian lakukan," mama menghapus sudah matanya yang berair.
" hentikan sebelum kalian menyesalinya,"
ia menatap mata mama dengan mulut bergetar.
apa mama tahu yang sebenarnya?
.
.
.
hayo, kira kira mama tahu gak nih?
aku tunggu jawabannya di kolam komentar ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Izora Nay
tahu Thor
2022-02-20
0