Dilema Cinta

Samantha menyenderkan kepalanya di tiang ayunan taman belakang rumah. Taman ini sengaja dibuat oleh suaminya untuk mewujudkan mimpi Samantha yang ingin mempunyai rumah yang nyaman dengan taman belakang tempat bermain bersama anak-anaknya. Si kecil Rheinna dan kakaknya Sheilla berlarian di sepanjang taman. Terlihat mereka sangat menikmati kebersamaan dengan ibunya yang jarang bersantai dirumah. Samantha memang terlalu menghabiskan waktu di klinik tempatnya bekerja. Bahkan kadang ia harus mengambil shift doubel untuk menggantikan rekannya.

Pagi ini Samantha ingin menghabiskan waktunya dengan kedua putrinya. Suaminya yang memiliki acara lain dengan teman-temannya tadi serius meminta maaf pada Samantha karena tidak bisa menemani mereka. Samantha tidak terlalu ambil pusing dengan ketidakhadiran suaminya disaat hari liburnya. Sejak pacaran dulu Samantha memang sudah seperti itu, bahkan Devan sering merasa tidak enak sendiri karena Samantha tidak pernah menuntut apapun dari dia seperti yang biasa dikeluhkan teman-temannya yang pacarnya selalu harus ditemani.

Waktu libur Samantha hari ini tidak seperti hari-hari sebelumnya yang biasanya ia nikmati dengan gembira. Ia memang bahagia bisa berkumpul bersama kedua putrinya, tapi sayangnya ada satu beban yang mengganjal di hati. Peristiwa saat malam dua hari yang lalu di klinik membuat Samantha tidak bisa berkonsentrasi penuh pada kedua putrinya. Bahkan sejak pulang jaga kemarin pagi Samantha tidak berbicara dan bersenda gurau dengan Devan, suaminya. Devan memang sedikit bertanya, tapi Samantha berdalih bahwa ia lelah dan kurang tidur. Ada rasa sedih dan menyesal di hatinya telah berani membohongi laki-laki sebaik Devan. Walaupun malam itu tidak terjadi apa-apa dengannya dan dokter Alan, tapi beberapa menit ciuman itu membuatnya merasa bersalah. Menyisakan rasa menyesal yang tidak bisa ia perbaiki.

" Ma...hp mama dari tadi bunyi lho.." seru si sulung Sheilla menyadarkan ibunya dari lamunan.

" Eh iya sayang...maaf ya mama agak mengantuk jadi nggak konsen " jawab Samantha sambil mengusap rambut putrinya. Sheilla tersenyum dan kembali bermain bersama adiknya.

Samantha melihat layar hpnya, ada 4 panggilan tak terjawab yang tidak ia dengar sama sekali.

" Aku melamun sedalam itu... seperti mimpi.." gumamnya pelan. Tiga panggilan telepon dari dokter Alan, dan satu panggilan dari suaminya.

Samantha segera menghapus riwayat panggilan dari dokter Alan. Dia merutuki dirinya kenapa harus terseret dalam lingkaran hubungan dengan dokter Alan. Setahu Samantha beberapa bulan lagi dokter Alan akan menikah dengan dokter Lina.

"Lalu apa ini Samantha...kamu ini buat masalah aja... harus diakhiri...diakhiri.." gumam Samantha sambil menjitak kepalanya sendiri. Pandangannya beralih pada kedua putrinya di taman, betapa bahagia dan bebasnya perasaannya dulu. Walau mungkin ada masalah tapi Samantha merasa bisa melaluinya karena ia merasa ada suami dan anak-anak yang mendukungnya. Tapi sekarang, apa yang telah ia lakukan. Samantha tidak bisa meninggalkan beban perasaan menyesal itu karena saat ini justru dialah yang telah mengkhianati keluarganya. Tanpa sadar Samantha menitikkan air mata dan tersadar betapa lemahnya perasaannya selama ini. Sehingga dengan begitu mudahnya terhanyut pada perasaan terlarang bersama dokter Alan. Hari ini hatinya telah membuat satu keputusan. Menjauh dari dokter Alan. Ataupun kalau cara itu tidak bisa, ia akan mengajukan resign dari klinik.

Pagi ini Samantha berencana menilik ulang jadwal jaga. Dia berencana untuk bicara pada staf admin klinik untuk mengatur ulang jadwalnya. Tentu saja dengan perencanaan matang yang sudah Samantha pikirkan semalam suntuk. Ia bertekad menjauh dari dokter Alan dengan cara atur ulang jadwal agar satu kalipun tidak pernah ada shift yang sama dengan dokter Alan. Hal ini harus ia lakukan untuk menghentikan semua kegundahan hatinya dan rasa menyesal yang terus mengikutinya.

Samantha tersenyum puas keluar dari ruang staf klinik. Rekan-rekan admin dengan senang hati membantunya. Samantha memberikan alasan yang bisa meyakinkan mereka, dan tentu saja tanpa menyebutkan nama dokter Alan. Di koridor ia bertemu dengan Ibu Direktur klinik, yang tak lain adalah mamanya dokter Alan. Samantha menyapa dengan sopan dan hormat, namun balasan yang ia terima adalah sorot mata yang sombong dan seolah tidak suka pada Samantha. Lama Samantha terdiam di tempat hingga mama dokter Alan hilang dari pandangan. Perasaannya menangkap ada situasi tidak bagus yang akan menghampirinya. Namun Samantha berusaha mengabaikan perasaan itu dan melupakannya.

Sore ini Samantha ada janji pulang lebih awal pada Devan, suaminya. Mereka akan merayakan anniversary pernikahan mereka yang ke 10 tahun. Jika dipikirkan dengan seksama, betapa jauh terpaut umur Samantha dan dokter Alan. Bahkan Samantha sudah punya dua putri kecil. Si sulung Sheilla bahkan sudah menginjak bangku kelas 3 SD. Samantha menarik nafas panjang. Entah apa yang ada di pikiran dokter Alan tentangnya hingga sangat ingin bersamanya. Samantha memang dikenal sebagai wanita yang anggun dan sederhana. Hanya dengan penampilannya yang apa adanya sudah membuat banyak pria mengaguminya. Dan tidak sedikit yang akhirnya menjadi pengagum rahasia seorang Samantha. Namun Samantha tetap teguh sebagai sebagai seorang istri dan ibu dua orang putri. Dia adalah tipe wanita yang berprinsip dan setia. Itulah sebabnya kenapa Samantha begitu terpuruk pada penyesalan atas apa yang telah terjadi antara dia dan dokter Alan beberapa waktu lalu. Bagi beberapa wanita mungkin kejadian itu adalah hal yang sederhana. Bahkan mungkin beberapa teman akan mengoloknya bilamana mereka tahu Samantha menyesal berlarut-larut hanya karena sebuah ciuman. Tapi tidak demikian bagi Samantha. Ia merasa sudah menghianati kepercayaan sang suami. Ia merasa dinding kesetiaan yang dia bangun setinggi dan sekokoh itu sudah ia hancurkan dalam semalam. Samantha tidak mengerti kenapa Tuhan mengujinya dengan dilema cinta seperti ini. Satu hal yang dulu tidak pernah terlintas di benaknya dan mustahil akan terjadi padanya, jatuh cinta lagi.

Suara lagu membuyarkan lamunannya. Ia mengingat-ingat syair lagu yang terasa familiar di telinganya. Lagu Kala Cinta Menggoda nya Alm.Chrisye. Lagu yang alunan nadanya begitu manis dan Samantha suka dari dulu. Ia mencari-cari arah asal suara lagu itu.

" Jaman sekarang anak muda dengerin lagu ini sungguh luar biasa. Berarti mereka ngerti lagu yang bagus itu seperti apa..." gumam Samantha. Ia melangkah menuju arah suara lagu dan akhirnya langkahnya terhenti setelah melihat tampilan di depannya. Ya, dokter Alan.

Dengan tatapan teduh yang bahkan tak berkedip, dokter Alan menatap Samantha yang sekarang berdiri didepannya. Samantha ingin lari dari tempat itu tapi kakinya terasa berat.

Sementara dokter Alan terus menatapnya tanpa kata. Dengan menguatkan hati akhirnya Samantha mampu berbalik arah dan mulai melangkah menjauh.

" Tha..aku tunggu kamu di gazebo malam ini..." seru dokter Alan saat Samantha sudah mulai melangkah untuk pergi.

Langkah Samantha terhenti. Dengan sisa kekuatan yang masih ada ia mencoba menjawab.

"Ma..af dok, saya tidak bisa. Malam ini saya ada acara.." jawabnya lesu.

Mendadak kakinya kembali terasa berat saat mendengar langkah kaki dokter Alan mendekatinya. Hingga akhirnya dokter Alan sudah berdiri tepat di belakangnya.

" Acara dengan siapa? Suamimu?.." tanya dokter Alan getir.

"Ya.." jawab Samantha singkat dan segera beranjak dari tempat itu. Tapi dokter Alan dengan cepat kembali bisa menangkap pergelangan tangan Samantha. Hingga sebuah suara memecahkan keheningan diantara mereka berdua. Sebuah suara nyaring yang dikenal Samantha. Dokter Lina, tunangan dokter Alan.

"Yank..kamu disini? Ngapain? Itu dicariin mama kamu lho dari tadi. Belum makan siang kan? Yukk.." ujar dokter Lina sambil menggelendot manja di lengan dokter Alan.

Perlahan dokter Alan melepaskan genggaman tangannya di pergelangan tangan Samantha. Samantha mengangguk tipis dan tersenyum pada dokter Lina.

"Saya permisi, dok.." ucap Samantha dibalas dengan senyum dan anggukan kecil oleh dokter Lina. Samantha mempercepat langkahnya, namun sayup-sayup masih terdengar suara manja dokter Lina. Samantha merasa ada yang tidak biasa di dadanya.

"Mengapa hatiku sakit melihat dokter Alan bersama dokter Lina tadi..kenapa aku...apa yang sudah terjadi padaku.." rutuk Samantha dalam hati. Ia melangkah gontai menuju parkiran motor dan bersiap untuk pulang menemui suaminya.

" Bersiaplah untuk berlabuh pada dermagamu yang sesungguhnya, Samantha. Ia hidupmu..cinta dan segalanya...ia Devan suamimu.." gumamnya kembali dalam hati.

Samantha merasa hatinya saat ini seperti perahu karam yang tak tentu arah tujuan. Sebesar apapun ia berusaha mengalihkan perhatian namun tetap saja wajah dokter Alan terus membayang di pelupuk matanya.

Cinta datang begitu saja di hatinya tanpa permisi dan mengubah desain hatinya yang telah lama tertata.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!