Keesokan paginya...
Putri dan Exsel terlihat tengah menikmati sarapan pagi mereka. Seperti biasa mereka menikmati sarapan seraya bercengkrama hangat. Namun, pandangannya mereka berdua teralihkan, saat mereka melihat Mamah Mawar yang tengah berjalan seraya menyeret kopernya.
Tentu saja itu menjadi pertanyaan untuk Putri dan Exsel, mau kemana Mamah Mawar?
"Mah, Mamah mau kemana?" tanya Putri, ia berajak dari kursi meja makan, lalu berjalan menghampiri Mamah mertuanya itu.
"Mamah mau pulang Put," jawab Mamah Mawar.
"Pulang? Bukannya Mamah bilang akan menginap di sini satu mingguan?" cerca Putri.
"Iya sayang, tapi Mamah ada urusan mendadak, jadi Mamah terpaksa harus pulang sekarang," dusta Mamah Mawar. Beralasan, padahal Wanita itu berbohong. Mamah Mawar sengaja pulang lebih awal, karna ia ingin tau sampai mana Exsel akan terus menahan egonya terhadap Putri.
"Ya, padahal Putri masih rindu sama Mamah," ujar Putri. Raut wajah kekecewaan terlihat jelas dari wajahnya, padahal dengan adanya sang Mertua, Putri sangat senang karna ada yang menemaninya di rumah.
"Maafin Mamah ya sayang, Mamah juga masih rindu sama kamu, tapi ya mau gimana lagi?" ucap Mamah Mawar, ada rasa tak tega di dalam hatinya, melihat wajah Putri yang terlihat kecewa.
"Sudahlah sayang, kamu jangan bersedih nanti juga Mamah ke sini lagi," sahut Exsel. Entahlah, Exsel merasa sedikit senang karna Mamahnya pulang lebih awal, bukan Exsel tidak suka Mamahnya menginap di rumahnya, hanya saja menurut Exsel ke datangan Mamahnya itu membuat suasana hati Exsel semakin kalut, Exsel merasa kalau Mamahnya selalu menekannya, padahal pikiran Exsel itu salah, Mamahnya berkata seperti itu, demi kebaikan Exsel. Tapi Exsel juga tidak bisa memungkiri, melihat wajah sang istri yang bersedih, ada perasaan ingin mencegah Mamahnya jangan pergi, namun perasaan itu Exsel tepis kembali. Exsel memang benar-benar egois bukan?
Putri hanya bisa mengangguk pasrah, ia juga tidak mungkin mencegah dan memaksa Mamah mertuanya itu.
"Yang dikatakan suami kamu benar sayang, nanti Mamah juga pasti datang lagi," ucap Mamah Mawar, ia mengelus bahu Putri, "nanti kalau urusan Mamah sudah selesai, Mamah pasti cepat ke sini lagi. Dan satu lagi, kamu harus sabar ya, menghadapi suami kamu yang egois itu," lanjut Mamah Mawar. Ia sengaja menakan kata 'Egois', sengaja menyindir Exsel.
Putri hanya mengangguk pelan, ia tidak terlalu menanggapi ucapan Mamah mertuanya itu. Putri hanya menganggap kalau Mamah mertuanya itu tengah berguyon. Semantara Exsel, ia hanya bisa membuang napas berat, Exsel tau kalau Mamah itu memang tengah menyindirnya.
"Ya sudah, kalau begitu Mamah pulang dulu ya Put," pamit Mamah Mawar.
"Iya Mah, hati-hati ya." Putri meraih tangan Mamah Mawar, menyalaminya.
"Exsel kamu antarkan Mamah dulu ya," pinta Mamah Mawar. Exsel menganggukkan kepalanya, lalu ia berajak dari kursi meja makan.
"Sayang, Mas berangkat dulu ya," pamit Exsel kepada Putri. Putri mengangguk, lalu ia meraih tangah Exsel. Sebelum Exsel berajak ia mendaratkan terlebih dahulu sebuah kecupan di kening istrinya itu.
Setelah itu Exsel dan Mamah Mawar pun berjalan keluar dari rumah tersebut.
Setelah kepergian suami dan Mamah mertuanya. Rumah besar dan mewah itu benar-benar terasa sangat sepi, hanya keheningan yang menyelimuti. Putri hanya bisa menghelai napasnya, suasana seperti itu memang sudah menjadi teman Putri sehari-hari, namun entah kenapa kali ini Putri benar-benar merasa jera, ia merasakan hayatinya lelah.
"Apa aku harus menyerah sekarang?" gumam Putri.
***
Sementara itu, Exsel dan Mamah Mawar kini tengah berada di perjalanan. Sebelum menuju kantor Exsel terlebih dahulu mengantarkan Mamahnya ke Bandara. Tidak ada percakapan yang terlontar dari keduanya, baik Exsel atau pun Mamah Mawar, keduanya sama-sama saling diam.
Mereka larut dalam pemikirannya mereka masing-masing.
Mamah Mawar masih merasa kesal dengan Exsel, jadi ia sengaja tidak mau membuka percakapan. Semantara Exsel, ia memilih untuk tetap diam, melihat wajah sang Mamah yang terlihat tidak bersahabat. Exsel tidak ingin menambah masalah.
Namun lama-kelamaan Mamah Mawar geram, melihat Exsel yang terdiam, tanpa sepatah kata pun membuat rasa kesal di hati Mamah Mawar semakin menjadi. Ia benar-benar merasa greget dengan tingkah Exsel.
"Exsel," panggil Mamah Mawar. Ia benar-benar sudah tidak tahan ingin melontarkan uneg-uneg yang ada dihatinya pada Putranya itu.
"Hmm," sahut Exsel, tanpa Ekspresi bahkan Exsel tidak melirik pada Mamahnya, matanya fokus ke jalan raya.
"Mamah cuman mau ngingetin kamu, jangan sampai kamu menyesal," ujar Mamah Mawar. Ia benar-benar ingin membuat anaknya itu sadar.
"Tinggal berkata jujur, apa susahnya sih Exsel? Demi kebaikan rumah tangga kamu," lanjutnya.
"Iya Mah, Exsel pasti akan jujur pada Putri. Tapi tidak saat ini," sahut Exsel.
"Terserah kamu sajalah Exsel, sebenarnya Mamah itu sudah capek!"
"Mah, aku hanya minta Mamah untuk mengerti posisi aku saat ini. Aku belum siap Mah, aku takut," lirih Exsel.
"Terserahlah, ini untuk yang terakhir kalinya Mamah meminta kamu Exsel," pekik Mamah Mawar.
"Exsel belum siap Mah, Exsel takut. Kalau Exsel cerita yang sebenarnya pada Putri. Bagaimana kalau Putri nantinya meninggalkan Exsel?"
"Mamah yakin Putri bukan wanita seperti itu Exsel. Dia pasti akan menerima kamu, Mamah yakin Putri itu tulus mencintai kamu. Lihatlah? Bahkan sampai saat ini ia masih bertahan dengan keegoisan yang kamu berikan!"
Exsel terdiam, ia mencoba mencerna semua ucapan yang di lontarkan Mamahnya itu.
"Apa yang dikatakan Mamah memang benar! Tapi tetap saja aku tidak siap," batin Exsel.
"Lebih baik kamu berkata jujur Exsel, Mamah yakin Putri pasti akan mengerti," lanjut Mamah Mawar.
"Baiklah Mah, nanti setalah pulang dari kantor. Aku akan bicara jujur pada Putri," ucap Exsel pasrah. Mungkin ini saatnya, Putri mengatahui tentang kondisi Exsel yang sebenarnya. Tidak mungkin juga Exsel menyembunyikan kebenaran terlalu lama. Jujur saja selama ini Exsel tidak pernah tenang.
"Bagus, itu baru laki-laki. Kejujuran itu yang pertama dalam membina rumah tangga," ujar Mamah Mawar. Ia merasa sedikit lega, akhirnya Exsel mau berkata jujur pada istrinya. Walaupun sebenarnya hati Mamah Mawar juga merasa takut, sama halnya seperti Exsel, bagaimana kalau Putri tidak bisa menerima kenyataan yang sebenarnya?
Mamah Mawar hanya bisa berdoa, semoga apa yang ditakutkannya itu tidak terjadi.
Hingga tak lama kemudian akhirnya mobil Exsel tiba di Bandara.
"Mamah pergi dulu ya Exsel," pamit Mamah Mawar. Exsel menganggukkan kepalanya.
"Hati-hati Mah," pesan Exsel pada sang Mamah.
"Iya. Kamu juga, jangan lupa tepati ucapan kamu tadi, jika ada apa-apa segara kabari Mamah," ucap Mamah Mawar sebelum ia keluar dari mobil.
"Iya Mah."
Mamah Mawar pun keluar dari mobil Exsel. Setalah memastikan Mamahnya masuk ke area Bandara. Barulah Exsel kembali melajukan mobilnya.
"Mungkin ini sudah saatnya aku berkata jujur pada kamu Put, semoga kamu bisa menerima kekurangan aku ini," gumam Exsel seraya melajukan mobilnya menuju kantor.
Bersambung...
Jangan lupa tinggal jejak kalian ya!
Dengan like, komen dan Votenya.
Terima kasih.
SELAMAT MENYAMBUT TAHUN BARU 2022
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Arin
hemm mending jjur,Krn klo sy di posisi putri juga yg psti rsnya tanda tanya trs...knp suami sy Kya gtu,ktny cinta tpi ngga pernh nyntuh.mending jjur sblm terlmbt
2022-03-20
0
Navis
jujurlah padaku
2022-03-11
0
Navisa
mama mawar
2022-02-15
0