"Lun, lu duluan yang masuk." Kata Bumi kepadaku.
"Lu duluan.. " Kataku sambil menenteng satu bucket rags. Yaitu semacam kain khusus untuk merawat mesin dari kotoran sisa oli.
"Dasar penakut lu!" kata Bumi kepadaku. Aku tau sebenarnya dialah yang penakut di sini.
Kumasukki ruangan berpencahayaan minim itu. Dan kemudian Bumi mengikutiku dari belakang.
"Bumi, jangan tutup pintunya." Kataku kepadanya sambil meletakkan tumpukan rags tadi di atas meja.
"Kenapa memangnya?" tanya Bumi. Sungguh anak ini bodoh atau apa. Bukankah Chief sudah menjelaskannya kemarin.
"Lu tuh sebenarnya kalo lagi briefing beneran dengerin apa cuma manggut-manggut doang sih Bum?" tanyaku. Aku tau dia tak pernah mengikuti briefing dengan benar.
"Serius gue gak tau.. " Jawabnya sambil melihat ke sekitar ruangan yang penuh dengan mesin itu. Sesekali terdengar deburan ombak menghantam dinding.
"Udahlah.. coba cek yang sebelah sana." Kataku sambil menunjuk area paling ujung.
"Ogah ah.. " Katanya sambil mendorong tubuhku agar aku yang maju untuk memeriksa.
"Dasar pengecut!" Jawabku. Aku tak habis pikir mengapa orang seperti ini bisa berada di sini.
"Lun, lu aja deh yang ngecek. Gue tunggu sini ya." Jawab Bumi, jujur saja aku benar-benar kesal padanya dari kemarin.
"Gue bisa aja sih ngecek semua area ini tanpa lu. Tapi, lu harus jujur." Ucapku sambil menatap matanya.
"Jujur gimana maksudnya?" Jawab Bumi dengan wajah bingung.
"Lu yang ngambil sepatu safety gue di loker kan?" Tanyaku, aku tau dialah pelakunya sebab aku menulis insial namaku pada sepatu itu.
"Lah fitnah. Apa buktinya?" Tanya Bumi kepadaku.
"Coba buka sepatu lu." Jawabku, aku yakin dialah orangnya. Sepatu safety itu sangat penting untuk setiap kru. Dan kami akan mendapat hukuman jika tidak mengenakannya.
"Nggak ah!" Jawabnya sambil berlari.
"Bumi tunggu! Kalo emang lu gak salah harusnya lu berani tunjukkin sepatu itu ke gue!" Kataku, aku masih ingat saat Chief memberiku surat peringatan karena menghilangkan sepatu dengan lapisan besi di bagian ujungnya tersebut.
"Sorry lun, gue ke toilet bentar." Ucap Bumi dari kejauhan. Aku tau dia sedang menghindar dariku. Karena takut aku akan melaporkannya masalah pencurian kemarin.
Aku pun duduk di kursi sambil kulihat sekeliling area ini. Tempat ini cukup bersih hanya saja letaknya yang berada di bawah permukaan laut menyebabkan hawa di tempat ini lebih dingin.
Ceklek...
Terdengar suara pintu tertutup. Aku pun melihat ke arah pintu itu. Astaga pintunya tertutup. Bagaimana ini, apakah Bumi sengaja melakukan itu. Aku pun memanggilnya dari dalam.
"Bumi !! Hey kenapa menutup pintunya?" Kataku berteriak dari dalam.
"Lun, tadinya gue mau tekan tombol untuk lampu. Tapi kenapa malah tombol pintu otomatis yang gue pencet" Ucap Bumi dari luar.
"Sengaja lu Bum? Cepetan lapor chief! " Kataku, semakin panik. Bagaimana ini jika aku harus terjebak di sini seharian.
"Sorry Lun, gue gak sengaja. Bentar gue lapor Emmanuel dulu ya." Kata Bumi, aku bisa mendengar nada panik dari mulutnya.
"Cepetan Bum ! Gue udah mulai gak tenang di sini. " Ucapku sambil memeluk lenganku sendiri.
"Sabar Lun!! Tunggu ya !!" kata Bumi, aku merasa dia mulai menjauh dari tempat ini. Sial, tadi aku yang berencana membalasnya tetapi malah diriku sendiri yang terjebak sekarang.
***
Aku semakin tak karuan berada di tempat ini sendirian. Ini sudah dua puluh menit berlalu tetapi Bumi tak juga kembali. Sementara udara semakin dingin menusuk ke tulangku. Aku mencari dimana pusat mesin pendingin agar aku bisa menurunkan suhunya.
Sepertinya mesin itu berada di luar ruangan. Sial tubuhku semakin menggigil tak karuan. Tetapi aku berusaha untuk tetap bertahan.
Cukup lama aku menunggu. Namun bantuan tak juga datang. Hingga kurasakan kakiku mulai keram karena menahan udara yang semakin dingin di tempat ini.
Aku mencoba mencari sesuatu di sekeliling ruangan ini, sebelum akhirnya kutemukan tombol emergency berwarna merah di samping telepon.
Aku memencetnya selama beberapa kali, kemudian kudengar pengumuman dari anjungan jika ada seseorang yang sedang memerlukan bantuan medis di ruang mesin lantai B sebelah kanan.
Bukankah tempat ini yang mereka maksud itu. Aku pun lega. Akhirnya seseorang akan menolongku sebentar lagi.
Terdengar suara langkah kaki dari luar, pertama hanya ada satu kaki tetapi semakin lama semakin banyak. Aku tak dapat mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.
Tubuhku semakin kedingingan bahkan buku-buku tanganku mulai memucat dan akhirnya membiru tak kuat menahan hawa dingin ini.
Kulihat sekeliling, tetapi semuanya terlihat buram. Aku tak ingin pingsan. Tetapi rasa dingin itu semakin menyiksa hingga membuatku berhalusinasi.
Pintu pun terbuka dan cahaya senter menyilaukan mataku..
Seseorang membantuku untuk berdiri tetapi kakiku sangat kaku hingga tak mampu untuk bergerak.
"Girl, bertahanlah.. " Ucapnya, sambil mengangkat tubuhku.
Tanganku menyentuh pundaknya. Hingga mataku membulat saat melihat setrip itu. Ada empat setrip di pundaknya.
Apakah dia kapten? Apakah kapten yang sedang mengangkat tubuhku saat ini. Sungguh mataku ini begitu tidak bisa melihat dengan jelas. Kataku dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
MommyAtha
dududududu
2022-08-04
0
Nur Hidayah
Aku baca Kapten lagi nih kak Author.
😭😭 Akhirnya nanti Bumi di bikin meninggoy sama kak Author😢
2022-07-10
1
Gopecel
Bumi ngak balik balik.
2022-06-12
0