SIAPA VIVIAN?

Rumi duduk di atas kursi rodanya dan menghadap ke jendela kamar seperti biasa. Rumi memang suka merenung sendiri seperti ini saat ia sedang tak ada pekerjaan. Tidak tahu apa yang sebenarnya sedang Rumi pikirkan atau Rumi coba ingat-ingat.

Ceklek!

Suara pintu kamar yang dibuka dari liar tak mengalihkan tatapan Rumi dari jendela kamar. Satu-satunya asisten rumah tangga di rumah ini memang akan langsung membuka pintu kamar Rumi tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

Rumi yang memintanya, karena Rumi merasa malas mengucapkan kata 'masuk' saat ada yang mengetuk pintu kamar. Menurut Rumi itu hanya buang-buang tenaga.

"Rumi!" Itu suara Ruby dan bukan asisten rumah tangga.

Oh, rupanya saudara kembar tapi beda kelamin Rumi itu yang masuk ke kamar. Tadi Ruby pamit menjemput perawat baru Rumi, tapinkenapa cepat sekali kembali? Dimana memangnya Ruby menjemput? Depan rumah?

"Apa?" Jawab Rumi tanpa memutar kursi rodanya.

"Aku ingin memperkenalkan perawat barumu, Vivian," ujar Ruby yang akhirnya mau tak mau membuat Rumi terpaksa memutar kursi rodanya. Rumi tak biasanya penasaran dengan sosok perawat barunya. Tapi mendengar Ruby menyebut nama Vivian, Rumi mendadak jadi penasaran.

Siapa memangnya Vivian?

Apa Rumi pernah kenal dengan seorang gadis bernama Vivian?

"Vivian, ini Rumi," ucap Ruby memperkenalkan Rumi pada Vivian. Bisa Rumi lihat,Vivian yang langsung tersenrak kaget dan mundur satu langkah saat melihat wajah Rumi.

"Rumi," gumam Vivian pelan.

"Ya, itu namaku," jawab Rumi menatap penuh selidik pada Vivian. Tapi Rumi sama sekali tak kenal dengan gadis ini.

"Kau-"

"Lumpuh?" Gumam Vivian lagi terbata.

"Ya. Apa masih kurang jelas?" Jawab Rumi ketus setelah mendengar gumaman Vivian.

"Kau sudah pernah mengenal Rumi sebelumnya, Vi? Karena Rumi kehilangan ingatannya selama tujuh tahun ini dan dia masih belum menemukan ingatannya hingga detik ini," terang Ruby yang langsung membuat Vivian melebarkan kedua bola matanya. Namun sesaat kemudian Vivian menggeleng dan menjawab pertanyaan Ruby dengan sedikit terbata.

"Tidak-"

"Aku tidak mengenal Rumi sebelumnya," jawab Vivian yang masih menatap lekat wajah Rumi.

"Baiklah aku hanya bertanya," ujar Ruby seraya mengulas senyum.

"Dia sedikit ketus dan pemarah, jadi aku harap kau bisa sabar menghadapinya."

"Tak perlu dimasukkan ke dalam hati apapun ucapan ketusnya padamu," pesan Ruby seraya berbisik pada Vivian.

"Iya, aku mengerti," jawab Vivian mengangguk-anggukkan kepalamya berulang kali.

"Bisakah kau membicarakanku saat aku tak sedang berada di depanmu, Ruby!" Gertak Rumi seraya berdecak.

"Aku hanya memberi tahu Vivian tentang beberapa gal yang perlu Vivi ketahui," kilah Ruby mencari alasan.

Rumi menjalankan kursi rodanya mendekat ke arah Ruby dan Vivian yang tingginya hanya sepundak Ruby. Tak seperti gadis kebanyakan yang memiliki kulit putih, Vivian memang memiliki kulit yang cenderung gelap. Namun paras gadis itu terlihat manis dengan lubang sempurna di kedua pipinya saat ia sedang tersenyum.

"Jadi ini?" Rumi menatap dengan remeh pada Vivian yang masih menatap Rumi dengan lekat.

"Ya, namanya Vivian," jawab Ruby sedikit menjelaskan.

"Panggilannya Vian?" Tanya Rumi lagi.

"Vivi!" Sahut Vivian cepat mengoreksi.

"Terlalu pasaran. Kenapa bukan Vian saja?" Tanya Rumi memaksa.

"Panggil saja Vivi, Mi! Lebih feminim!" Sergah Ruby mendelik ke arah Rumi.

"Aku maunya memanggil dia Vian saja! Kenapa jadi kau yang mengatur-atur? Siapa memang yang akan membayarnya? Kau atau aku?" Cecar Rumi yang sudah balik mendelik pada Ruby.

"Baiklah, terserah!" Decak Ruby dengan nada kesal.

"Bisa kita ke rumah sakit sekarang? Aku ingin bertemu Ethan secepatnya," Tanya Rumi selanjutnya pada Ruby.

"Kau tidak ingin mewawancarai Vivian dulu?" Ruby balik bertanya pada Rumi.

"Bukanlah kau sudah mewawancarainya mewakili diriku?" Tanya Rumi lagi yang terdengar semakin mengesalkan.

"Iya, baiklah! Ayo kita ke rumah sakit sekarang!" Ujar Ruby akhirnya memilih untuk mengalah. Ruby berjalan ke belakang kursi roda Rumi dan bersiap untuk mendorongnya.

"Kau sedang apa? Kenapa tak menyuruh perawat baru itu yang mendorong kursi rodaku? Apa dia mau makan gaji buta?" Cerocos Rumi lagi yang langsung membuat Vivian buru-buru menggantikan Ruby untuk mendorong kursi roda Rumi.

"Dorong yang benar dan jangan sampai membuatku terjungkal!" Ujar Rumi memperingatkan Vivian.

"Iya, Pak!" Jawab Vivian patuh.

"Apa katamu barusan?" Rumi menarik rem di kursi rodanya hingga membuat Vivian kaget.

"Apa?" Vivian balik bertanya bingung.

"Kau tadi memanggilku apa?" Tanya Rumi seraya memitar kepalanya dan menatap penuh selidik pada Vivian.

"Pak. Ada yang salah? Atau haruskah saya memanggil tuan muda?" Vivian balik bertanya bingung.

"Panggil Rumi! R-U-M-I! Rumi!" Rumi berucao tegas sambil mengeja huruf di namanya sendiri.

"Tidak usah pakai embel-embel Pak atau yang lainnya!" Ucap Rumi tegas pada Vivian.

"Kau mengerti?" Tanya Rumi memastikan.

"Iya, Pak-"

"Eh!" Vivian menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Iya, Rumi," ulang Vivian yang langsung membuat Rumi memutar bila mata.

"Mi! Kau masih mau melanjutkan sesi wawancaramu pada Vivian, kita mau ke rumah sakit sekarang?" Seru Ruby yang sejak tadi masih menunggu perdebatan Rumi dan Vivian yang tak kunjung selesai.

"Bukan aku! Vian ini yang bawel dan lambat mendorong kursi rodaku," kilah Rumi memberikan alasan yang hanya membuat Vivian menghela nafas.

Atasan selalu benar dan perawat selalu salah. Terima saja, Vivian!

****

"Pakai handuk!" Ucap Rumi saat Vivian baru saja akan menyalakan hairdryer untuk mengeringkan rambut Rumi.

"Pakai hairdryer lebih cepat kering," Vivian memberikan alasan.

"Dan lebih cepat membuat rambutku rontok. Kau mau membuatku botak, hah?" Tanya Rumi galak.

"Baiklah! Aku akan memakai handuk," Vivian akhirnya memilih untuk mengalah dan menyimpan hairdryer di tangannya lalu ganti meraih handuk untuk mengeringkan rambut Rumi.

"Boleh aku memberikan saran?" Vivian kembali membuka obrolan sembari tangannya mengeringkan rambut Rumi.

"Saran apa? Mau menyuruhku potong rambut?" Tebak Rumi yang sepertinya sangat bisa membaca isi kepala Vivian.

Ajaib sekali!

"Kau akan terlihat sepuluh tahun lebih muda jika memangkas rapi rambutmu yang gondrong ini," ujar Vivian yang langsung membuat Rumi berdecak.

"Memangnya kau pikir umurku berapa?"

"Dua puluh enam," jawab Vivian sedikit meleset.

"Dikurangi sepuluh tahun!"

"Tujuh belas tahun," jawab Vivian meringis.

"Apa kau tidak lulus SD?" Tanya Rumi yang sudah memutar kepalanya agar bisa menatap ketus pada Vivian.

"Baiklah enam belas tahun," Vivian terkekeh dan sudah ganti meraih sisir untuk menyisir rambut Rumi.

"Lima belas tahun lebih tepatnya! Usiaku baru dua puluh lima tahun!" Ucap Rumi tegas yang lagi-lagi hanya membuat Vivian menghela nafas.

"Baiklah, Rumi lima belas tahun. Kau sudah tampan dan siap pergi bekerja sekarang," lapor Vivian seraya mematut penampilan Rumi di depan cermin.

"Pergilah siap-siap!" Titah Rumi masih sambil menatap bayangan dirinya sendiri di cermin.

"Siap-siap kemana?" Tanya Vivian bingung.

"Kau akan ikut aku ke toko mulai hari ini. Kata Ruby kau juga bisa merangkap jadi asistenku di toko." Jawab Rumi tegas.

"Eeee, iya, sih! Aku punya pengalaman sebagai admin selama setahun lebih," Vivian kembali meringis.

"Tidak usah pamer dan siap-siap sana! Sekalian bawakan sarapanku ke kamar!" Perintah Rumi galak seraya mengomel pada Vivian.

"Baiklah!" Vivian hanya mendengus dan segera keluar dari kamar Rumi untuk bersiap-siap.

.

.

.

Cetak miring flashback.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

Terpopuler

Comments

Anisatul Azizah

Anisatul Azizah

apa Vivi adalah mantan Rumi? bahkan aku masih penasaran dl waktu Ruby dikasih obat laknat sm Arkan, Ethan telpon Rumi dg napas terengah², otakku kan jd traveling kira² apa yg dilakukan Rumi😝

2022-08-08

1

Anna Aqila 🏚️ 🌺

Anna Aqila 🏚️ 🌺

kenapa sepertinya Vivian sudah pernah ketemu sama Rumy ???

yg sabar ya Vi, Rumy tuh orangnya emang galak, tp sebenarnya dia baik kok

2022-01-04

0

Delina

Delina

jadi penasaran sama kelanjutan cerita nya thor..aku menunggu up nya thor.,

2022-01-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!