AKRAB?

Pagi yang cerah, Yuna sedang sibuk memasak di dapur, tidak biasanya dia memasak di pagi hari. Ya, semua itu untuk pria bernama Park Jeong Woo yang sudah membuat Yuna kewalahan merawatnya. Sepertinya, Jeongwoo sangat kuat minum, meskipun mabuk dia masih terlihat begitu tenang dan tidak bertingkah. Hanya saja, Jeongwoo terlalu banyak muntah dan itu yang membuat Yuna kewalahan.

Di sisi lain, Jeongwoo sudah terbangun, dia kebingungan karena berada diruangan yang sepertinya ruang kerja dan bukan kamarnya. Ya, Yuna sengaja menaruh Jeongwoo di ruang kerjanya karena baginya kamar tidurnya adalah privasi. Meskipun begitu, Yuna tidak membiarkan dia tidur di lantai dan membiarkannya tidur di kasur lantai miliknya.

Jeongwoo beranjak dari tidurnya, berjalan keluar dari ruangan, dia memperhatikan apartement minimalis yang terlihat sangat rapih. Jeongwoo membelalakan mata ketika melihat Yuna yang sedang memasak di dapur.

"Apakah aku mimpi?" gumamnya pelan, Jeongwoo menampar-nampar kedua pipinya pelan. "Aw!" Sakit? Tentu saja, itu bukan mimpi.

Yuna menoleh saat itu juga, dirinya terpaku melihat seorang pria berantakan dengan muka bantalnya, pertama kalinya. "Sangat tampan!" gumamnya sangat pelan. Dia menggeleng, Hey, apa yang dia pikirkan!

"O-oh? Kamu sudah bangun? Duduklah, makan sup pereda mabuk ini," tukasnya memerintah dan memberikan semangkuk sup dan nasi.

Jeongwoo menurut, segera mendudukkan dirinya dan menyeruput supnya menggunakan sendok. Yuna ikut terduduk di depannya.

"Ap-apakah ... apakah ini apartementmu?" tanyanya tergagap. Yuna hanya mengangguk, sudah jelas itu hanya ada dirinya berarti miliknya. "Kamu sangat mabuk semalam, dan-"

"Apakah aku melakukan hal konyol setelahnya?" ia memotong ucapan Yuna.

"Tidak, kamu hanya tertidur sangat pulas tapi sangat merepotkan karena kamu banyak muntah. Untung aku siap siaga jadi bajumu tidak ada yang kena muntahan," ucap Yuna jujur, karena Yuna tidak suka bercanda hal yang seperti ini dan nantinya akan terjadi ke salahpahaman. Dia tidak ingin itu terjadi.

"Ah, begitukah? Syukurlah," Jeongwoo tersenyum.

****

Yuna memakirkan mobilnya dengan sempurna di samping kafenya. Jeongwoo buru-buru keluar dari mobil Yuna agar tidak terlihat pegawai yang lain. "Yuna-ssi, terima kasih untuk semuanya! Maaf merepotkanmu," tukasnya, membungkuk.

Yuna mengangguk dan ikut keluar dari mobilnya. "Kembali kasih. Tidak perlu sungkan, kamu sendiri yang bilang kita bisa jadi teman, kan? Dan bisa berbagi beban, aku harap ke depannya bisa lebih akrab dan mengenal satu sama lain," ujar Yuna, menatap Jeongwoo dan berlalu darinya.

Jeongwoo menautkan kedua alisnya. Wait! berarti Yuna sudah ingin membuka dirinya? Apakah dia sudah satu langkah lebih dekat? Ah, sudahlah. Jeongwoo senang bisa membantunya.

****

"Naeun-ah, kemana Jeongwoo?" tanya Yuna menghampiri Naeun dan melihat sekeliling kafe tapi tidak menemukannya.

"Oh? Itu Jeongwoo sedang mengobrol dengan seseorang di luar," jawabnya menunjuk keberadaannya, Yuna mengikuti arah tunjuknya dan belum berkata apa-apa. "Aku sempat kaget, orang yang bersamanya tadi memanggil Jeongwoo dengan sebutan tuan muda!" Lanjutnya heran.

Yuna tidak terkejut, dari awal Yuna sudah curiga bahwa Jeongwoo adalah anak orang kaya, kenapa dia sudah curiga? Pakaian yang Jeongwoo pakai semuanya milik brand ternama, Eunsoo pernah bertanya pada Jeongwoo tentang itu tapi dia membantah bahwa pakaiannya hanyalah KW. Tapi, Yuna tahu mana yang KW dan tidak. Jika memang dia anak orang kaya, untuk apa dia berpura-pura menjadi biasa-biasa saja? Yuna tidak ingin bertanya, biarkan Jeongwoo yang terbuka sendiri padanya suatu saat nanti.

"Oh, benarkah?" tukas Yuna. Naeun mengangguk mantap.

"Lalu, Eunsoo dan Taeho kemana mereka?" tanyanya lagi.

"Eunsoo sedang mencuci piring dan gelas. Taeho sedang mengantar pesanan delivery lima menit yang lalu." Jawab Naeun.

"Ah, begitu! yasudah, lanjutkan kerjamu. Jangan lupa buatkan aku Black Eye," ujarnya, Yuna berjalan menjauh darinya dan duduk di tempat kesukaannya.

"Siap!"

Malamnya, Yuna menjatuhkan dirinya ke sofa empuk miliknya. Dia memejamkan mata dan menghembuskan napas berkali-kali. Yuna merasakan duduknya tidak nyaman, seperti ada yang mengganjal. Dia meraba-raba di bawah duduknya. "Ige mwoya?" ( Apa ini? )

Yuna terbelalak menatap jam tangan pria, bukan jam tangan biasa, ini adalah jam tangan bermerek ternama dan untungnya masih berfungsi, tidak retak atau pun rusak. Jika jam tangan itu rusak? 1,5 milyar miliknya akan melayang hanya untuk menggantinya. "Huh! Untungnya. Tapi, ini milik siapa ini?" gumamnya. Yuna kembali mengurai ingatannya. Ah! Dia ingat, ini milik Jeongwoo.

****

"Selamat pagi, Yuna-ssi," sapanya yang melihat Yuna selesai memakirkan mobilnya. Yuna menoleh dan berjalan mendekatinya.

"Selamat pagi, Tuan muda, Park Jeong Woo!" sapanya balik sambil tertawa pelan. Jeongwoo sedikit tersentak dan menatap Yuna heran. "Tuan muda? Siapa? Aku?" Tanyanya serius, menunjuk dirinya sendiri.

Yuna terbungkam seketika, padahal niatnya hanya bercanda tapi melihat ekspresi Jeongwoo sangat serius dan seperti tidak suka, kenapa dia? Jeongwoo tampak tidak ingin menatap Yuna, apa dia marah?

"Hey! Aku hanya bercanda. Aku merasa wajahmu cocok dipanggil tuan muda." Yuna berusaha mencairkan suasana. Jeongwoo mengabaikannya dan mempercepat langkahnya. Yuna sedikit menarik lengan Jeongwoo dan menunduk. "Tunggu!" cegahnya. Jeongwoo berbalik, tidak mengatakan apapun dan menunggu Yuna yang belum bicara.

"Ma-maaf! Sungguh aku hanya bercanda, aku pikir kita sudah lebih akrab, ternyata aku salah. Jika kamu tidak ingin memaafkanku, tidak apa-apa. Ini milikmu!" Yuna langsung menaruh jam tangan itu di saku jaket Jeongwoo dan berjalan cepat mendahuluinya. Jeongwoo menahan tawa, dia berhasil melihat wajah yang lain dari Yuna. "Kiyowo!" (Menggemaskan!)

****

Dua hari berlalu, Jeongwoo berusaha mengobrol dengan Yuna tapi sepertinya dia sangat acuh. Jeongwoo tidak menyangka, kejadian waktu itu membuat Yuna benar-benar marah padanya. Yuna mendiami bahkan hanya menyapa jika berpapasan dan berlalu. Malam ini Jeongwoo akan memperbaiki semuanya, dia tidak ingin Yuna kembali lagi dengan kekosongan di matanya.

Jeongwoo mengikuti Yuna hingga parkiran, Yuna selalu keluar terakhir dari kafenya untuk mengunci kafe terlebih dahulu. Jeongwoo berjalan cepat menghampiri Yuna sebelum dia masuk ke mobilnya. Jeongwoo menarik tangan Yuna paksa, Yuna terkejut. Dia mencoba menarik tangannya, Jeongwoo menggenggam semakin kuat. "Jeongwoo-ssi! michyeoss-eo? Waegeurae? (Jeongwoo! Apakah kamu gila? Ada apa?)

Jeongwoo membawanya ke halte bus yang dekat dengan kafe. Dia melepas genggamannya, Yuna hanya diam mengalihkan pandangan ke arah lain. "Temani aku makan malam," ujar Jeongwoo lembut. Yuna menatapnya tajam. "Seperti ini caramu memintaku untuk menemanimu? Apakah kamu selalu memaksa semua orang?" Yuna sangat marah. Jeongwoo hanya terdiam dan menggenggam lembut Yuna tanpa menolak.

Waktu sudah menunjukkan pukul 23.15, mereka telah duduk berhadapan di salah satu restoran sup sapi hangat yang masih buka. Yuna tidak menggubris sama sekali sup di hadapannya, matanya menatap tajam pria di depannya yang tengah asik menyantap supnya.

Merasa ditatap, Jeongwoo menaruh sendoknya dan meneguk minumnya. "Aku minta maaf atas kejadian dua hari yang lalu, aku tahu kamu hanya ingin bercanda. Awalnya aku pun ingin candaan itu mengasyikkan. Tapi ketika kamu menyebutkan tuan muda, aku sedikit marah. Aku tidak suka dengan panggilan itu." Jeongwoo terhenti, lalu mendapati Yuna yang masih menelanjangi matanya.

"Jeongwoo-ssi, aku mengerti. Maafkan aku juga yang semena-mena memanggilmu seperti itu. Naeun memberitahuku waktu itu, ketika kamu berbicara dengan seseorang dan orang itu memanggilmu tuan muda. Aku penasaran ekspresimu seperti apa ketika di panggil seperti itu!" Yuna berhenti sejenak, dia tidak ingin menanyakan alasan kenapa Jeongwoo tidak suka dipanggil seperti itu, lebih baik nanti saja.

"Apa kamu memiliki sesuatu yang ingin di ceritakan padaku?" ujarnya lagi perlahan tanpa memaksa.

Jeongwoo tersenyum, dia menggeleng. Ingin rasanya dia bisa bercerita yang sebenarnya tapi ini belum saatnya, maaf Yuna!

"Baiklah! Kalau gitu mulai dari esok dan seterusnya mari kita lebih akrab serta perlahan-lahan mengenal satu sama lain. Membuat kenangan indah untuk hidup kita! Mohon bantuannya, Yuna-ya!" tukas Jeongwoo menjulurkan tangannya, mengajak bersalaman. Dia bersemangat.

Yuna terkekeh, selama ini dia tidak marah. Dia hanya ingin membiarkan Jeongwoo sendiri terlebih dahulu. Yuna menjabat tangan Jeongwoo. "Tentu saja! Mohon bantuannya, Jeongwoo-ssi!"

Apakah kami benar-benar bisa menjadi lebih akrab dan dekat? sedangkan kami memiliki banyak rahasia yang belum bisa kami bagi dan belum bisa terbuka satu sama lain. Apakah bisa?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!