Calya putih mulai
membelah arus lalu lintas meninggalkan apotek Medical Farma. malam ini suasana
jalanan cukup lengang, efek pandemic masih terasa di beberapa ruas kota. Pemberlakuan
jam malam yang terbatas terhadap kegiatan malam hari menyebabkan suasana Kota
Malang yang selalu ramai menjadi cukup sepi. Lampu-lampu kota pun hanya
dihidupkan sebagian untuk meminimalisir pelanggaran, sehingga orang-orang akan
merasa lebih senang di rumah dari pada harus gelap-gelapan di jalan. Hal itu
memang diupayakan diberlakukan untuk bisa memutus mata rantai penyebaran
covid-19 yang merebak parah di Malang Raya.
Ginara
memposisikan tempat duduk di mobil agar ia bisa rebahan sebentar, sementara
Davin dengan semangatnya tetap fokus pada jalanan.
“Kak…”
“Hmmm” Davin sudah
hafal sifat dan perilaku Ginara, jadi dia sudah tidak terlalu
mempermasalahkannya. Bahkan Davin paham maksud deheman kakaknya tanpa harus
dijelasin panjang lebar.
“Kakak gak mau
gitu beralih mengurus perusahaan papa? Kasihan papa kak kalau terus ke luar kota
ngurusin anak cabang…”
“Tugasmu.”
“Ih… kakak ah, aku
kan masih kuliah, kakak udah lama banget lho berkecimpung di apotek, gak bosen
apa…mending ngurus yang lebih gede”
“Gak pingin.”
“Kakak gak kasian
apa sama papa…udah tua lho kak, sakit-sakitan pula” Davin kembali mencoba
membujuk Ginara agar mau menggantikan posisi CEO sang papa.
“Abang”
“Abang gak bisa
ninggalin pasien, tanggung jawab katanya.”
“Sama” Davin
memutar bola matanya malas. Ia menghela nafas, senjata makan tuan nih.
“Tapi kak…”
“Ngantuk” Ginara
memejamkan mata pura-pura tidur, ia terlalu malas meladeni omongan Davin yang
unfaedah. Tidak ada lagi pembicaraan dalam mobil sampai mereka tiba di tempat tujuan.
Sebuah rumah bergaya spanis dipadu dengan aneka ragam bunga yang membuat rumah
itu kelihatan klasik namun asri. Bunda memang pecinta bunga, semenjak papa
meminta bunda resign dari sekretaris, bunda hanya mengabdikan hidupnya untuk
melayani suami dan anak-anaknya serta mengubah hunian manjadi taman bunga.
Mereka berdua
turun dari mobil dan melangkah beriringan menuju pintu utama. Ginara berhenti
sejenak untuk mengatur suasana hatinya. Ia menghela nafas pelan kemudian
melangkah perlahan di samping Davin. Pemuda tampan itu membuka pintu dengan
semangat…
“Assalamu’alaikum,
bunda, papa…” Davin melangkah tergesa mencari papa dan bunda kemudian tersenyum
menyambut kedua orang tuanya yang muncul dari ruang keluarga. Bunda tampak
berkaca-kaca, segunung kerinduan terhadap putrinya tampak jelas di matanya.
Sementara papa memandang lembut dan tenang. Bunda bergegas menghampiri Ginara
dan memeluknya erat.
“Waalaikumussalam…alhamdulillah
Gi bisa datang. Bunda bahagia banget lho…” Bunda terisak pelan di pelukan
Ginara. Gadis itu terpaku sejenak belum bereaksi balas memeluk. Ia mencoba
menata hati dan perasaannya agar tidak membuat bunda dan papa kecewa.
Inilah yang
ditakutkan Ginara, ia takut belum mampu menghilangkan trauma masa lalunya yang
menyebabkan dia hampir kehilangan sosok ibu untuk kedua kalinya. Cukup mama
saja yang harus berkorban untuk Ginara, ia berharap siapapun yang ada di
dekatnya akan aman selamanya tanpa harus mengalami keadaan yang menyedihkan dan
kesialan ketika berada di dekatnya.
Ingatan masa lalu
itu kembali hinggap di otak tengahnya, dimana bunda berusaha menyelamatkan
Ginara yang tenggelam akibat tercebur kolam, padahal waktu itu bunda sedang
mengandung 6 bulan -- adiknya yang seharusnya menjadi adik Davin—usia kandungan
yang seharusnya sudah kuat dan tidak akan mengalami kontraksi apapun, tetapi
akibat bunda reflek menceburkan dirinya ke kolam untuk menyelamatkan Ginara
menyebabkan bunda mengalami kontraksi hebat, janin di dalam rahim bunda
tergoncang dan masuk ke jalan lahir sehingga bunda harus kehilangan putri ke
empatnya karena keguguran. Bukan Ginara tidak bisa berenang, tapi waktu itu
tiba-tiba Ginara mengingat mamanya tiba-tiba nafasnya sesak dan ia tenggelam
begitu saja. Untuk kedua kalinya Ginara berada diambang traumatis karena
mengalami kejadian yang sama. Yaitu mama dan bunda yang rela berkorban demi
menyelamatkan Ginara, hanya bunda berhasil diselamatkan, tetapi harus
kehilangan bayi dalam kandungannya.
Koment lagi
yuks…biar semangat aku nulisnya….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments