Emily Michaela White adalah gadis berdarah Jerman, dan teman kuliah Helena dengan jurusan yang sama dengan yaitu Kedokteran. Dan keduanya pun menyelesaikan kuliah di waktu yang bersamaan. Sejak pertama kali berkenalan, keduanya langsung dekat dan akrab. Bahkan apartemen tempat mereka tinggal juga berdampingan.
Kedua orang tua Emily telah bercerai, dan sekarang sudah memiliki pasangan masing-masing. Ayahnya, Tuan Andrew White menikah dengan Anne Silvya. Sedangkan ibunya Nyonya Lily Mendez menikah dengan Tuan Thomas Abraham. Emily memiliki dua orang adik laki-laki dari hasil pernikahan kedua orang tuanya dengan pasangan mereka masing-masing, Neil Alden Abraham dan Michael White. Meskipun begitu, Emily tidak pernah kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Bahkan keluarga baru dari ayah dan ibunya sangat menyayanginya.
Saat ini, Emily mengajak Helena menuju sebuah klinik dan salon kecantikan, bernama "Diamond Skincare". Helena mengerutkan dahinya heran.
"Kau mau melakukan perawatan, Em?" tanya Helena.
"Bukan hanya aku, tapi kita. Saatnya kau memanjakan dirimu sayang. Lagi pula ini klinik milik Aunty Anne," jawab Emily.
"Aunty Anne, istri Daddymu?" tanya Helena.
"Yups. Aunty Anne, ibu tiriku. Aunty Anne membuka klinik kecantikan ini juga berkat bantuanmu juga, karena modal yang pernah kau pinjamkan dulu," terang Emily.
Helena dan Emily masuk ke dalam klinik. Nyonya Anne menyambut kedatangan mereka dengan ramah.
"Apa kabar anak cantikku? Mengapa kau tidak memberitahu Aunty dan Daddy kalau pulang ke Jerman sayang? Kami sangat merindukanmu sayang?" ucap Nyonya Anne sambil memeluk Emily.
"Kabar Emily baik Aunty. Emily baru tiba kemarin. Nanti Emily akan menjenguk kalian ke mansion Daddy," jawab Emily.
"Baiklah sayang," ucap Nyonya Anne.
"Hai, Aunty cantik," sapa Helena sambil tersenyum.
"Helena sayang. Kau juga datang. Sini peluk aunty dulu," seru Nyonya Anne.
"Aunty dengar kau sudah menikah. Bagaimana pernikahanmu sayang? Apa suamimu tampan? Aunty penasaran sekali," tanya Nyonya Anne.
Helena hanya memberikan senyum terpaksa.
"Jangan tanyakan itu Aunty. Suami Helena itu pria yang b******k. Dia berselingkuh dan kemarin keduanya melangsungkan pernikahan. Tapi dia tidak mau menceraikan Helena. Benar-benar pria yang tidak tahu malu," ucap Emily kesal.
"Ya Tuhan. Aunty turut sedih ya sayang. Tapi saran aunty kau tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan. Kau harus tetap semangat dan tunjukkan pada mereka bahwa kau adalah wanita yang kuat. Dan masih banyak orang yang menyayangimu, Helen," tutur Nyonya Anne sambil memberikan pelukan hangat pada Helena.
"Terima kasih Aunty," ucap Helena.
"Aunty, kami ingin melakukan perawatan sekarang," ucap Emily.
"Okey. Siap sayang. Kalian akan mendapatkan perawatan yang terbaik dari ujung rambut sampai ujung kaki," ujar Nyonya Anne.
Nyonya Anne memanggil salah satu pegawainya.
"Jessy. Tolong berikan perawatan terbaik untuk putri cantikku dan sahabatnya," perintah Nyonya Anne.
"Baik Nyonya. Mari nona silakan kalian ikut saya," jawab Jessy.
Helena dan Emily segera mengikuti Jessy menuju ruang perawatan. Mereka berdua benar-benar merasa dimanjakan di sana. Setelah melakukan perawatan selama beberapa jam, Helena dan Emily merasa tubuh mereka lebih segar dan releks.
"Bagaimana? Apa kalian puas dengan pelayanan di sini, sayang?" tanya Nyonya Anne sambil menghampiri Helena dan Emily yang sedang duduk santai di ruang tamu klinik tersebut.
"Selalu memuaskan Aunty. Terima kasih," jawab Emily.
"Tidak perlu berterima kasih sayang. Kapan pun kalian mau melakukan perawatan, langsung saja datang ke sini," sahut Nyonya Anne.
"Oh iya, Helena. Sudah lama Aunty ingin memberikan kartu ini padamu," ucap Nyonya Anne sambil menyerahkan sebuah black card kepada Helena.
"Black card?" tanya Helena tak mengerti.
"Iya sayang. Ini adalah milikmu. Kamu masih ingat dulu kau memberi bantuan modal untuk Aunty membuka usaha dan hasilnya akan kita bagi. Bisa dibilang kamu adalah investor dari klinik kecantikan "Diamond Skincare" ini. Di dalam black card ini adalah hasil dari pembagian keuntungan dari klinik ini yang menjadi hak kamu," terang Nyonya Anne.
Helena dan Emily membelalakkan mata mereka.
"Aunty serius?" tanya Emily.
"Serius sayang," jawab Nyonya Anne.
Helena menatap black card yang berada di tangannya adalah black card unlimited, yang pastinya nominalnya fantastis.
"Dan passwordnya adalah tanggal lahirmu. Aunty dulu pernah menanyakannya pada Emily," ucap Nyonya Anne.
"Terima kasih banyak Aunty," ucap Helena senang bercampur haru.
"Sama-sama sayang. Dan Aunty minta nomor rekeningmu mungkin jika nantinya kau ingin penghasilan selanjutnya ditransfer ke sana," ujar Nyonya Anne.
Helena hanya menganggukkan kepalanya.
"Maaf Aunty, apa aku bisa membeli sebuah mobil dengan black card ini?" tanya Helena sedikit malu.
"Tentu saja sayang. Bahkan kau bisa membawa pulang Ferrari atau Lamborghini," jawab Nyonya Anne.
Helena dan Emily membulatkan mata mereka. Tak selang berapa lama, Helena dan Emily meninggalkan klinik "Diamond Skincare".
"Apa kita langsung menuju dealer mobil sekarang, Yang Mulia?" goda Emily.
"Tentu saja," jawab Helena.
Keduanya langsung tertawa.
"Apa kau tahu Em? Aku senang sekali akhirnya aku bisa memiliki penghasilan sendiri bahkan sebesar ini dari hasil kerjasama dengan Aunty Anne," ucap Helena.
"Terlihat sekali dari wajahmu, Helen. Padahal kau itu terlahir dari keluarga kaya raya, pemilik HH Corps., yang pasti tak kan kekurangan uang. Tapi selama aku mengenalmu, kau tidak pernah menunjukkannya. Kau selalu hidup dengan sederhana. Bahkan jika kau mau, kau bisa tinggal minta mobil apapun yang kau inginkan tanpa bersusah payah," kata Emily sambil tersenyum.
"Sejak kecil keluargaku, terutama Daddy dan Mommy selalu mengajarkan kepadaku dan adikku supaya kami belajar hidup sederhana meskipun selama ini kami tidak pernah kekurangan. Kami juga dididik untuk selalu bersyukur atas semua nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Jika ingin mendapatkan apa yang kami inginkan, kami harus berusaha," ucap Helena.
"Aku senang dan bangga memiliki sahabat sepertimu," ucap Emily tulus.
"Aku juga. Aku berharap kita akan selalu bersahabat ya Em. Aku tidak ingin kehilangan sahabat baikku lagi," ucap Helena.
Emily mengangkat jempol tangan kanannya sambil tersenyum.
Satu minggu kemudian, sebuah mobil sport berwarna hitam memasuki mansion Marco dan diparkir di depan mansion. Helena turun dari dalam mobilnya dengan anggun. Helena melihat ada mobil Marco dan mertuanya sudah terparkir di sana.
"Sepertinya mereka sudah kembali dari bulan madu. Ketenangan hidupku akan terusik lagi," gumam Helena sambil menghela napas kasar.
Helena segera masuk ke dalam mansion sambil mententeng beberapa tas belanjaannya. Helena baru pulang dari kegiatan shoppingnya bersama Emily. Di dalam ruang keluarga sudah berkumpul Marco, Sherly dan orang tua Marco.
"Assalamualaikum. Hai semuanya," sapa Helena.
"Waalaikumsalam," jawab Marco.
"Kau dari mana saja Helena? Mengapa kau tidak berada di rumah?" tanya Marco kesal.
Helena menghempaskan tubuhnya di atas sofa dan menaruh tas belanjaannya di lantai dekat sofa.
"Aku tadi pergi shopping bersama Emily, karena aku bosan berada di rumah yang sepi," jawab Helena.
"Kau belanja sebanyak ini?" tanya Marco.
"Iya," jawab Helena sambil mengangguk.
"Lihatlah suamiku. Istri pertamamu ini senang sekali menghamburkan uang hasil jerih payahmu," sahut Sherly yang merasa iri melihat semua barang belanjaan Helena adalah barang branded yang mahal.
"Kamu keterlaluan Helena. Marco bekerja dengan keras, dan kau seenaknya menggunakan uang untuk berbelanja barang semahal ini," ucap Nyonya Miranda kesal.
Helena tersenyum.
"Aku memang berbelanja barang-barang mahal dan menghamburkan uang. Karena yang aku hamburkan adalah uangku sendiri. Aku tidak mengambil sepeserpun uang suamiku," ucap Helena sambil menunjukkan black cardnya.
Semua yang berada di sana membelalakkan matanya.
"Dari mana kau mendapatkan black card itu? Apa kau memintanya kepada Daddymu?" tanya Marco penasaran.
"Aku bukan anak manja yang harus meminta terus kepada orang tuaku setelah menikah. Aku dulu pernah cerita kan padamu, pada saat aku masih kuliah aku menginvestasikan uang tabunganku untuk usaha ibu tirinya Emily. Dan inilah hasilnya. Puji syukur usaha klinik kecantikan Aunty Anne berkembang dengan pesat, sehingga hasil yang aku dapatkan juga fantastis," jawab Helena sambil tersenyum bangga.
"Sudah jelas kan kalau Helena bukanlah wanita yang suka menghamburkan uang suaminya, karena Helena bukanlah wanita murahan yang bisanya hanya mengemis uang pada seorang pria," ucap Helena sambil menatap ke arah Sherly.
"Kau?!" seru Sherly tak terima.
"Kalau begitu aku permisi dulu, aku lelah dan ingin istirahat," ucap Helena.
Helena langsung bangkit dari duduknya lalu mengambil tas belanjaannya dan melenggang pergi meninggalkan ruang keluarga menuju kamarnya. Helena sudah malas bertatap muka dengan mereka.
"Kau lihat sendiri kelakuan istrimu itu Marco. Dia bahkan sudah tidak menghargai kamu sebagai suaminya dan kami sebagai mertuanya," ucap Nyonya Miranda penuh emosi.
Marco hanya diam saja.
"Sudahlah Ma. Jangan emosi, nanti Mama bisa sakit," ucap Sherly perhatian.
"Iya sayang. Mama hanya kesal saja pada Helena," ucap Nyonya Miranda sambil menggenggam tangan Sherly.
Pernikahan Marco dan Sherly sudah berjalan selama dua minggu. Marco hampir tidak pernah berada di mansion dan menghabiskan waktunya bersama Sherly dengan alasan kandungan Sherly sedikit bermasalah dan butuh perhatian lebih.
"Selamat malam sayang," sapa Marco.
"Tumben kamu pulang ke sini? Aku pikir kamu sudah lupa arah jalan ke mansion ini," ketus Helena.
"Aku minta maaf sayang jika selama ini aku sering pulang ke apartemen Sherly dari pada ke sini. Kau tahu kan kandungan Sherly semakin besar, sehingga dia membutuhkan perhatian yang lebih. Sekarang Mama menginap di tempat Sherly, sehingga aku bisa pulang ke sini. Aku sangat merindukanmu, Helen. Apa kau tidak merindukanku?" ucap Marco sambil mendekat dan berusaha memeluk Helena.
"Berhenti Marco. Ingat janjimu," bentak Helena.
"Ayolah sayang. Aku merindukan pelukanmu," mohon Marco.
"Sekali tidak tetap tidak!" tegas Helena.
Marco menghela napas panjang.
"Baiklah. Apa kau sudah makan malam? Karena aku belum makan malam. Aku merindukan masakanmu," tanya Marco.
"Kebetulan aku belum makan," jawab Helena.
Helena dan Marco segera menuju ruang makan. Sebelumnya Helena memang sudah memasak menu makan malam. Helena memang hobi memasak. Helena mengambil piring dan menuangkan makanan untuk Marco, bagaimana pun juga Marco masih berstatus sebagai suaminya. Marco bahagia sekali Helena mau melayaninya seperti dulu. Keduanya pun menikmati santapan makan malam mereka dengan tenang dan tanpa bersuara.
Tiba-tiba ponsel Marco berbunyi, dan ada panggilan masuk dari ibunya, Nyonya Miranda.
"Halo, ada apa Ma?" tanya Marco.
"Apa? Sherly jatuh terpeleset di kamar mandi. Baiklah Marco akan segera ke sana," ucap Marco lalu mematikan panggilan telponnya.
Helena mengerutkan dahinya.
"Helena sayang, aku minta maaf. Aku harus segera ke apartemen Sherly, dia terjatuh di kamar mandi. Aku takut terjadi apa-apa dengan bayi dalam kandungannya," ucap Marco.
Marco segera berlari dan masuk ke dalam mobilnya lalu melajukannya dengan kencang menuju apartemen Sherly. Sedangkan Helena hanya menghela napas. Tapi dalam hati dia tetap mendoakan semoga bayi dalam kandungan Sherly tetap sehat, karena bayi itu tidak berdosa. Helena segera membereskan meja makan, lalu masuk ke dalam kamarnya.
Keesokan paginya Helena dikagetkan dengan kedatangan Marco bersama Sherly dan Nyonya Miranda sambil membawa beberapa koper baju.
"Ada apa ini?" tanya Helena.
"Sayang, aku mau bilang jika mulai sekarang Sherly akan tinggal di sini bersama kita," jawab Marco sedikit ragu.
"Tapi kita sudah membahas tentang masalah ini sebelumnya. Dan kau sudah berjanji tidak akan membawa wanita ini tinggal di mansion ini," ucap Helena tak terima.
"Cukup Helena. Mansion ini milik Marco. Sherly juga istri Marco. Yang artinya dia juga berhak tinggal di sini," bentak Nyonya Miranda.
"Aku minta maaf sayang jika aku tidak bisa menepati janjiku. Aku mohon ini demi kebaikan calon bayiku," mohon Marco.
"Baiklah. Jika dia tinggal di sini, maka aku yang kan pergi dari sini," ucap Helena.
"Helena jangan seperti itu. Aku minta maaf jika keberadaanku di sini membuatmu tidak nyaman. Aku mohon demi anakku ijinkan aku tinggal di sini hanya sampai bayiku lahir. Setelah itu aku akan pergi dari sini," ucap Sherly memelas.
"Kau tidak perlu memelas seperti itu sayang. Kau juga berhak tinggal di sini," ucap Nyonya Miranda tak terima.
Sherly langsung berdiri dan menghampiri Helena, dia memegang tangan Helena dengan tatapan memohon. Helena menarik tangannya. Sherly memanfaatkannya dengan pura-pura terjatuh seolah Helena sedang mendorongnya.
"Sherly!" teriak Marco dan Nyonya Miranda.
Nyonya Miranda segera berlari dan membantu Sherly untuk berdiri. Sedangkan Marco menghampiri Helena dengan penuh emosi.
Plak!!!
Marco menampar Helena dengan keras.
"Beraninya kau ingin mencelakai anakku?" bentak Marco.
"Aku tidak melakukannya, Marco. Dia jatuh sendiri," elak Helena.
"Cukup Helen, jangan mencoba membuat kebohongan untuk menutupi kesalahanmu!" teriak Marco.
"Terserah Marco. Tapi Tuhan tahu jika aku tidak bersalah!" bentak Helena.
Helena segera berlari dan masuk ke dalam kamar lalu menguncinya. Sherly tersenyum bahagia karena rencananya berhasil membuat Marco marah dan mereka pun bertengkar.
Bersambung...
Baca juga baca novel pertama author :
"Menikahi Ayah Dari Anak GENIUSKU"
Jangan lupa selalu dukung author dengan :
💫Tinggalkan comment
💫Tinggalkan like
💫Tinggalkan vote
💫Klik favorite
Terima kasih🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
Andrew white bukannya sama Nana mirdad wkwk
2024-03-23
1
Sunarti
Marco yg di bodoh i Sherly yg di kandung bkn anakmu
2022-10-30
1
Dian Susantie
ya.. ya.. emang begitulah kelakuan pelakor.. 😈😈😈
2022-09-16
0