Helena menangis di dalam kamar. Dia tidak terima dengan perlakuan Marco. Tamparan yang diberikan Marco cukup keras sehingga meninggalkan bekas lebam di wajahnya. Hati Helena sakit sekali. Helena segera menghapus air matanya.
"Sudah cukup aku bertahan. Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitiku lagi," ucap Helena dengan tatapan benci.
Helena segera membuka lemari pakaiannya dan memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Helena hanya membawa barang yang dianggapnya penting saja. Tekad Helena sudah bulat untuk keluar dari mansion Marco.
Sedangkan Marco mengantarkan Sherly ke kamar barunya yang bersebelahan dengan kamar Helena. Keduanya sedang duduk di atas sofa dengan Sherly memeluk lengan Marco dan menyandarkan kepalanya di bahu Marco. Marco memejamkan matanya dan berusaha mengontrol emosinya. Dalam hati dia menyesal telah menampar Helena. Meskipun dia marah dengan sikap Helena, tidak seharusnya dia memberikan tamparan sekeras itu pada Helena. Marco takut jika hubungannya dengan Helena akan semakin memburuk.
Sherly tahu jika Marco sedang memikirkan Helena, dan dia tidak akan membiarkan pikiran Marco dipenuhi oleh Helena. Sherly mengangkat wajahnya dan mulai mencium leher Marco supaya Marco ter******g. Dan satu tangannya dengan nakalnya meraba dada lalu turun ke bawah sampai menyentuh senjata tempur Marco.
"Emh... Apa yang kau lakukan Sherly? Jangan memancingku. Badanmu kan masih sakit akibat terjatuh tadi," ucap Marco sambil menahan hasratnya.
Sherly hanya tersenyum dan semakin semangat memberikan serangan. Dia sudah hafal titik kelemahan tubuh Marco. Marco yang hasratnya sudah membuncah langsung menarik dagu Sherly lalu menc**m bibir Sherly dengan rakus. Sherly tersenyum senang. Setelah cukup lama berc**man, Marco mulai melucuti baju Sherly dan baju yang melekat di tubuhnya. Lalu dia membawa Sherly ke atas ranjang dan melakukan pergulatan panas.
Helena keluar dari kamarnya sambil membawa tas dan kopernya. Saat berada di depan kamar, Helena mendengar suara d*****n dan e*****n yang keras dari kamar sebelah yang pintunya tidak tertutup sempurna. Helena memutar bola matanya jengah saat mendengarkan suara menjijikkan itu. Dia segera melangkahkan kakinya menuruni tangga. Di ruang keluarga ada Tuan Husein dan Nyonya Miranda.
"Mau ke mana kau Helena? Setelah kau berusaha menyakiti Sherly dan calon cucuku, kau seenaknya ingin pergi dari sini?" tanya Nyonya Miranda dengan nada marah.
"Aku tidak mendorong Sherly, terserah kalian percaya atau tidak. Dan aku tidak bisa tinggal di tempat yang sudah seperti peternakan sapi ini," jawab Helena.
"Apa maksudmu, Helena? Papa mohon jangan pergi, Nak. Kita bisa membicarakannya baik-baik," ucap Tuan Husein berusaha menahan agar Helena tidak pergi dari mansion Marco.
"Coba kalian pergi ke lantai atas dan lihatlah sendiri," jawab Helena sambil tersenyum sinis.
Tuan Husein dan Nyonya Miranda yang penasaran langsung beranjak dan pergi ke lantai atas. Begitu sampai di tangga mereka mendengar suara lolongan Marco dan Sherly yang sangat keras. Wajah Tuan Husein dan Nyonya Miranda langsung memerah karena malu mendengar suara absurb itu. Mereka pun memutuskan untuk kembali ke ruang keluarga.
"Bagaimana? Serasa seperti di peternakan sapi bukan? Dan tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, Papa mertua," ucap Helena dengan senyum mengejek.
Helena langsung melenggang pergi. Dengan mengendarai mobil sportnya, Helena pergi meninggalkan mansion Marco. Tempat yang pertama kali Helena tuju adalah rumah sakit. Dia ingin melakukan visum sebagai salah satu bukti untuk mengajukan gugatan cerai ke pengadilan. Sebelumnya Helena juga menyalin hasil rekaman CCTV di ruang keluarga saat Marco menamparnya tadi.
Setelah mendapatkan surat visum dari rumah sakit, Helena langsung pergi menuju ke kantor pengadilan. Di tengah perjalanan Helena menghubungi Emily dan mengatakan bahwa dia akan menggugat cerai Marco. Helena juga menceritakan kejadian yang dialaminya tadi. Emily sangat marah saat mendengar Marco telah menampar Helena. Emily pun segera menyusul Helena ke kantor pengadilan.
Setelah memeriksa semua bukti yang ditunjukkan oleh Helena, termasuk hasil rekaman CCTV yang menunjukkan terjadinya tindak KDRT, pihak pengadilan akhirnya memproses gugatan cerainya kepada Marco. Dan akan segera mengirimkan surat gugatan cerai dan surat panggilan dari pengadilan kepada pihak Marco.
"Kau tinggal menunggu proses sidang perceraian kalian. Dan bagaimana jika Marco menolak untuk menceraikanmu, Helen?" tanya Emily sambil mengemudikan mobil Helena.
"Dengan bukti yang aku miliki, Marco tidak akan bisa menolaknya. Dan dari rekaman CCTV juga terbukti bahwa aku tidak mendorong Sherly," jawab Helena.
"Lalu apa yang ingin kau lakukan sekarang?" tanya Emily lagi.
"Aku ingin pulang ke Paris. Aku harus memberi tahu Daddy dan Mommyku tentang masalah pernikahanku dengan Marco," jawab Helena sendu.
"Baiklah, aku akan menemanimu pergi ke Paris," ucap Emily.
"Terima kasih banyak, Em. Kau selalu ada untukku di saat aku terpuruk," ucap Helena.
"Tidak perlu berterima kasih. Kita kan sahabat, bahkan sudah seperti saudara, Helen," ujar Emily.
Helena mengangguk sambil tersenyum, dalam hati dia bersyukur Tuhan memberikan sahabat sebaik Emily untuknya.
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, Helena dan Emily tiba di mansion Hermawan. Kedatangan mereka disambut dengan bahagia oleh keluarga Helena.
"Akhirnya putri kesayangan Mommy pulang juga. Kami sangat merindukanmu, sayang," ucap Nyonya Charlotte sambil memeluk dan mencium Helena.
"Helena juga sangat merindukan kalian," ucap Helena.
Helena secara bergantian memeluk ayah dan ibunya. Tuan Narendra memeluk Helena dengan erat. Dia sangat merindukan putri tercintanya itu.
"Kenalkan Mom, Dad, ini Emily sahabatku. Dia juga teman kuliah Helena di Austria," ucap Helena memperkenalkan Emily.
"Halo Uncle dan Aunty. Perkenalkan aku Emily. Senang bertemu dengan kalian," sapa Emily.
"Senang juga bertemu denganmu Emily. Kami adalah orang tua dari Helena. Mari silakan duduk sayang," ucap Nyonya Charlotte sambil menggandeng tangan Emily dan mengajaknya duduk di ruang keluarga.
"Mengapa Marco tidak pulang bersamamu? Apa dia terlalu sibuk sampai tidak bisa mengantarkanmu pulang?" tanya Tuan Narendra.
Helena terdiam, lalu dia menghembuskan napas berat.
"Kedatangan Helena ke sini, karena Helena ingin memberi tahu Daddy dan Mommy sesuatu," jawab Helena.
"Helena sudah melayangkan gugatan cerai kepada Marco," ungkap Helena.
Tuan Narendra dan Nyonya Charlotte sangat terkejut.
"Gugatan cerai? Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kau sampai mengajukan gugatan cerai? Ceritakan pada Daddy dan Mommy, sayang," tanya Tuan Narendra.
Helena pun menceritakan tentang masalah dalam rumah tangganya mulai dari perselingkuhan yang dilakukan oleh Marco dan temannya Sherly sehingga membuat Sherly hamil dan keduanya juga sudah melangsungkan pernikahan. Helena juga menceritakan saat Marco menamparnya karena fitnah yang diberikan oleh Sherly padanya.
Wajah Tuan Narendra memerah dan darahnya seakan mendidih mengetahui kemalangan yang menimpa putrinya. Sedang Nyonya Charlotte menangis tersedu membayangkan betapa sakitnya perasaan Helena.
"Tunjukkan pada Daddy, di mana b*j****n itu melukaimu!" seru Tuan Narendra.
Helena mengambil tisu basah lalu membersihkan make up yang dia gunakan untuk menutupi bekas tamparan Marco. Begitu make up itu bersih terlihat luka lebab di pipi kiri Helena membuat Tuan Narendra semakin marah.
"Beraninya pria itu melukai putriku! Akan kupatahkan tangannya!" teriak Tuan Narendra.
"Helena mohon Daddy tenang. Helena tidak mau kalau Daddy sampai melakukan sesuatu yang nantinya akan merugikan Daddy. Cukup putuskan hubungan kerja sama antara HH Corps. dengan perusahaan keluarga Austin dan bantu Helena agar bisa segera terbebas dari Marco dan keluarganya," mohon Helena.
"Pasti sayang. Daddy tidak sudi menjalin hubungan kerja sama dengan orang picik seperti mereka. Dan Daddy juga akan menyiapkan pengacara terbaik untuk mendampingimu menyelesaikan perkara perceraianmu dengan Marco," ujar Tuan Narendra.
"Terima kasih Daddy," ucap Helena sambil memeluk ayahnya.
Sedangkan di mansion Marco, setelah selesai dengan pergumulan panasnya dengan Sherly, Marco keluar dari kamar dan menemui kedua orang tuanya. Marco marah besar saat mengetahui Helena keluar dari mansion sambil membawa semua barangnya. Sedangkan Sherly bersorak gembira dalam hatinya.
"Seharusnya aku tadi segera mengejar Helena dan meminta maaf padanya," sesal Marco.
Dan kedongkolan hati Marco bertambah saat kepala manager di perusahannya memberi tahu bahwa HH Corps. telah memutuskan hubungan kerja sama dengan Royal Company. Tuan Husein marah besar.
"Papa sudah peringatkan, jaga sikap dan ucapan kalian. Jangan sampai menyinggung perasaan Helena. Sekarang Tuan Narendra pasti sudah mengetahui masalah rumah tangga kalian sehingga dia memutuskan kerja sama antara HH Corps. dengan perusahaan kita," Tuan Husein penuh emosi.
Marco dan Nyonya Miranda diam sambil menundukkan kepala.
"Papa tenang saja. Royal Company sudah berkembang dengan pesat dan memiliki perusahaan anak cabang di beberapa daerah di Jerman. Tanpa dukungan dari HH Corps. pun Royal Company akan tetap bertahan," celetuk Sherly.
Marco terkejut mendengar ucapan Sherly. Dia memberikan tatapan tajam kepada istri mudanya itu.
"Lancang sekali kau bicara seperti itu, Sherly! Kau bisa bicara seenaknya seperti itu jika keluargamu setara dengan keluarga Helena," bentak Tuan Husein yang semakin tersulut emosinya.
Sherly langsung terdiam. Hatinya sangat marah. Dia tidak terima mertunya membandingkan dirinya yang sudah menjadi anak yatim piatu dengan Helena, dan juga meremehkannya. Sherly meremas gaunnya, lalu meneteskan air mata. Nyonya Miranda yang mengetahuinya menjadi tak tega.
"Sudah suamiku. Tenangkan dirimu. Jangan membentak Sherly seperti itu. Kasihan, dia kan sedang mengandung cucu kita, calon pewaris dari keluarga Austin," ucap Nyonya Miranda berusaha menenangkan suaminya.
Tuan Husein hanya diam sambil memijat pelipis kepalanya. Marco segera mengambil ponselnya dan menghubungi Helena. Namun tidak bisa, karena Helena sudah memblokir nomor Marco. Marco membanting ponselnya ke sofa. Lalu dia pergi ke kamar Helena meninggalkan Sherly dan kedua orang tuanya yang masih berada di ruangan itu. Marco membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang dulu menjadi ranjang mereka. Marco memeluk bantal dan guling bekas Helena dan menghirup aroma tubuh Helena yang masih tertinggal di sana. Marco menangis, dia sangat menyesal telah menyakiti Helena, wanita yang sangat dia cintai.
Bersambung...
Baca juga baca novel pertama author :
"Menikahi Ayah Dari Anak GENIUSKU"
Jangan lupa selalu dukung author dengan :
💫Tinggalkan comment
💫Tinggalkan like
💫Tinggalkan vote
💫Klik favorite
Terima kasih🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Zieya🖤
nangis aja sampai abad yang akan datang....
2023-12-22
1
Sunarti
haaalllaaah dsr emang kamu nya aja.. pura " pasti nyesel nya
2022-10-30
1
Dian Susantie
halah.. nyesel kok diterusin kuda2an mulu ama pelakor lu.. 🤑🤑🤑
2022-09-16
1