Reza POV
Hari itu aku baru saja sampai di kapal tempatku bekerja. Semua terlihat masih sama seperti terakhir kali aku berada di sini sebagai staf dari kantor kru dulu.
Aku memasukki bridge atau anjungan. Beberapa staf menyapaku dan menyampaikan laporan tentang keadaan kapal selama beberapa bulan terakhir.
Hingga tiba waktunya aku memberikan briefing di ruang training. Ada beberapa kru baru di tempat itu dan mereka semua adalah kontrak pertama meskipun berasal dari departmen yang berbeda-beda.
Aku melihat daftar nama dari setiap kru baru itu. Hingga mataku menangkap satu nama kru dari departemen mesin.
"Laluna Aditama" ucapku, menyebut nama itu. Aku merasa nama ini mirip dengan nama Lanthana, gadis yang selama ini kucintai dalam diam.
Seketika seorang gadis berdiri dan menjawab.
"Yes, Capt," kata gadis itu menanggapiku. Sekilas tak ada yang menarik darinya, tapi lesung pipi di kedua pipinya itu cukup menggemaskan untukku. Aku tak menyangka bagaimana gadis bertubuh kecil ini bisa berada di kapal ini dan mengambil jurusan mesin, yang tentu saja berat untuknya.
Aku terus memimpin briefing dan berkenalan dengan satu persatu kru baru itu. Dan mengucapkan selamat datang pada mereka semua.
****
Hari berganti, kegiatanku masih saja berada di anjungan dengan mengontrol navigasi. Tiba-tiba sebuah alarm darurat berbunyi. Aku pun memeriksanya.
"Juru mudi, apa yang terjadi?" tanyaku pada salah satu stafku yang sedang memeriksa monitor darurat.
"Ada yang sedang membutuhkan pertolongan di ruang mesin Capt," jawab stafku.
"Coba perhatikan dimana letaknya?" kataku sambil menatap layar.
"Ruang mesin, lantai B di sebelah kanan," jawab juru mudiku itu.
"Cepat buat pengumuman untuk stretcher tim agar segera ke lokasi," perintahku kepadanya. Stretcher tim adalah tim penyelamat khusus yang bertugas dalam penyelelamatan darurat seperti saat ini.
***
Bright Star!! Bright Star!!
Bright Star!! BRIGHT STAR !!!
BRIGHT STAR ENGINE CONTROL ROOM B DECK STARBOARD SIDE!!!
Sebuah peringatan dari anjungan menggema di seluruh speaker di penjuru kapal. Menandakan ada seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan medis di ruang mesin lantai B sebelah kanan.
Aku segera turun ke lokasi, untuk melihat sendiri apa yang sedang terjadi sambil menunggu tim penyelamat datang.
"Kapten lapor, anak buah saya Laluna terkunci di dalam sudah hampir satu jam." Kata chief engineer kepadaku, yaitu kepala bagian dari departmen mesin.
"Apa? Bagimana bisa terjadi?" tanyaku kepadanya. Bukankah suhu di ruangan ini sangat dingin. Dan kru itu sudah terkurung selama satu jam di dalam sana.
"Maaf capt, padahal saya sudah memberikan briefing tentang keselamatan saat berada di ruang ini." Ucap pria bernama Emmanuel itu dan aku mulai panik. Apakah gadis itu masih baik-baik saja atau tidak.
"Halo.. apa kau bisa mendengarku?" kataku sambil mendekatkan diri ke pintu.
Tak ada jawaban sama sekali, sungguh ini membuatku khawatir, pasalnya seseorang tak akan mampu bila terus terserang suhu sedingin itu di dalam sana.
Aku terus saja berkomunikasi dan beberapa kali memanggil namanya, namun tak ada jawaban sama sekali. Tim medis datang ke lokasi dan mulai panik.
Aku pun mencoba mencari cara untuk membuka pintu itu dan beberapa kali meletakkan pengukur suhu melalui celah pintu.
Astaga suhu di ruang itu sudah mencapai minus nol derajat celcius. Mampukah dia bertahan. Aku mulai mengkhawatirkannya. Bagaimana pun keselamatan kru adalah merupakan tanggung jawabku.
"Chief engineer, apa ada sesuatu yang bisa kita lakukan saat ini?" tanyaku kepada Emmanuel.
"Ada Capt, tetapi saya tidak bisa melakukannya sekarang?" jawabnya dengan wajah bingung.
"Cepat katakan!" jawabku,
"Kunci master Capt, kunci master ini bisa digunakan untuk membuka semua pintu di kapal ini tetapi setelah itu kunci ini sudah tidak bisa digunakan lagi," kata Emmanuel.
"Berikan kunci itu sekarang!" kataku, sungguh apa yang sebenarnya ada di otak bos engine ini. Mengapa baru mengatakannya sekarang. Sementara di dalam sana anak buahnya sedang berjuang untuk tetap hidup.
"Chief Engineer, berikan kunci masternya," ucapku lagi, dengan penuh penekanan.
"No, Capt. Saya tidak setuju jika kunci ini digunakan untuk saat ini," jawab chief engine itu.
"Berikan kunci masternya sekarang juga," kataku mulai tidak sabar.
"Tidak Capt, masih ada cara lain selain menggunakan kunci ini," jawab Chief Engineer itu masih ingin mempertahankan benda miliknya.
"Emmanuel, berikan kunci master itu sekarang juga. Ini perintah!" ucapku mulai emosi sambil melirik ke arah pundaknya.
Mengintimidasi jika setripku lebih banyak daripada setripnya. Sungguh aku bukan tipe orang yang terbiasa menunjukkan kekuasaanku tetapi untuk saat ini aku harus melakukannya.
"Baik Capt!" dengan ketakutan akhirnya pria itu memberikan kunci masternya kepadaku.
Dengan sigap aku segera membuka pintu itu. Kulihat seorang gadis tergeletak di lantai. Aku pun menghampirinya, kulihat sekujur tubuhnya sudah dingin dan memucat.
"Girl, bertahanlah," ucapku sambil mengangkat tubuhnya.
Dalam diam dia berada dipelukanku, setelah kuperhatikan wajahnya. Hey bukankah ini gadis yang namanya mirip dengan nama Ana itu.
Kurasakan suhu tubuhnya bertambah dingin, Dia tak sadarkan diri tetapi tangannya mulai bergerak menarik-narik seragamnya. Ya Tuhan di suhu yang sedingin ini dia kepanasan.
Aku yakin ini hipotermia, ini sangat berbahaya syaraf otaknya mulai tidak bisa mendeteksi rasa dingin yang melanda tubuhnya.
Sementara itu tim penyelamat mulai panik dan memintaku untuk meletakkan gadis bertubuh langsing ini di tandu.
Awalnya aku setuju tetapi kinerja mereka sangat lamban, bahkan untuk memasang tali pengaman saja mereka menghabiskan waktu yang cukup lama.
"Dia mengalami hipotermia, Captain! " ucap dokter dari infirmary .
"Hipotermia? ini tak baik dokter!" ucapku, sesuai dugaanku. Gadis ini benar terkena hipotermia.
"Hey kalian, kenapa lama sekali memasang tali?" ucapku pada tim penyelamat.
Tanpa pikir panjang, segera kuraih tubuh gadis itu dan membawanya ke infirmary .Dokter dan para perawat mengikutiku dari belakang.
Sementara Emmanuel dengan raut wajah paniknya tidak berani menatapku. Tentu saja aku akan melakukan tindakan hukuman untuknya setelah ini.
Sungguh ada apa dengan kapal ini mengapa semua orang tidak menunjukkan keprofesionalismenya sama sekali.
Sepanjang perjalanan seluruh mata terus menatap ke arahku. Aku tak perduli yang penting nyawa gadis didekapanku ini harus segera tertolong. Aku pun membawanya hingga tiba di infirmary.
***
Keesokan harinya aku memanggil Emmanuel dan stafnya untuk ke anjungan menemuiku. Mereka terlihat sangat ketakutan saat menceritakan kronologi kejadian yang menimpa gadis malang kemarin.
Aku terpaksa memberikan surat resign paksa kepada Emmanuel, dia telah mempersulit proses evakuasi gadis itu kemarin. Dengan berat hati Emmanuel melepaskan jabatannya dan digantikan dengan chief engineer yang baru.
Bumi, penyebab utama tragedi itu, terpaksa mendapatkan dua PIN dariku, jika satu kali lagi dia melakukan kesalahan fatal maka PIN ketiga akan diterimamnya dan kontrak kerjanya pun berakhir dengan paksa.
Aku sungguh tak main-main dengan keselamatan dalam bekerja. Yang terakhir adalah Luna, dia adalah korban dalam kasus ini tetapi dia juga bersalah karena tidak menjalin komunikasi dengan baik antar sesama timnya.
Awalnya dia memprotes saat aku memberikannya satu PIN, namun setelah itu dia menerimanya dan mau menandatangani surat PIN itu.
Sungguh matanya sangat lucu saat membaca surat yang harus ditanganinya itu dan bulu mata itu bergoyang-goyang mengikuti arah matanya memandang.
Ini seperti dejavu, mengapa tiba-tiba wajah gadis ini terlihat sangat mirip dengan wajah Ana.
Reza POV End
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
MommyAtha
kan emg adeknya si ana... ja... reja...
2022-08-04
0
Gopecel
Emmanuel serba salah.
2022-06-14
0
Senajudifa
syukurlah ngga apa2...kutukan cinta mampir
2022-05-30
1