Waktu sudah menunjukkan pukul 12.55 dan satu jam lagi Yuna akan melakukan wawancara sesi kedua untuk calon pegawainya. Tiga jam yang lalu sesi pertama telah selesai dilaksanakan dan lagi ... mereka tidak benar-benar ingin bekerja di sini dengan serius. Yuna tak habis pikir waktunya terbuang sia-sia mendengarkan jawaban lelucon mereka.
Lucunya, hanya satu yang lolos di sesi pertama dan esoknya ia resmi menjadi pegawai di kafe ini. Kali ini, Yuna sudah siap mental mendengar jawaban mereka yang mungkin berisi rayuan dan lelucon nantinya. Yuna hanya berharap sikapnya nanti tidak berlebihan dan tidak ingin menyakiti siapapun.
Tok
Tok
"Masuk!" teriaknya.
Naeun membuka knop pintu ruang kerja bosnya dan menghampirinya. "Unnie, pria bernama Park Jeongwoo memaksa ingin bertemu denganmu dan ingin melakukan wawancaranya sekarang juga, bagaimana?"
Yuna berpikir sejenak, melihat berapa banyak kerjaannya saat ini. Sepertinya tidak begitu banyak. Mungkin jika di percepat akan mengurangi bebannya nanti. "Baiklah, biarkan dia masuk."
Naeun sedikit membungkuk sebagai jawaban dan meninggalkan ruang kerja Yuna.
"Bagaimana?" tanya laki-laki itu.
"Kamu boleh masuk, jawab yang serius jika ingin diterima di sini. Bos kami orang yang menjunjung tinggi keseriusan dan kerja keras."
"Ya! terima kasih."
ia melangkahkan kaki memasuki ruang kerja Yuna.
"Permisi, selamat siang," sapanya membungkuk.
"Selamat siang, silahkan duduk," balas Yuna yang masih menatap layar komputer di depannya dan segera mengalihkan pandangan melihat ke arah pria itu yang sudah duduk di hadapannya.
"Siapa tadi namamu?" Yuna bertanya sambil mencari surat lamaran milik Jeongwoo.
"Saya Park Jeong Woo. Panggil saja Jeongwoo."
Yuna hanya mengangguk, suasana hening. Karena Yuna masih mencari dokumennya yang masih belum ketemu. Beberapa detik kemudian. "Akhirnya, ketemu!" gumamnya.
"Baik, Jeongwoo-ssi. Tidak perlu berlama-lama lagi, kita akan mulai sesi wawancara ini,"
Yuna mulai menatap sorot mata milik Jeongwoo dan begitu pun sebaliknya, ia terdiam sejenak. Ada perasaan hangat di sana dan juga ada perasaan dingin yang menjadi satu pada sorot matanya.
"Ya, tentu," jawab Jeongwoo memecahkan keheningan yang membuat Yuna tersadar dan membenarkan duduknya.
"Baik kita mulai! Ceritakan tentang dirimu?"
*****
Namanya Park Jeong Woo dan nama Indonesianya adalah Rama Joseph Mahendra, bagi yang dekat dengannya terbiasa memanggilnya Jeongwoo atau Rama. Dia blasteran Korea-Indonesia tapi lebih dominan berwajah Korea. Jeongwoo tiga tahun lebih tua dari Yuna.
Tidak banyak yang tahu kehidupan asli Jeongwoo, karena ia selalu hidup sederhana. Bahkan, sahabat karibnya hanya tahu bahwa dia adalah laki-laki kere yang hanya mengandalkan gajinya, didompetnya pun hanya berisi kartu identitas, ATM dan beberapa lembar won.
Sebelum dia menaruh surat lamaran kerja di kafe milik Yuna, ia sempat bekerja di salah satu perusahaan Gallery terkenal dan tidak bertahan lama hanya kisaran satu tahun, tapi Jeongwoo sudah memutuskan keluar dari sana.
Keesokan harinya, Jeongwoo telah resmi menjadi barista di Day Caffe milik Yuna. Hanya dua pegawai yang diterima di sana, betapa beruntungnya Jeongwoo. Jadi, total pegawai Yuna saat ini hanya empat pegawai.
Jeongwoo memperhatikan bosnya-Yuna- yang tengah asik berkutat dengan laptop di hadapannya. Melihatnya membuat Jeongwoo merasa iba padanya, kemarin ketika dia bersitatap dengan Yuna, Jeongwoo menemukan sorot mata yang dipenuhi kekosongan, amarah dan kesakitan yang mungkin berusaha ditutupi olehnya.
Entah kenapa, ada perasaan aneh di dalam diri Jeongwoo karena baru kali ini dia merasa iba dan kagum terhadap wanita. Biasanya, dia selalu bertemu dengan wanita yang selalu pura-pura lemah di depannya untuk mencari perhatiannya.
"Jangan ditatap melulu, bos kita memang manis. Enggak akan di culik kok!" ucapnya seperti berbisik.
Jeongwoo tersadar, ia berdehem lalu berbalik dengan cool dan pura-pura membuat kopi. "Siapa yang melihatnya?" tukasnya dingin.
"Hey, ayolah jujur saja! Aku sudah tahu," ledeknya dan tertawa puas.
"Naeun sunbaenim, sebaiknya kembali kerja. Tuh ada meja yang harus dirapihkan."
Naeun kembali tertawa dengan lebar tidak di sangka pria ini asik di ajak bercanda dan sangat geli dipanggil 'sunbaenim' olehnya.
"Enggak perlu pakai sunbaenim juga dong saat memanggilku. Cukup Naeun saja, oke?" ungkap Naeun menepuk bahu Jeongwoo masih tertawa. Jeongwoo terkekeh kecil dan mengangguk.
*****
Kaki kecilnya sibuk menendang-nendang pelan tanah dengan sepatu boots mahal miliknya, tatapannya kosong, ia melamun. Yuna hanya duduk di halte bus membiarkan beberapa bus yang lewat berlalu. Apakah dirinya tidak takut? Padahal dia sendirian di halte bus itu dan sudah sangat larut malam dan salahnya terburu-buru tadi pagi hingga lupa membawa mobilnya.
Seorang pria yang terus memanggilnya sama sekali tak mendapat balasan.
"Yuna-sajangnim! Kamu mendengarku?"
Lagi, tak ada balasan. Jeongwoo menepuk bahunya, Yuna tersentak dan mengalihkan pandangan pada Jeongwoo. Yuna menatapnya.
"Oh? Jeongwoo-ssi? Ada apa?"
Jeongwoo menggeleng dan tersenyum, ia mendudukkan dirinya di samping Yuna kembali bersitatap dengannya. Lagi ... dia melihat di matanya tersimpan luka yang cukup dalam. "Wait ... tadi kamu memanggilku apa? Yuna-sajangnim?" serunya masih menatap.
"Ya, apakah salah?"
Yuna tertawa, persis seperti Naeun yang geli dengan panggilan Jeongwoo. "Panggil aku Yuna atau Yuna-ssi, lebih enak, kan? Aku tidak begitu suka dengan panggilan dengan embel-embel seperti itu! Sudahlah, ingat panggil aku apa?" tukasnya dan menatapnya dekat. Sangat dekat.
Jeongwoo terkejut, nafasnya tertahan. Mata mereka bertemu untuk kesekian kalinya tapi saat ini dengan jarak yang sangat dekat. Yuna dan Jeongwoo sama-sama bisa menghirup aroma parfum yang sangat khas di tubuh keduanya. Ia mengangguk, "Yu-yuna atau Yuna-ssi"
Seperti terhipnotis, akhirnya Yuna tersadar dan menjauhkan dirinya dari Jeongwoo. Canggung? Ya, keduanya canggung. Kecanggungan akhirnya berakhir ketika bus terakhir mulai datang. "Jeongwoo-ssi, aku duluan! Bye!" ucapnya melambaikan tangan dan terburu-buru menaiki bus.
Jeongwoo hanya tersenyum, sedikit membungkuk dan balas melambaikan tangan.
"Bye! Selamat malam, Yuna-yaa" gumamnya pelan.
****
- Sunbae : Senior
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Calvien Arby
Semangaat
2020-04-14
4