Davin langsung memeluk kakaknya erat, ia begitu bahagia mendengar ucapan kakaknya, walaupun hanya satu kata. Tapi itu sudah cukup mewakili perasaan bahagianya.
“Ish!” Dengus Ginara, tapi ia membalas juga pelukan Davin.
“Kita berangkat sekarang aja kak.” Ajak Davin semangat seraya melepas pelukannya. Ginara hanya memutar bola matanya kesal.
“Sift siang.”
“Ya udah kalau gitu nanti malam langsung aku jemput ke apotek ya.” Ginara mengangguk pasrah dan pemuda tampan itu langsung mengembangkan senyumnya, sudah terlintas suasana keluarga bahagia di rumah nanti malam, walaupun ia tidak yakin akan terpenuhi, yang terpenting ia sudah patut berbangga hati karena berhasil
membujuk kakaknya untuk pulang ke rumah.
“Wah aku harus segera kasih tahu papa dan bunda nih, agar usahaku gak sia-sia” Batinnya dan ia pun pamit untuk ke kampus dulu. Davin meninggalkan apartemen Ginara dengan perasaan bahagia, ia segera menelpon bundanya. Ia memasang earphone ketika sudah berada di dalam mobil.
Tut…tut…tut….nada tersambung.
“Bunda….”
“Assalamu’alaikum….” Potong suara lembut di seberang, Davin mengusap belakang lehernya dengan salah
tingkah dan senyum-senyum merasa bersalah, padahal bunda gak lihat loh.
“Hehe…waalaikumussalam bunda, maaf lupa…”
“Kebiasaan buruk itu jangan dipelihara sayang….ada apa?
“Aku dah berhasil membujuk kakak untuk pulang bund…” Terang Davin dengan semangat.
“Oya…alhamdulillah” Suara bersyukur bunda terdengar sangat senang sekali.
“Nanti malam Davin akan jemput kakak di apotek.”
“Kenapa nanti malam sayang….kelamaan, bunda udah kangen berat ini.”
“Iya bund, kakak ada shif siang hari ini, jadi Davin akan jemput kakak nanti pas pulang dari apotek.”
“Ya sudah…hati-hati ya…”
“Iya bund pasti…oya bund nanti kalau kakak tanya kenapa papa masuk rumah sakit bilang aja karena terpaksa ya bund…” Davin bicara dengan pelan, takut salah. Bunda langsung bereaksi keras.
“Apa maksudmu Davin?” Davin sudah kalang kabut, kalau bunda udah nyebut nama itu berarti bunda nggak suka dan marah anaknya berbohong.
“Anu bund…kakak kan luluhnya kalau dengar papa masuk rumah sakit, ya udah Davin bilang aja kalau papa….” Davin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa bersalah telah membawa nama papa, masuk rumah sakit lagi. Ih, dasar Davin.
“Sayang….tapi nggak baik lho itu…”
“Iya bund Davin minta maaf, pokoknya nanti bunda sama papa harus kerja sama ya…”
“Ya sudah…”
“Davin tutup ya bund, assalamu’alaikum….”
“Waalaikumussalam…”
Calya putih mulai membelah arus lalu lintas meninggalkan apotek Medical Farma. malam ini suasana jalanan cukup lengang, efek pandemic masih terasa di beberapa ruas kota. Pemberlakuan jam malam yang terbatas terhadap kegiatan malam hari menyebabkan suasana Kota Malang yang selalu ramai menjadi cukup sepi. Lampu-lampu kota pun hanya dihidupkan sebagian untuk meminimalisir pelanggaran, sehingga orang-orang akan merasa lebih senang di rumah dari pada harus gelap-gelapan di jalan. Hal itu memang diupayakan diberlakukan untuk bisa memutus mata rantai penyebaran covid-19 yang merebak parah di Malang Raya.
Ginara memposisikan tempat duduk di mobil agar ia bisa rebahan sebentar, sementara Davin dengan semangatnya tetap fokus pada jalanan.
“Kak…”
“Hmmm” Davin sudah hafal sifat dan perilaku Ginara, jadi dia sudah tidak terlalu mempermasalahkannya. Bahkan Davin paham maksud deheman kakaknya tanpa harus dijelasin panjang lebar.
“Kakak gak mau gitu beralih mengurus perusahaan papa? Kasihan papa kak kalau terus ke luar kota ngurusin anak cabang…”
“Tugasmu.”
Jangan lupa koment
and like ya kakak….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Winarsih
lanjut
2022-01-07
2