Bab 4. Orang Paling Sinting

Gadis yang baru saja terbangun itu menatap sesosok laki-laki asing di depannya. Tatapan matanya semakin terlihat sangar karena suasana hatinya yang buruk akibat dibangunkan dengan paksa. Wajah gadis itu manis, pipi chubby, sebuah tahi lalat kecil di bawah mata, bibir mungil, hidung lancip, namun terlihat sebuah plester luka menempel di pipi kanannya.

Nisa lalu memandang ke arah lain, dia baru sadar bahwa teman semeja nya tengah berdiri di sisi lain. Dia kembali menatap lekat-lekat lelaki asing itu, memperhatikan dari atas sampai bawah, lalu menyadari almamater yang sedang dikenakan.

"Mahasiswa nyasar, bang?" tanya Nisa sambil tersenyum miring.

"Bukan! Tapi aku ..." belum sempat Ricky menyelesaikan bicaranya, tetapi Nisa justru membuang muka lalu kembali menunduk untuk melanjutkan tidurnya.

"Bangun!" teriak Ricky sekali lagi dengan salah satu tangannya yang menggebrak meja.

"Apa?!" Nisa balas berteriak serta menatap sinis Ricky. "Si sinting ini, kembali sana ke habitat aslimu!"

"S-sinting? Habitat? K-kamu ... bicaramu itu keterlaluan! Seenggaknya bicara yang lebih sopan pada yang lebih tua!" bentak Ricky yang mulai merasa kesal.

"Ya-yaa ... dasar tua. Mohon ampun kakek buyut, leluhur, kakek moyang. Sekarang cucumu ini minta agar jiwa dan ragamu kembali ke tempat asalmu. Hush! Hush!" ucap Nisa sambil melambaikan tangannya, terlihat seperti sedang mengusir seekor hewan. Namun setelah itu lagi-lagi Nisa kembali menundukkan kepalanya.

"K-kamu ...!!" Ricky merasa sangat geram, dia berdiri dan meminta agar Amin kembali ke tempat duduknya. Kemudian dia menunjuk ke arah Nisa sambil berkata, "Apa dia memang seperti ini?"

Seluruh murid di kelas kecuali Nisa secara kompak mengangguk. Lalu ketua kelas, Amira berkata, "Kak Ricky harap maklum, ya? Soal yang tadi jangan dilaporkan ke Pak Pendi, nanti bisa-bisa makin runyam. Ini kan masih jam pelajaran biologi, Kak Ricky mengajar saja, kita semua sudah siap dengan materi yang akan Kak Ricky ajarkan!"

"Kamu tenang saja, pelajaran tetap akan berlangsung dan diikuti oleh seluruh siswa!"

Seketika semua murid terkesiap, mereka semua kaget dengan kegigihan Ricky yang belum menyerah pada kegilaan gadis itu.

"Nah, materi yang pertama adalah tentang fotosintesis!" Ricky lalu berjalan ke arah belakang bangku Nisa.

"Fotosintesis merupakan proses biokimia yang dilakukan tumbuhan dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi nutrisi dengan memanfaatkan energi cahaya. Terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau, yaitu klorofil. Pada tumbuhan alga, alga memiliki klorofil namun juga pigmen warna untuk membantu proses fotosintesis tersebut. Misalnya alga merah!" jelas Ricky penuh penekanan sambil melirik ke arah rambut Nisa yang berwarna merah.

"Berdasarkan warna pigmennya, alga dibagi menjadi alga hijau, alga coklat, alga keemasan, dan alga merah! Sama seperti tanaman darat, untuk mengubah molekul karbon dioksida dan air menjadi gula dan oksigen, alga juga butuh cahaya matahari!"

Tiba-tiba saja Ricky menyibakkan gorden jendela kelas. Sontak saja cahaya matahari pagi yang cerah langsung menembus kaca jendela. Nisa mengernyit, merasakan silau cahaya matahari yang seolah-olah menusuk matanya. Lama-kelamaan dia merasa semakin tidak nyaman, hingga pada akhirnya dia membuka matanya lalu bangkit dan berdiri dengan pose menantang terhadap Ricky.

"Sialan! Kenapa masih di sini dan malah terus mengoceh?! Apa mau mu hah?! Mau cari masalah denganku?!"

Ricky menyeringai, "Etiolasi, peristiwa pertumbuhan tidak normal dimana tanaman tumbuh di tempat gelap tanpa adanya sinar matahari."

"..." mulut Nisa terasa kaku, dia sangat kesal karena Ricky mengabaikannya dan masih terus mengoceh tentang materi.

"Tanaman memanjang lebih cepat yang diakibatkan kerja hormon pertumbuhan auksin. Walaupun cepat, etiolasi menghasilkan tanaman dengan ruas batang yang panjang, rapuh, tipis, pucat karena kekurangan klorofil. Ini dikarenakan tidak bisa melakukan fotosintesis akibat kekurangan cahaya matahari. Jika dibiarkan, tanaman akan mati. Manusia juga sama!" Ricky menatap balik Nisa dengan cara yang sama.

"Sinar matahari pagi itu penting, jika tubuh kekurangan vitamin D, maka akan gampang sakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh. Bisa berefek juga pada nyeri sendi, tulang, dan otot. Lalu efek lain blablabla ..."

"Tutup ... Tutup mulut sialmu itu!! Di mana Bu Susi?! Harusnya ini jamnya guru menor itu! Kenapa malah mahasiswa gila yang ada di sini?!" Nisa lalu mengalihkan pandangannya. "Hei ketua kelas!!"

"Y-ya? A-ada apa?" tanya Amira gemetaran.

"Cepat panggil guru menor! Akan jauh lebih baik jika dia yang mengajar!" bentak Nisa dengan mata yang melotot.

"T-tapi ..."

"Tapi apa?! Berani menolakku?!"

"Tapi aku sudah mengambil alih." celetuk Ricky sambil bersedekap.

"Mengambil alih apa maksudnya?" tanya Nisa dengan tatapan sinis.

"Aku mahasiswa PPL di sini. Salahmu sendiri tadi tidur saat aku memperkenalkan diri. Sekedar informasi, penilaianku juga berpengaruh terhadap penilaian guru pengampu, jadi jika membolos saat mengikuti kelasku itu sama saja dengan membolos pada jam pelajaran biasa."

"Oh ... gitu," Nisa kembali duduk di kursinya, lalu berganti melotot ke arah teman semeja nya. "Hei ikan! Kipasi aku!"

"B-baik Nyonya ..." Amin segera mengambil sebuah buku tulisnya yang berada di atas meja, kemudian buku itu dikipas-kipaskan ke arah Nisa.

"Bangs*t, lebih cepat lagi!"

"I-iya."

Murid-murid lain sudah tidak asing lagi dengan hal tersebut, tetapi berbeda halnya dengan Ricky. Meskipun Ricky merasa muak, dia tidak bisa berkata apa-apa karena baru melihat hal seperti itu untuk pertama kali.

Sejenak Ricky tertegun, lalu mendadak menyentuh pundak Nisa dari belakang. "Maju ke depan!"

"Stop!" Nisa menatap tajam ke arah Amin yang seketika membuatnya berhenti mengipasi dirinya. Gadis itu beralih menatap tangan lancang yang masih berada di atas pundaknya. "Maju buat apa?"

Awas saja kalau berani menghukumku mengangkat satu kaki seperti anak SD, aku pastikan mahasiswa nyasar ini akan pulang tanpa kaki!

"Maju untuk presentasi!" jawab Ricky dengan senyum terpaksa.

"Presentasi apaan? Baru ngajar sekali disuruh presentasi." ucap Nisa sambil menepis tangan Ricky dari pundaknya.

"Kamu kan tidur di kelas, pasti gara-gara semalam lembur buat belajar. Nah, sekarang ayo maju!" (seseorang yang terlalu berpikir positif)

Sejenak Nisa tertegun, lalu mendongak hingga bisa memandang wajah Ricky. "Dikasih nilai plus, enggak? Kalau nggak ada nilai aku nggak mau maju."

"Tentu saja ada, kalau jawabanmu bagus nanti aku kasih nilai!"

Tanpa basa-basi lagi Nisa langsung bangkit dan maju ke depan, diikuti oleh Ricky yang ikut maju kemudian duduk di kursi guru. Nisa kemudian menoleh ke arah Ricky dengan alis terangkat sebelah.

"Presentasi soal apa? Fotosintesis?"

"Bukan, soal fotosintesis sudah aku yang menjelaskan. Pelajaran biologi adalah tentang kehidupan, dan organisme hidup, termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebaran, dan taksonomi nya. Jadi aku minta sekarang kamu jelaskan tentang proses reproduksi manusia!"

"Re-reproduksi?! Proses?" seketika wajah Nisa memerah, pikirannya langsung traveling ke galaksi GN-z11.

"Kenapa?" Ricky terkekeh.

"E-ehmm ... Proses reproduksi diawali dengan ... melakukan se-*** ... Anunya itu ... m-masuk ke lo-lobang ..."

Nisa mengepalkan tangannya sekuat mungkin, lidahnya terasa kaku. Untuk pertama kali di dalam hidupnya dia melakukan presentasi dengan gagap. Murid-murid lain menundukkan kepala dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menertawakan Nisa, sedangkan Ricky masih diam dan menunggu Nisa lanjut bicara.

"Lobang ...?? Lobang apa?"

"Lo ... Lo-lobangsaatt!! Ganti aja pertanyaannya! Itu kan materi gampang! Anak SMP juga paham!" teriak Nisa dengan wajah semerah tomat.

"Kalau gampang ayo jelaskan. Supaya teman-temanmu juga paham." jawab Ricky tanpa ekspresi.

"Buat apa sih?! Kalian semua jawab! Kalian semua paham yang begituan, kan?! Kalau kalian normal harusnya kalian paham!"

Tidak ada satu pun yang bersuara, semuanya hanya diam karena takut pada Nisa, tapi secara bersamaan mereka semua menatap ke arah Ricky dan berharap agar Ricky tidak lagi membuat Nisa marah.

"Kamu lihat, kan? Teman-temanmu belum paham, ayo jelaskan, punya ilmu itu harus berbagi!"

"Apanya yang berbagi ilmu?! Kalau memang mau berbagi pemahaman, oke! Aku punya banyak link video bok*p! Ohh ... atau gini aja! Aku putar lewat proyektor sekalian biar tambah jelas! Panggil kelas lain juga! Kita semua nobar bok*p! Kalau ditanya pelajaran apa, jawab aja pelajarannya si mahasiswa nyasar ini!" teriak Nisa sambil menunjuk ke arah Ricky yang seketika membuat Ricky terdiam.

"..."

Sinting! Orang paling sinting yang pernah aku temui.

"Persetan dengan nilai! Mau dikasih F aku juga gak peduli!" Nisa dengan penuh kekesalan berjalan kembali ke tempat duduknya. Begitu duduk, dia tiba-tiba mengacungkan jari tengahnya ke arah Ricky. "Fu*k! Awas kalau berani menggangguku lagi!"

Ricky membisu, tetapi Nisa malah berganti melotot ke arah Amin. "Hei ikan! Kipasi aku sampai aku tertidur lagi!"

"I-iya Nyonya ..." jawab Amin dengan nada pasrah.

Hiks ... padahal di kelas sudah ada AC, tanganku capek.

Begitulah pada akhirnya, pagi hari ini adalah pagi yang paling tidak mengenakkan bagi semua orang. Bagi Ricky, bagi Nisa, bagi Amin, bagi Amira sang ketua kelas, dan bagi para murid lain yang benar-benar ingin belajar.

Ricky hanya bisa mengikuti suasana dan mengurungkan niatnya untuk membuat Nisa mengikuti pelajaran. Dan tentu saja pelajaran yang awalnya diikuti dengan antusias oleh beberapa murid akhirnya sekarang menjadi pelajaran yang penuh tekanan.

***

Ricky akhirnya menyelesaikan kegiatan mengajar pertamanya. Karena hak khusus yang dia miliki, dia mendapatkan sebuah ruangan tersendiri di sekolah, kepala sekolah yang membantu segala keperluannya.

Ricky duduk dengan tampang lesu, lalu memegang kening karena merasa frustrasi. "Sumpah ... tadinya aku kira ini akan mudah," gumamnya.

Subjek macam apa Nisa itu?! Lebih mirip preman ketimbang anak sekolahan! Astaga profesor ... aku ini ingin jadi dokter, bukan guru! Kesabaranku juga ada batasnya! Profesor Arman, kalau aku membantu penelitian profesor, harusnya nanti aku dapat nilai A+ tanpa memusingkan aku menulis laporan dengan lidah atau kaki.

"Hah ..." Ricky menghela napas, kemudian menatap selembar kertas berisi jadwal sekolah. "Hmm ... sebentar lagi waktunya istirahat, mungkin pergi ke kantin bisa memperbaiki mood-ku."

Tak lama kemudian bel sekolah berbunyi dua kali yang menandakan waktunya istirahat. Ricky yang menyadari hal itu langsung menuju ke kantin dengan berjalan santai.

Sesampainya dia di kantin, dia melihat kantin yang sudah dipenuhi oleh siswa dan beberapa guru yang sedang beristirahat. Ada yang sudah duduk dan makan dengan lahap mirip babi kelaparan, ada juga yang sambil berbincang alias bergosip tentang hal-hal tidak berfaedah.

Tentu saja Ricky lagi-lagi menjadi pusat perhatian, namun karena sudah terbiasa dengan itu alhasil Ricky mengabaikan semua tatapan yang tertuju kepadanya. Dia mengambil nampan berisi sepaket makanan yang disediakan oleh dapur sekolah, namun sifat aslinya sebagai dokter tidak terelakkan, dia lebih memilih menu makanan vegetarian.

Makanan sudah didapatkan, namun tempat untuk duduk belum. Para siswi yang sejak tadi curi-curi pandang mulai merapatkan duduknya, mereka berharap bahwa Ricky akan tertarik untuk duduk satu meja dengan mereka.

Ricky melihat ke arah lain, dia melihat ke wilayah para guru yang tengah asyik makan. Namun dia merasa sungkan jika ingin duduk bergabung ke tempat mereka.

"Aku benci ini, untuk pertama kalinya aku bingung duduk di mana." gumamnya sambil terus melihat kanan kiri seraya mencari tempat yang kosong.

Ricky buruk dalam bersosialisasi, dia cenderung lebih suka menjauh dari keramaian. Dia berjalan ke sisi pinggir, lalu dia menjumpai sebuah meja yang hanya dipakai oleh satu orang, sialnya orang itu jelas-jelas berambut merah yang tidak lain adalah Nisa.

"Profesor Arman ... aku mohon besok suruh anakmu Aslan menemaniku," gumam Ricky.

Karena tidak ingin makan di lantai, Ricky tak punya pilihan lain selain menghampiri meja itu. Begitu dia meletakkan nampan makan miliknya, dia langsung disambut oleh tatapan sinis dari Nisa.

"..." Nisa membisu, lalu memutar bola matanya dengan malas dan terus melanjutkan mengunyah potongan daging yang sudah berada di mulutnya.

Di sisi lain Ricky juga diam, namun dia sedikit merasa heran karena Nisa tidak berteriak ataupun mengumpat seperti yang dia bayangkan sebelumnya.

"..."

Ini aneh, sifatnya sulit ditebak. Aku kira dia akan langsung mengusirku, apa mungkin inilah mengapa profesor bilang kalau dia menarik? Tapi ini ada untungnya juga, mungkin saja dengan memperhatikan caranya makan, aku bisa meneliti tentang kepribadiannya. Tapi ... memangnya cara makan itu berpengaruh? Bodo amat lah, tulis aja semua yang aku tau.

Ricky mulai menyantap makanannya, sesekali dia juga melirik ke arah Nisa dan memperhatikan bagaimana caranya makan. Meskipun Nisa menyadari hal itu, dia tetap tidak berkata apa-apa dan malah mengambil ponselnya dari saku bajunya.

Nisa meletakkan ponselnya di atas meja, lalu tiba-tiba malah menyodorkan ponsel itu mendekat ke arah Ricky. "Nomormu!"

"Hah?" seketika Ricky meletakkan sendok makan yang sudah terisi itu dan menatap Nisa dengan tatapan tidak percaya. "Kamu minta nomor ku?"

"Iya." jawab Nisa singkat yang setelahnya malah menyeruput minuman es miliknya.

"Tapi buat apa?" Ricky terheran-heran.

"Bagi link."

"Link?! Tunggu sebentar ..." sejenak Ricky terdiam dan berusaha mengingat-ingat kembali kejadian di ruang kelas tadi.

Sial!! Otak cewek ini dibuat dari apa sih?! Dikira aku duduk di sini karena mau minta link video porno!

Ricky segera menyodorkan ponsel milik Nisa kembali. "Kamu salah paham, aku sama sekali nggak ada maksud minta yang begituan."

"Terus ngapain duduk di sini?" tanya Nisa sambil menyimpan kembali ponselnya.

"Karena tempat lain penuh, cuma kamu yang duduk di sini, lagian meja ini juga bukan kamu yang bawa dari rumah, jadi aku boleh dong duduk di sini. Kenapa? Nggak boleh aku duduk semeja sama kamu?"

"Ohh ... orang yang mendekatiku pasti ingin mengambil keuntungan dariku." ucap Nisa tanpa sadar.

"Kamu bilang apa?"

"Nggak! Aku nggak bilang apa-apa! Kupingmu yang bermasalah! Dengar suara nyamuk kentut kali!" teriak Nisa sambil memalingkan wajahnya.

"..."

Sembarangan! Mulutmu itu yang pantatnya nyamuk, jelas-jelas tadi aku lihat mimik bibirmu.

TING!

Sebuah suara notifikasi pesan terdengar dari ponselnya Nisa. Saat Nisa mengecek apa isi dari pesan itu, raut wajahnya langsung berubah masam.

"Dasar ... cecunguk brengsek!"

Terpopuler

Comments

Ig : @smiling_srn27 🎀

Ig : @smiling_srn27 🎀

First, semangat thor

2022-01-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!