Mentari sore tenggelam bersama sinarnnya di ufuk barat, pertanda para pekerja bisa pulang dari tempat mereka bekerja. Sore ini Nathan pulang kekediaman sanjaya di antarkan oleh Aldo sekertaris pribadinya.Nathan sangat lelah karna harus menghadiri rapat sampai tiga kali, prusahaan yang di bangun Ayahnya berkembang dengan pesat, hingga menembus pasar internasional. Maka dari itu Nathan harus membantu ayahnya di usia yang cukup muda, dan menjadi seorang Ceo muda yang di gandrungi para wanita cantik.
Mobil yang di kendarai Aldo sudah tiba di rumah kediaman SANJAYA. Nathan dengan cepat turun dari mobil tersebut, setelah itu Aldo pun berpamitan untuk pulang ke rumahnya.
Nathan melangkahkan kaki ke dalam rumahnya,Nathan tmelihat mama dan papanya sedang duduk mengobrol sambil me nonton tv.
"Sore Ma, Pa". Nathan berjalan mendekati orang tuanya. Mencium punggung tangan Ibunya.
"Saynk, bagaimana hari mu nak?"
"Melelahkan ma, hari ini banyak pertemuan dengan klaien." jawab Nathan sambil duduk di sebelah sang mama.
"Apa semuanya lancar nak?" kini papa Nathan yang bertanya
"Lancar Pa. Nathan ke kamar dulu ya Ma, pa. Nathan sangat lelah." ucap Nathan pamit ke kamarnya
"Ya sudah bersihkan badan mu, setelah itu turunlah untuk makan malam."
"Baik Ma". ucap Nathan sambil berlalu meninggalkan ke dua orang tuanya menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
******
Kediaman Anel
Anel baru saja turun dari kamarnya, setelah membersihkan badan. Anel menuju meja makan dengan malas. Entahlah mungkin karna Anel hari ini merasa lelah.
"Kakak terlihat lemas. Ada apa?" tanya Ani yang duduk di meja makan terlebih dulu.
"Tidak, kakak hanya lelah." jawab Anel cepat. Dia menghempas bokongnya ke kursi yang ada di sebelah Ani.
"Benar begitu Nel?" tanya Sani, dia juga melihat putrinya lesu
"Iya Bu." ucap Anel meyakinkan.
"Ani, bantu ibu di dapur ya." Santi beranjak ke dapur untuk memasak sayur.
"Iya Bu." Ani pun ikut beranjak mengikuti Ibunya.
Selang beberapa menit terdengar ketukan pintu dari depan. Anel hanya menatap ke arah pintu tanpa berniat membukakannya sama sekali.
"Dek bukain pintunya sana." ucap Anel dengan wajah malas.
"Duh kak, Ani lagi goreng ikan nih."balas Ani dari dapur.
"Kakak lagi gk enak badan dek, badan kakak sakit semua ini, kamu tolong buakain dulu ya." ucap Anel yang semakin melemaskan tubuhnya
"Ihhhh nyebelin banget si kakak, lemes kok di jadiin alasan." kesal Ani
"Udah kalian jangan ribut, biar ibu yang buka." ucap Santi pada anak anaknya.
"Dek liatin gorengan ibuk ya." pesan Santi lagi pada Ani
"Iya Buk, siap." ucap Ani cepat
Santi menggeleng-gelengkan kepalanya, ia memang sudah terbiasa mendengar anak anaknya seperti itu,tapi tidak membuatnya bisa marah,karna hanya mereka harta satu-satunya yang di miliki Santi saat ini.Santi berjalan menuju pintu,ia membuka pintu itu dan melihat Amel sedang berdiri dengan senyum mengembang.
"Sore Bu." sapa Amel saat melihat Ibu sahabatnya yang membuka pintu.
"Kamu Mel, ibuk kira siapa. Kenapa gk langsung masuk sih Mel, bikin adik kakak bertengkar saja." omel Santi saat melihat sahabat anak nya yang sudah ia anggap seperti putri nya sendiri.
"Hehehehe, apa mereka bertengkar lagi bu. Aku suka deh mereka seperti itu." ucap Amel girang. Amel masuk ke dalam mengikuti langkah Ibu sahabatnya itu masuk ke dalam rumah
"Kamu ini ya, yang di susahkan kan Ibuk juga Mel." ucap Santi cepat.
"Iya Buk, maaf." ucap Amel menunjukan tampang bersalahnya
Santi yang melihat tingkah Amel hanya geleng-geleng kepala, ia pun kembali ke dapur untuk membantu Ani.
"Hay Nel, lo kok kagak bantuin Ani? malah mangku dagu disini". ucap Amel yang melihat sahabatnya hanya menopang dagu tanpa berniat membantu adiknya yang sedang memasak
"Gue lagi males Mel, capek tau ngerjain tugas seharian, malah kerjaan gue banyak lagi." ucap Anel sedikit mengeluh akan kondisinya saat ini
Amel melirik Anel sahabatnya itu tanpa berniat memperpanjang pertanyaannya. Amel berlalu menuju ke arah dapur menemui Ani dan Santi
"Hay pendek, masak apa?" tanya Amel cepat
"Kak Amel, siapa yang kakak bilang pendek." Ani berdecak kesal sambil mendelik ke arah Amel
Amel yang mendapat tatapan mematikan dari Ani hanya terkekeh geli." Ya kamu lah, siapa lagi." ucap Amel tanpa ada rasa takut sambil membantu Santi membalik ikan di penggorengan
"Kak Amel, kenapa slalu bilang aku pendek, aku kan baru kelas 3 SMP, wajar aja kalo tubuh ku masih mungil." ucap Ani tak mau kalah.
"Hahahahaha, kamu itu cepat sekali marah." ucap Amel sambil tertawa.
"Kak Amel liat aja nanti, aku akan menjadi model profesional yang sangat terkenal. Kalo nanti aku udah sukses, aku gk akan mau ngasi tanda tangan aku ke kakak." ucap Ani sambil bergaya bak model.
"Bahahahahaa." Amel terbahak mendengar perkataan adik sahabatnya itu."Ngayal kamu dek,tinggiin dulu noh badan." ucap Amel sambil terus tertawa.
Ani semakin kesal karna di tertawakan,ia pung membalas Amel dengan menggelitiki perut Amel hingga sahabat kakaknya itu tidak berhenti tertawa.
"Aduhhh, ampun Dek, gak lagi dehhh."Amel yang sudah tidak kuat menahan rasa geli memohon ampun,air matanya bahkan sampai keluar karna terus tertawa.
"Makanya jangan suka ngeledek Ani tau."ucap Ani puas.
Santi yang sedang memotong sayur hanya bisa menggelengkn kepala melihat tingkah dua putrinya itu Amel dan Anel memang tidak beda jauh,mereka slalu menjadikan Ani bahan bulian kakak- kakaknya itu.
pukul 07.00 malam makanan pun sudah terhidang di atas meja,satu keluarga yang terdiri dari 4 orang wanita itu pun segera berkumpul di satu meja makan,menyantap makanan dengan lahap sambil sedikir bercanda ria.Ya, pasti Anilah yng selalu menjadi bahan bulian Amel dan Anel.Tapi itu lah yang menjadi suber kebahagiaan mereka,walau pun Amel orang lain,tapi bagi Anel,Ani dan juga Santi,Amel sudah seperti kluarga sendiri.
.
.
[Bersambung]
🍃Jangan lupa selalu tinggalkan jejak kalian ya,berupa vote,like dan comment'nya ya🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Dewi Kijang
masih nyimak dulu ya
2022-05-04
0
Amrih Lestari
tertarik.. kyaknya bagus
2021-06-15
0
Sisca Celly Runtuwene Pangerapan
nyimak dulu
2021-04-21
0