Segera dia memakai kaos oblong, menyisir rambut dan memakai skincare malam. Masalah menjaga penampilan Ken nomor satu. Karena dia adalah seorang CEO muda di Kantor miliknya yaitu PT Petra Corp.
…………………………………..
Di rumah Dera
Jam dinding menunjukkan pukul 20.00.
kringggg... kringgg... Bunyi bel rumah.
“Iya, tunggu sebentar” ucapnya dari kamar dan berlari membuka pintu.
Tak lama kemudian ternyata yang pulang Ayah dan Ibunya.
“Assalamualaikum Nak, Dera. Ko pintunya di kunci, bagaimana kami bisa masuk Nak” ujar Lestari dan Feri yang berdiri di depan pintu dengan membawa beberapa makanan.
“Waalaikumsalam Ibu, Ayah. Kalian dari mana? Dera nungguin dari tadi gak pulang-pulang. Itu apa yang dibawa Ayah?” rentetan tanya Dera membuat Lestari cekikikan tentang tingkahnya yang seperti anak kecil.
“Ayah dan Ibu dari hajatan tetangga samping yang nikah Nak, itu lho anaknya Pak Nino” lugas ayahku.
“Owalah oke. Ayo yah, bu masuk”
Ucap Dera mempersilahkan orang tuanya terlebih dahulu. Tapi tiba-tiba...
“Nak, bagaimana hubunganmu dengan Nak Bagas? kapan kalian nikah?” celetuk Feri. Karena setahunya Dera menjalin kasih dengan Bagas. Dan Feri tahu betul bahwa anaknya sangat menyayangi Bagas.
Siap ga siap, Dera harus menceritakan pada keluarganya. Dia pun tidak ingin menyakiti dan membuat keluarganya berharap dengan pria yang kini siap untuk menerima calon istri pilihan dari orang tuanya.
“Yah, maaf…Dera dan Bagas tidak bisa melanjutkan hubungan kita. Ada permasalahan yang tidak ketemu jalan tengahnya sehingga kami memutuskan untuk menyudahi hubungan ini. Maaf ya, Ayah dan Ibu pasti kecewa dengan keputusan kami. Tapi Dera janji untuk segera lulus kuliah terus cari pacar deh” ujar Dera sebagai penenang hati orang tuanya serta memegang erat tangan mereka.
Aku berusaha menguatkan walau pada akhirnya aku pun hancur dengan hubunganku yang berakhir dengan kata pisah.
“Jika memang ini jalan terbaik, kami mendukung apapun keputusanmu nak, selagi kamu bahagia kami ikut bahagia. Ya kan Yah" peluk dari ibu yang menguatkan anaknya.
"Ya Bu. Mungkin kalian tidak berjodoh. Semoga saja Tuhan mengirimkan pria terbaik untukmu Nak" harap dari Ayah Dera.
Sebenarnya hubungan ku dan Bagas sudah didukung oleh keluargaku. Ayah dan Ibu sudah mengetahui segala permasalahan di hubungan kami. Mulai dari permasalahan sepele hingga permasalahan sebesar apapun. Pada prinsipnya, aku harus menceritakan apapun pada orang tua, karena jalan ku ada di ridhonya orang tua. Itulah prinsip yang ku pegang. Batin Dera menguatkan diri sendiri.
"Kalau begitu jika ada lelaki yang mendekatimu, jangan ditolak ya. Dijalani saja dulu" pesan Ayah yang khawatir jika anaknya akan jadi perawan tua.
“Ya Nak, semua demi kebaikanmu. Besok kalau sudah punya pacar, jangan lupa kenalin ke kita ya Nak. Sudah ayo makan dulu, terus habis itu istirahat besok Ayah harus kerja dan kamu harus kuliah" ucap Ibu dengan mengelus lembut tangan Dera.
Makan pun berjalan dengan hening. Dan setelahnya, kita berpisah ke kamar masing-masing.
Saat di dalam kamar Dera, dia masih mencoba healing dengan masa yang kini dihadapi sekarang.
"Menikah muda adalah cita-citaku. Menikah dengan pria yang ku cintai, yang ku perjuangkan, susah seneng bareng-bareng. Ternyata dia tidak berjodoh denganku. Sakit banget rasanya. Apa aku bisa cepet move on??" Dera menghela nafas dalam-dalam dan menerima kenyataan.
………………………………………..
Keesokan harinya di kediaman Kendra
“Pak Bos, ayo bangun. Big Bos dan Nyonya sudah ada di bandara. Pak Bos harus nyusul kedatangan mereka” Sekretaris Rey berusaha membangunkan Kendra yang masih berselimut warna monokrom itu.
“Hmmm, iya iya. Tunggu dibawah" segera Ken bangun dan beranjak ke kamar mandi.
Sekretaris Rey berada di ruang makan untuk menunggu Ken. Tak lama setelahnya dia datang sudah banyak wartawan untuk mengabadikan foto orang tua Kendra. Karena mamang di dunia perbisnisan mereka terkenal sangat handal dan perfect dalam melaksanakan projectnya. Secara tidak langsung pastilah kesuksesan dan kejayaan berbanding lurus dengan banyaknya musuh dalam bisnis yang mereka jalani.
“Ayo cepet” ajak Ken pada Sekretaris Rey yang sudah siap siaga berdiri menyambut tuannya itu. Tak lupa dia juga mengajak dua bodyguardnya untuk terus mengikuti kemanapun dia berada.
Mobil melaju ke arah Bandara. Sesampainya segera Kendra menuju ke posisi dimana Papa Mamanya menunggu
“Papa, Mama akhirnya kalian sampai di Indonesia dengan selamat. Kenapa sih Pa Ma gak pakai helikopter pribadi aja" setelah bertemu mereka saling cium dan berpelukan selayaknya orang tua dan anak yang sudah lama tidak bertemu.
"Pakai pesawat saja Ken, gak apa-apa, gak usah di permasalahkan" jawab Papa Ken.
“Ayo tuan, mobil sudah menunggu” ujar Sekretaris Rey dengan membungkukkan badan sebagai rasa hormat.
“Alula kemana Ken, ko gak ikut nyusul Papa Mama? Ah anak itu pasti jam segini masih tidur, ya kan??” tanya Mama Ken yang berusaha menebak keberadaan anak bungsunya .
“Iya lah Ma, Lula masih tidur. Anak itu paling susah kalau bangun pagi” Jawab kendra
“Bodyguard, bawa koper Big Bos dan Nyonya” perintah Sekretaris Rey
Dengan cekatan kedua bodyguard melaksanakan tugas yang diperintah oleh atasannya.
“Rey, kamu kerja sama Ken yang santai. Jangan terlalu kaku. Bagaimana kerja dengan Ken betah gak?” cakap Papa Ken yang sudah sangat akrab dengan Rey.
“Betah Tuan. Pak Kendra selama ini kerjanya juga bagus. Kita sering mendapatkan tender yang besar berkat kerja keras dari Pak Bos Kendra” ujar Sekretaris Rey dimana pujiannya tersebut membuat Ken besar kepala.
Seketika mendengar pujian tersebut segera Ken membenarkan dasi dan berdeham (tiruan suara batuk kecil) bangga atas pencapaian yang diraihnya selama berbisnis.
“Jangan lah panggil dia Pak Kendra, kalau di luar jam kantor kamu panggil dia Ken saja tak apa. Dia kan usianya ga jauh dari kamu Rey” tegas Papa Ken.
“Tidak Tuan, sudah kewajiban saya untuk mengabdikan kerja dengan Pak Kendra seumur hidup saya dan bersikap profesional" jawab Sekretaris Rey.
“Lho Rey, apa kamu gak pengen kenalan sama cewek, terus nikah, punya anak gitu?” sahut Mama Ken yang sibuk merapikan rambut dengan warna barunya.
Belum juga Sekretaris Rey menjawab, Ken sudah mengalihkan percakapan mengenai pernikahan dan semacamnya, karena dia risih jika membahas hal tersebut pastilah dia diminta untuk segera menikah.
“Pa, Ma mobilnya sudah sampai. Ayo” ujar Ken.
.
.
.
.
.
“Pernikahan bukan hanya tentang akhir sebuah kehidupan. Untuk apa menikah jika itu hanya untuk memenuhi keinginan saja. Bukan kah pernikahan itu tentang sebuah kesiapan? -Dera Ananda-
.
.
-puji-
Hallo Readers♥️♥️
Mohon maaf jika kata-katanya kurang enak dibaca.
Dan penulisan atau sudut pandangnnya masih acak-acakan.
Mohon dukungannya ya, biar Aouthor makin semangat melanjutkan novel ini.
Jangan lupa untuk like, comment, dan votenya juga
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments