Bab 3. Trouble Maker

SMA Langit Biru, sebuah sekolah swasta dengan fasilitas serba lengkap. Ada tiga golongan siswa yang bisa diterima di sini. Pertama, golongan anak orang kaya. Kedua, punya orang dalam. Ketiga, orang yang hoki seumur hidup dipakai.

SMA elite ini tidak jauh berbeda dari SMA-SMA pada umumnya, terdapat berbagai macam organisasi dan klub ekstrakurikuler. Ada banyak jenis golongan murid mulai dari golongan pacaran dan rebutan pacar, golongan tukang bully, golongan tukang bolos, golongan tukang cari muka terhadap guru, golongan yang masa bodoh, golongan pemalu seolah tidak tampak, golongan murid teladan, golongan yang fokus belajar, golongan yang sok populer, golongan tukang gosip dan masih banyak lagi.

Yang membuat sekolah ini berbeda adalah sistem pembagian kelasnya. Tidak terdapat pengelompokan bidang keilmuan seperti IPA, IPS maupun Bahasa. Semua murid mendapatkan pembelajaran yang sama, total pembagian ruang kelas tiap tingkat sampai dengan G. Jadi terdapat 7 ruang kelas di setiap tingkatan kelas. Mungkin terkesan lebih sedikit daripada sekolah lain, karena itu pun menyesuaikan dengan keadaan bahwa tidak banyak orang yang mampu untuk membayar biaya sekolah di sana.

Di pagi hari ini sebelum waktunya bel masuk, di sebuah koridor lantai dua terdapat 2 orang siswa yang sedang berbincang sambil melihat-lihat lapangan upacara. Mereka tahu bahwa waktu bel masuk sebentar lagi akan berbunyi, namun mereka masih asyik bergosip di sana.

"Udah tau belum?"

"Belum."

"Jangan dijawab dulu dodol! Biarin aku selesai ngomong dulu!"

"Sok atuh, emangnya soal apa?"

"Tadi di gerbang sekolah aku lihat si Trouble Maker ganti warna rambut lagi, jadi warna merah! Untung dia cantik, kalau enggak pasti bakal mirip sama bencong-bencong." (Trouble Maker yang dimaksud adalah Nisa)

"Yahh ... sekolah kita kan punya peraturan bebas soal warna rambut, cuma si Trouble Maker emang gila aja. Masa warnanya merah nyala total begitu. Dulu ungu, terus biru, kemarin pirang, sekarang merah. Habis ini kira-kira apa lagi?"

"Mungkin pelangi! Dia itu kan wibu, diajak ngomong aja kadang-kadang dia pake bahasa Jepang. Dia juga sering buat masalah, baru-baru ini juga. Katanya dia ngerusak motornya Pak Doni cuma gara-gara Pak Doni bilang kalau nggak boleh main konsol game pas pelajaran."

"Wahh ... gila! Motor sport dipreteli. Tapi bukannya kalau begitu harusnya diskors?"

"Dih, lupa ya kalau backingan dia nggak main-main? Katanya dia itu anaknya mafia."

"Serius? Bukannya ayah dia itu direktur perusahaan department store?"

"Sekarang memang businessman, tapi dulunya ketua mafia. Ada gosip katanya sekarang dia masih mafia, makanya agak serem. Udah anaknya mafia, wibu lagi. Mending lari kalau ketemu!"

"Seriusan? Padahal dia cute begitu, tapi emang iya sih kalau dia susah diatur sama guru."

"Iya serius, nggak ingat kejadian waktu dia masih kelas 10?"

"Aku kan anak pindahan."

"Eh, iya juga. Pokoknya dulu itu pernah satu kali waktu berangkat sekolah, dia pakai iring-iringan mobil, mirip presiden lah pokoknya! Pas turun dari mobil juga banyak orang-orang berotot pakai jas hitam baris cuma buat nyambut dia jalan. Heboh banget waktu itu!"

"Wahhh ... keren banget gak sih?! Mafia lohh! Gimana ya biar bisa temenan deket sama dia. Bagi tips dong, kamu kan murid lama di sini!"

"Gampamg kok kalau mau deket, ikutan jadi wibu sana!"

"Nggak mau ah, nanti dikira aku stress bau bawang. Cara lain aja yang lebih manusiawi, ada enggak?"

"Ada satu! Download game online, main sampai level diamond baru ajak dia mabar, pasti dia mau. Bahkan anak cupu aja tapi kalau jago nge game bakalan bisa temenan sama dia!"

"Oke-oke, game yang mana tapi?"

"Game ..."

TRING ... TRING ... TRING ...

Bel sekolah berbunyi 3 kali yang menandakan masuk kelas. Semua murid yang masih berada di luar berbondong-bondong masuk ke kelasnya masing-masing.

Di sisi lain, di dalam ruangan kepala sekolah. Seorang pria dewasa yang berseragam pegawai sipil berwarna cokelat sedang duduk di kursi kerjanya, namanya Burhan. Di depannya ada seseorang yang tidak lain adalah Ricky.

"Jadi kamu orang yang dimaksud oleh Profesor Arman?" tanya Burhan.

"Iya, pak kepsek bisa panggil saja aku Ricky." jawab Ricky dengan wajah datar.

"Hemmm ... Profesor sudah menjelaskan seluruh garis besarnya saat pertemuan waktu itu, tapi perlu kamu ingat satu hal. Nisa yang merupakan subjek itu sedikit berbeda dari murid-murid lain, jadi jika dengar gosip apa pun tentang dia jangan dipercaya ya."

"Gosip? Gosip seperti apa?" tanya Ricky dengan tatapan curiga.

"Nanti kamu juga akan tahu sendiri. Biasalah, anak-anak dalam masa puber selalu melebih-lebihkan sesuatu. Tapi berhubungan soal itu ... kamu nikmati saja saat-saat di sini, aku yakin di hari pertamamu ini kamu pasti sudah populer."

TOK TOK TOK!!

Suara pintu diketuk yang seketika membuat Ricky dan kepala sekolah menoleh.

"Oh, wali kelas XII F sudah datang."

Wali kelas yang dimaksud kemudian memasuki ruangan setelah di persilakan. Kemudian dia duduk di kursi yang bersebelahan dengan Ricky, nama wali kelas itu adalah Efendi, para murid akrab memanggilnya dengan sebutan Pak Pendi, dia juga mengampu mata pelajaran geografi. Ciri khas nya adalah bicara dengan suara lantang, berkacamata dan berkumis agak tebal.

"Ada keperluan apa bapak memanggil saya?" tanya Pak Pendi namun melirik ke arah Ricky.

"Oh itu, perkenalkan mahasiswa yang ada di sebelahmu. Namanya Ricky, dia mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan MIPA yang melaksanakan PPL di sini. Dia juga adalah kerabat jauhku yang dibesarkan di luar negeri."

"..." Pak Pendi kemudian melihat Ricky dari atas sampai bawah.

Baru pertama kali sekolah ini menerima mahasiswa PPL, tapi tidak mengherankan juga mengingat dia kerabatnya kepala sekolah.

"Pak kepsek, apakah hanya dia seorang?" tanya Pak Pendi lagi.

"Iya. Dan aku memanggilmu karena kamu wali kelas XII F, jam pelajaran ke-2 kelas itu kan biologi. Nah, kelas itu adalah kelas pertama yang akan dibimbing oleh nak Ricky. Karena hanya dia seorang, rencananya dia hanya akan membimbing kelas XII F dan XII G, dan mata pelajaran yang akan dia ajarkan antara lain matematika, fisika, kimia dan biologi. Aku juga minta tolong untuk sampaikan hal ini pada guru mapel yang aku sebutkan tadi. Nanti kalian bisa berdiskusi soal pembagian jam pengajaran. Oh iya, tolong sekalian ajak dia berkeliling ya!"

"Baik pak," jawab Pak Pendi yang sekali lagi melirik ke arah Ricky.

Haiss ... Aku kasihan, mungkin saja dia akan terlibat masalah dengan murid gila yang satu itu.

Pembicaraan pun berakhir. Sesuai dengan permintaan kepala sekolah, Pak Pendi memandu Ricky untuk berkeliling dan memperkenalkan setiap ruangan yang berada di sekolah. Mulai dari ruang kelas, lab komputer, lapangan olahraga, ruang kesehatan, kantin, perpustakaan, taman, dan lain-lain.

Setelah selesai memperkenalkan lingkungan sekolah, Pak Pendi mengajak Ricky untuk berkenalan dengan guru-guru yang bersangkutan yang sebelumnya disebutkan oleh kepala sekolah. Awalnya para guru itu juga sedikit bingung karena sekolah menerima mahasiswa PPL, namun kebingungan mereka terjawab saat Ricky menjelaskan bahwa dia adalah kerabat dari kepala sekolah.

TRING ...

Bel sekolah berbunyi satu kali yang menandakan bergantinya jam pelajaran. Ricky yang sudah siap memulai penelitian rahasianya kini sangat bersemangat, dia berjalan menuju ke kelas XII F didampingi oleh Pak Pendi.

Sesampainya di ruang Kelas, Pak Pendi masuk terlebih dahulu, sedangkan Ricky masih menunggu di luar.

"Selamat pagi semuanya!" sapa Pak Pendi yang membuat seluruh murid di kelas melongo kebingungan, sebab ini jam pelajaran biologi, bukan geografi.

Salah satu siswi yang duduk di bangku paling depan mengangkat tangan. "Pak, ini bukan jam nya bapak mengajar."

"Iya, saya tahu." Pendi kemudian menoleh ke arah pintu. "Kamu boleh masuk!"

Ricky berjalan memasuki kelas dan berdiri tepat di samping Pak Pendi. Semuanya murid langsung kaget sekaligus heboh, ada yang merasa heran dan terpesona seperti layaknya sekarang.

"Kyaaa! Siapa sih?! Ganteng banget mirip Tehyunk!"

"Ihhh bukan! Tapi mirim Miwon!"

"Oppa! Salang haeyo!"

"Oppa, sarang tawon." (gumam seseorang yang iri)

"Kakak buka pendaftaran buat jadi pacarnya kakak dong!"

"Nama igeh kakak apa?!"

"Kakak minum susu apa biar tinggi?! Susu MSG?"

"Kakak jadi sugar daddy aku dong!"

"Kalian semua tenang!!!" teriak Pak Pendi sampai urat lehernya terlihat.

Seketika suasana menjadi hening, namun beberapa siswi yang duduk semeja masih saling berbisik.

"Huft ... Kalian dengarkan baik-baik! Orang di sebelah bapak ini namanya Ricky, dia adalah mahasiswa dari Universitas Grand SC yang akan melaksanakan kegiatan PPL di sini. Dia akan menemani kalian di jam pelajaran matematika, fisika, kimia dan biologi. Tetapi tidak pada setiap jam pembelajaran, karena guru mapel juga akan masih membimbing kalian."

"Mungkin di antara kalian merasa bingung karena sekolah kita mendadak menerima mahasiswa PPL. Tetapi dia punya privilege sehingga bisa berada di sini." Pak Pendi menoleh ke arah Ricky. "Sekarang perkenalkan dirimu sendiri."

"Baik," ucap Ricky sambil mengangguk.

Ricky lalu memperkenalkan diri lebih jelas lagi, para murid perempuan hanya mengangguk dan terpana, namun murid laki-laki berdecih kesal karena iri akan kepopulerannya yang melonjak.

Sebelum pergi, Pak Pendi mengingatkan kepada para murid untuk berlaku baik dan sopan untuk menjaga reputasi sekolah. Namun ada satu murid yang sudah tidak sanggup lagi dia hadapi, yaitu seorang siswi yang duduk di pojok kiri paling belakang.

Namun sedari tadi, tanpa disadari siapa pun, Ricky diam-diam mengamati dan mencari tahu soal siswi dengan rambut pirang yang disemir total. Tetapi dia belum menemukannya, karena kebanyakan disemir pirang tetapi hanya sebagian.

Hal yang pertama dilakukan Ricky adalah melakukan pendekatan dengan cara memanggil nama setiap murid dengan daftar presensi. Urutan nomor absen berdasarkan nama, tetapi pembagian kelas menggunakan sistem acak dan bukan nilai. Jadi di setiap kelas terdapat murid pintar dan kurang pintar.

Presensi berjalan lancar mulai dari inisial A, ketika dia sampai di huruf N, terjadilah kendala. Ricky tidak ambil pusing, karena itu artinya penelitian rahasianya sekarang sudah benar-benar dimulai.

...[TAHAP PERTAMA, BERTEMU DENGAN SUBJEK SECARA LANGSUNG]...

"Nisa Sania Siwidharwa!" panggil Ricky yang seketika membuat kelas jadi sunyi senyap.

"Nisa Sania Siwidharwa!" panggil Ricky lagi.

"Nisa Sania Siwidharwa!!" Ricky berteriak lebih keras namun sama sekali tidak ada yang menyahut.

"Oke, berarti dia ALPA!" ucap Ricky penuh penekanan.

Para murid mendadak saling berbisik, tatapan mereka terlihat ragu saat menatap seseorang yang tidur di bangku pojok. Akhirnya salah satu siswi yang duduk di bangku tengah memberanikan diri mengangkat tangan. Namanya Amira, ketua kelas.

"Anu ... Kak, yang kakak panggil ... orangnya di sana, jangan beri dia keterangan alpa." ucapnya dengan nada gemetar.

Sejenak Ricky termenung, dia menyadari bahwa emosi Amira saat ini adalah takut. Dia menghela napas lalu berjalan mendekati bangun paling pojok.

Dia menatap gadis berambut merah yang tertidur itu. Setelahnya dia berganti menatap seorang murid laki-laki yang duduk semeja dengan Nisa, model rambutnya pendek, memakai kacamata dan mukanya standar, persis seperti image anak cupu.

"Siapa tadi namamu?" tanya Ricky.

"A-Amien Arwana ... kak," jawab Amien, akrab dipanggil Min atau Amin.

"Tolong bangunkan yang di sebelahmu itu ya!" pinta Ricky yang langsung mendapat reaksi gelengan cepat dari Amin. "Hahh ..."

Mental orang ini ciut, sebaiknya aku bangunkan sendiri.

"Amien, bisa berdiri dulu dan menyingkir?" tanya Ricky.

"B-bisa," Amin langsung menuruti permintaan Ricky.

Ricky duduk di kursi Amin, kemudian bergumam, "Rambut merah, mirip jengger ayam."

Ricky lalu menggoyangkan bahu Nisa. "Bangun! Sekolah bukan tempat untuk tidur!"

"Ehmmm ... sekolah ini sudah aku anggap rumahku, aku bisa tidur semauku." ucap Nisa dengan suara lirih, matanya masih terpejam.

"Bangun! Sekarang masih jam pelajaran!"

"Ikan Arwana diam ... Nyonya-mu ini masih ngantuk ... Aku pancing pantatmu baru tau rasa ..." jawab Nisa sambil merubah posisi kepalanya yang menempel di bangku.

Sontak saja siswa lain menahan tawa. Amin memang mendapat julukan khusus dari Nisa, yaitu "ikan arwana" atau kadang hanya "ikan"

"Ck, harus dengan cara keras ya." Ricky merasa kesal lalu menggebrak meja sekeras mungkin yang membuat Nisa langsung terbangun.

BRAAKKK!!!

"SIALAN! Ikan hias kalengan gak tau diri!" teriak Nisa sekencang mungkin yang membuat seluruh isi kelas ternganga. Tetapi Nisa sendiri masih setengah sadar, dia salah mengira bahwa Ricky itu Amin.

"Loh? Sejak kapan ikan glow up jadi ganteng??"

Terpopuler

Comments

Ig : @smiling_srn27 🎀

Ig : @smiling_srn27 🎀

Next up thor, semangat 💪🏻

2022-01-14

0

shera

shera

wkwk ngerti nih maksudnya, otor mau plesetin susu sgm jadi msg. Tapi susu masa colab sama micin🤣😭

2022-01-14

0

shera

shera

lari ada wibu🤸‍♀️🤸‍♀️

2022-01-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!