Aku merasa orang-orang di sekitarku sangat berisik sekali. Membuat kepalaku semakin pusing saja. Tubuhku yang tadinya menggigil kedinginan mulai merasakan hangat, semakin hangat dan kemudian menjadi panas hingga membuatku tak bisa membuka mata.
"Gawat capt, dia mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh secara drastis yang berpotensi berbahaya. Penyebab yang paling umum adalah berada di lingkungan bersuhu dingin dalam waktu yang lama)." Kata seorang wanita yang memeriksa tubuhku.
"Hipotermia? ini tidak baik. Kita harus segera membawanya ke infirmary (klinik di atas kapal)." Kata seorang pria yang masih saja menggendongku.
Aku berdoa dalam hati, ya Tuhan tolong sadarkan aku, biarkan aku membuka mata untuk melihat siapa sebenarnya dewa penyelamatku ini.
Namun sepertinya Dewa tidak mengabulkan do'aku, dalam hitungan detik. Aku merasa semua terlihat gelap dan akupun tak sadarkan diri.
***
Aku membuka mataku. Kulihat sekeliling, ini seperti puskesmas. Ah ya benar. Ini memang puskesmas di atas air. Batinku.
"Lun, lu nggak apa-apa kan?" tanya seorang lelaki yang kuyakini adalah si brengsek Bumi.
"Masih berani menampakkan diri di hadapan gue lu?" Ucapku padanya.
"Lun sorry gue gak sengaja. Gue gatau kalo endingnya bakal begini." Kata si pasak Bumi itu.
"Awas aja lu. Abis ini tamat riwayatmu Bumi!" Kataku mengancamnya.
"Lun, lu tau gak tadi tuh siapa yang udah bawa elu kesini?" tanya Bumi dengan antusias.
"Nggak tau, palingan juga stretcher tim. Siapa lagi emang?" kataku, tentu saja tim penyelamat yang sudah membawaku kemari meskipun awalnya aku mengira seorang dewa Yunani yang telah menyelamatkanku tapi itu rasanya tidak mungkin.
"Kapten Lun!! Kapten yang gendong lu sampai ke klinik ini." Kata Bumi menggebu-gebu.
"Bokis lu ! mana mungkin. Bilang aja lu mau mengalihkan persoalan kita kemaren." Jawabku, sungguh Bumi ini benar-benar gila.
"Beneran Lun. Gak bohong. Mmm tapi kalo soal sepatu lu itu emang gue yang ngambil. Hehe." Katanya, akhirnya dia mau mengaku juga.
"Nah kan ngaku juga akhirnya ni orang!" Kataku geram.
"Sorry Lun. Soalnya punya gue juga ilang diambil orang... " Kata Bumi.
***
Hari berganti dan keadaanku pun mulai membaik. Saat ini aku sudah bisa kembali bekerja lagi. Namun tiba-tiba suara pengumuman dari anjungan terdengar, kapten meminta semua kru dari semua departemen berkumpul di Mainstage. Yaitu semacam aula bertingkat tiga tempat pertunjukkan untuk tamu digelar pada saat malam Gala.
Di sana kapten dan para stafnya berdiri di panggung. Sungguh dilihat dari sisi manapun kapten bermarga Vandenberg itu tetap saja tampan, hanya saja mungkin usianya sudah menginjak kepala tiga menurutku.
Aku mulai teringat kata-kata Bumi kemarin, benarkah dia yang telah menolongku. Ah aku jadi berhalusinasi lagi saat ini.
"Selamat pagi semuanya. Apa kabar?" sapa pria tampan bermata biru itu kepada kami semua.
"Selamat pagi Capt. We are excellent! ".Jawab kami bersamaan sambil mengucapkan moto perusahaan.
"Ok. Good. Saya mengumpulkan kalian semua di tempat ini untuk memberikan informasi penting." Ucapnya seraya menatap ke seluruh penjuru tempat ini.
"Mulai saat ini susunan kepemimpinan departemen mesin telah berganti. Saya perkenalkan chief engineer yang baru. Mr. Mark Parker, silahkan memperkenalkan diri." Ucap kapten sambil memberikan tempatnya kepada pria itu.
"What?!! Bos kita ganti?" Ucap teman sebidangku.
"Benarkah si Emmanuel itu dipecat? ckck.. " Ucap teman yang lain.
Aku hanya terdiam tidak mengerti dengan apa yang terjadi, sementara para gadis dari departemen hotel sibuk dan juga membicarakan tentang bosku yang sudah dipecat itu.
"Lu tau gak kenapa si bos engine itu dipecat sama kapten?" tanya seorang kru kepada kru lain.
"Kabarnya dia lalai dalam menjalankan tugas dan sempat ribut dengan kapten dua hari yang lalu.. "
"Oh yang pas ada anak engine kekunci di ruang mesin itu?"
"Ya bener, chief engine ngotot gak mau kasih kunci masternya padahal cewek itu udah mau mati di dalem... "
"Oh gue inget. Siapa namanya Lu-Luna apa bukan sih?"
"Bener, Luna namanya. Gila, langsung viral tau itu bocah di efleet (suatu situs resmi tentang berita perpesiaran)"
Para gadis itu terus saja membicarakan diriku. Astaga seheboh itukah diriku kemarin. Dan mengapa Emmanuel sampai harus dipecat hanya karena kejadian yang menimpaku kemarin.
Meeting pun usai dan kami semua kembali ke section masing-masing. Bos yang baru datang itu kemudian memperkenalkan diri kepada kami semua.
"Guys, saya Mark Parker. Saya akan menjadi atasan yang baru untuk kalian semua, mohon kerja samanya ya tim." Ucap officer itu sambil tersenyum.
Nampaknya bule ini lebih ramah dari pada di bos Eman kemarin, suasana kerja tidak setegang biasanya sejak orang ini memimpin.
"Luna, kamu ke anjungan sekarang ya. Kapten ingin bertemu." Kata bosku itu sambil memunjukkan email dari departemen deck.
"Baik chief." Jawabku, tanpa pikir panjang aku pun naik ke lantai tujuh. Dimana anjungan berada.
Setelah melapor, mereka mengijinkanku untuk masuk. Kulihat seorang pria tinggi tegap, hidung mancung sedang menghadap ke arah laut.
"Selamat pagi Capt." Kataku, menyapanya.
"Laluna Aditama?" Kata kapten tanpa melihat ke arahku.
"Yes kapten. Ada perlu apa anda meminta saya hadir di sini?" Tanyaku padanya. Sungguh aku sangat gugup dan gagap saat berhadapan dengannya.
"Tau kesalahamu apa?" tanyanya. Astaga memangnya apa kesalahanku.
"Maaf capt, saya tidak tau apa kesalahan saya?" tanyaku. Aku bingung harus menjawab apa selain kalimat itu.
"Kamu telah lalai dalam bekerja. Untuk itu saya harus memberimu PIN." Kata kapten, apa sebenarnya yang terjadi hingga dia harus memberiku PIN. Bahkan itu lebih buruk dari pada surat warning.
"Maaf kapten, tetapi apa kesalahan saya sebenarnya?" tanyaku, aku sungguh tidak merasa telah melakukan kesalahan.
"Luna, kau terkunci di dalam ruang mesin. Tahukah dirimu bahwa itu sangat berbahaya bahkan bisa mengancam keselamatanmu." Jawab Kapten.
"Tapi itu bukan kesalahan saya capt, teman saya lah yang melakukannya." Ucapku, membela diri.
"Itulah pentingnya komunikasi dan kerjasama antar sesama tim. Saya harap mulai saat ini kamu lebih mampu dan profesional dalam bekerja. Tolong tanda tangani ini." Kata kapten itu, sambil memberikan selembar kertas kepadaku, aku yakin inilah yang disebut dengan PIN.
"Baik capt, " jawabku, aku tak berani untuk membela diri lagi. Bagaimanapun kapten benar. Aku dan Bumi memang kurang kompak dalam bekerja.
Sungguh dagu tegas itu dan bulu mata yang menghiasi kedua bola mata birunya membuatku terpaku salam beberapa detik.
****
Aku meninggalkan anjungan menuju kabinku untuk beristirahat. Di perjalanan kulihat Bumi sedang melenggang ke arah kabinnya juga.
"Heh ! Gue kena PIN gara-gara lu." Kataku sambil mendorong punggungnya.
"Biasa aja kali Lun." Ucapnya dengan santai
"Biasa kepalamu! Habis ini rapot gue pasti anjlok!" Ucapku, aku sangat kesal padanya.
"Kena PIN berapa?" tanyanya masih dengan santai.
"Satu !!!" jawabku ketus.
"Gue kena dua PIN dari kapten. Gara-gara bikin lu kekunci kemarin." Katanya dengan muka datar.
"Apa?!!" Tanyaku, sungguh ternyata bukan aku saja yang dihukum. Bahkan Bumi pun juga, begitupun dengan Bos Eman yang juga dipecat dari jabatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
MommyAtha
keren ah si reja... makanya kiara lebih suka reja drpd yoshi
2022-08-04
0
Gopecel
kapal oleng kapten 😁😁😁😁
2022-06-12
0
Zhree
PIN apaan ya kak?
2022-05-26
1