Alena mengendarai motor sportnya membelah jalan raya. Gadis itu sudah telat, namun mau tidak mau harus berangkat ke sekolah karena jika masih di rumah pasti kena omel Maminya. Wanita itu akan dapat laporan jika Alena tidak berangkat sekolah dari para pelayan yang ada di rumah.
Gerbang sekolah terbuka.
"Makasih Pak." Katanya pada satpam kemudian masuk ke dalam.
Seperti dugaan Alena sampai di sekolah sudah telat. Daripada di hukum Ia lebih baik membolos. Ia akan menghabiskan waktu untuk bersantai sambil mendengarkan musik di roftop.
Alena duduk di bangku sambil memasang earphone nya. Ia memejamkan mata menikmati angin semilir yang begitu menenangkan. Sangat tenang meskipun yang didengarkan adalah musik aliran metal. Suasana sepi mampu membuat Alena tenang. Jujur, Ia tak terlalu suka keramaian dan berbaur dengan orang banyak. Begitu malas karena Ia tidak menjadi dirinya sendiri.
"Heh." Tepukan pada bahunya membuat Alena membuka mata.
"Kamu." Katanya sambil melepas earphone yang ada di telinganya.
"Bolos juga?"
"Iya. Aku nggak suka pelajaran sejarah. Apalagi pak Arga."
"Nggak suka gurunya atau pelajarannya?" Tanya Alena tanpa menoleh. Ia tau cowok yang ada di sampingnya mempunyai problem yang sama dengannya.
"Dua duanya. Aku tidak suka pelajaran maupun yang mengajar."
"Kenapa?"
"Pak Arga terlalu disiplin dan pelajarannya terlalu membosankan."
"Kalo kamu?" Bara balik bertanya.
"Aku nggak suka pelajaran itu."
"Kalo gurunya."
"Biasa saja."
"Dia dikagumi siswi disini."
"Aku tau. Aku tidak termasuk."
"Lalu Cowok yang kamu suka seperti apa?"
"Tidak ada dan tidak tau. Aku tidak memikirkan itu."
"Oh. Aku lihat tadi kamu naik motor sport."
"Ya."
"Kamu suka balapan? aku lihat kamu bukan orang amatiran."
"Ketika masih di new York. Sekarang disini nggak punya teman. Jadi tidak balapan lagi."
"Oh. Aku sering balapan."
"Benarkah?"
"Iya. Nanti juga. Kamu mau lihat?"
"Boleh."
"Baiklah aku jemput."
"Aku tunggu di forest cafe."
"Ok." Kata Bara sangat senang.
Arga sedaritadi menjelaskan materi sambil menunggu Alena namun gadis itu tidak muncul hingga jam pelajarannya hampir habis.
"Baiklah. Materi hari ini cukup. Kerjakan halaman 23 sampai 25 besok di kumpulkan."
"Baik pak." Jawab mereka.
"Selamat siang."
"Siang pak." Sampai Arga meninggalkan kelas namun Alena belum muncul juga.
Alena tengah berada di kantin bersama Bara dan dua teman lainnya yang baru Ia kenal.
Jefri dan Vino tengah mengamati kedua orang yang tengah makan itu.
"Kalian nggak makan?"
"Makan kok. Ini mau makan."
"Len."
"Hm."
"Suka bakso ya."
"Iya."
"Pantes kamu makannya lahap banget."
"Kamu suka jengkol nggak?"
"Apa tuh?"
"Enak pokoknya. Nanti kamu ikut ke balapan kan? aku bawain."
"Iya deh."
"Heh Jef. Jangan macam macam kamu."
"Kalo Lena pengen coba ya biarin."
"Kenapa sih?"
"Nggak papa. Enggak enak Len. Jangan mau."
"Ga papa. Bawa aja. Aku coba kok."
"Ok Len. Semur jengkol bikinan Bunda aku enak banget. Rugi kamu nggak coba." Kata Jefri bangga.
"Ternyata disini." Gumam Arga saat melihat Lena tengah makan diantara para pengeran sekolah.
Lena mendengar suara ribut dari toilet cewek. Ia kemudian masuk dan mendapati tiga siswi waktu itu membully Fani lagi.
"Fan." Lena berlari menangkap tubuh Fani yang sedang di dorong.
"Makasih Len."
"Ya."
"Kalian nggak ada kapok kapoknya ya."
"Kamu jangan ikut campur. Ini urusan kita."
"Oh begitu." Lena menampar ketiganya. Ketika hendak membalas Ia dengan cepat mendorong mereka hingga jatuh tersungkur.
Lena membawa Fani untuk pergi dari sana.
"Makasih Len."
"Hm. Kamu nggak papa kan?"
"Enggak. Aku baik baik aja."
Sorang gadis cantik dan tiga gadis lainnya tengah diomeli wali kelas.
"Lena kenapa kamu tampar dan dorong mereka?"
"Mereka membully teman saya pak."
"Apa benar Andin, Fita dan Sella?"
"Tidak pak Arga. Itu tidak benar."
"Damn, you guys are lying (Sialan. Kalian berbohong.)" Umpat Lena di depan mereka semua.
"Cukup. Ini surat panggilan orang tua untuk kalian." Arga memberi mereka surat.
"Sekarang. Kembali ke kelas. Dan untuk Lena tetap disini."
"Baik pak."
"Duduk."
Lena duduk sesuai perintah Arga.
"Kamu kenapa bolos hari ini di mata pelajaran saya?"
"pertama. Saya telat, Daripada di hukum lebih baik bolos. Kedua, Saya nggak ngerti pelajaran sejarah. Saya bosan pak."
"Sekarang baca dan kerjakan disini. Saya tunggu."
"Tapi pak..."
"Tidak ada bantahan Lena."
Alena mulai membaca dan mengerjakan soal soalnya.
"Bisa melihatmu aku bahagia Alena." gumam Arga tak berhenti menatap gadis yang tengah fokus itu.
Alena, Bara, Jef dan Vino tengah duduk bersama. Ini sudah pukul 12 malam namun ketiganya belum juga pulang. Bara keluar sebagai pemenang dalam balapan kali ini.
Mereka merayakannya dengan makan bersama.
"Siapa tadi yang bawa jengkol."
"Aku. Ini cobalah."
Lena mengambil satu dan memakannya.
"Ih. Nggak enak."
"Kan aku sudah bilang. Minum dulu."Kata Bara. Lena langsung meneguk minumannya.
"Dasar Jefri."
"Ya maap."
"Kamu nggak dimarahin jam segini belum pulang?"
"Orang tua aku sibuk. Mereka mana peduli."
"Sama." Kata Bara menyahuti.
"Mereka sibuk kerja dan menelantarkan anaknya. Aku dari kecil hidup sama pengasuh."
"Aku dari kecil hidup sama nenek. Mereka sibuk menimbun harta."
"Kalian senasib." Kata Vino dibalas anggukan oleh keduanya.
Lena pulang diantar Bara sampai depan komplek. Itu kemauan Lena karena takut identitasnya akan di ketahui. Ia menatap surat panggilan orang tua yang masih ada di meja ruang tengah. Ia tadi mendapat pesan dari Papi dan Maminya jika yang akan datang adalah Asisten Papinya. Karena kemarin Mami dan Papi Alena bilang ada urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan. Gadis itu berjalan menuju kamarnya untuk istirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Huang jiahong
semoga Arga bisa cepat selamat Alena ya thor semoga,,jgn sampai Alena masuk kelingkungan liar,,,🙏🙏🙏🙏
2021-12-30
0