BAB 4

Wanita itu pun sontak jadi melotot sejadinya memandangi Anna sembari memegangi pipinya yang di buat memerah dan terasa begitu pedas akibat tamparan keras dari Anna.

"Ka,, kau! Beraninya kau menamparku!!!" Bentak wanita itu yang kembali ingin menampar Anna.

Namun tangannya dengan cepat di tahan oleh Anna dan di hempaskannya kembali secara kasar.

"Iya, memang aku berani, memangnya kenapa?!" Bentak Anna yang tak mau kalah sembari mulai mengecakkan kedua tangannya di pinggang, dengan tatapan yang begitu tajam seolah ingin membunuh.

"Dasar anak haram!! Tidak tau sopan santun dan tidak punya etika!" Ketus wanita itu yang terlihat semakin menggeram pada Anna.

Seperti sudah sangat terbiasa mendengar kata 'anak haram' dalam hidupnya, bahkan sejak Anna masih kecil ia sudah sering dibully dengan disebut anak haram oleh orang-orang di sekitarnya hingga akhirnya membuatnya mulai terbiasa dengan julukan pedas itu. kini Anna tak lagi menangis apalagi bersedih hati saat mendengar kata itu kembali di lontarkan untuknya. Ia hanya bisa mendengus kasar dan tersenyum sinis pada istri sah ayah kandungnya itu.

"Ya, memang aku adalah anak haram, anak hasil hubungan gelap dari suamimu yang begitu rakus akan kasih sayang dan belaian wanita, anak haram dari lelaki yang tidak pernah merasa puas dengan istrinya, Aku memang anak haram, lantas kau mau apa ha??!" Tantang Anna.

Irene, yang saat itu masih begitu lemah, mulai berusaha meraih tangan Anna yang bermaksud ingin menenangkan Anna, hal itu pun membuat Anna seketika menoleh sejenak ke arah ibunya.

"Nak, sudah lah, tolong jangan menentangnya, biar bagaimana pun dia juga ibumu." Ucap Irene lirih.

"Apa? Ibu?!" Mata wanita itu pun seketika mendelik.

"Cuihh!! lebih baik aku mati dari pada harus menganggap anak haram ini sebagai anakku!!" Tegas Wanita yang dikenal bernama Miska.

"Hei wanita tua, aku juga tidak sudi menganggapmu sebagai ibuku!!" Ketus Anna lagi.

"Dasar, anak tidak tau sopan santun dan tidak punya etika!! kau dan ibumu sama, sama-sama tidak tau malu!" Ketus Miska lagi.

Mendengar hal itu Anna justru semakin dibuat terkekeh geli.

"Apa katamu? Sopan? Hahaha aku tidak perlu berlaku sopan pada orang seperti mu, yang beraninya hanya pada yang lemah!!" Jawab Anna yang terus menertawakan Miska,

Hal itu pun ternyata berhasil membuat Miska semakin naik darah dan semakin geram.

"Dasar kau...."

"Dasar apa?! Apalagi yang akan kau ucapkan untuk menghinaku dan juga ibuku?! Seujung kuku pun, tidak akan lagi ku biarkan kau menghina apalagi menampar ibuku seperti tadi! Sekarang ku minta agar kau pergi dari sini!!" Bentak Anna sembari menunjuk ke arah pintu seolah meminta wanita itu untuk keluar saat itu juga.

Namun saat itu Miska masih saja terdiam, ia sama sekali tak bergerak dari posisinya dengan tatapan matanya yang semakin menajam.

"Pergi dari sini kataku!!" Bentak Anna lagi.

Wanita itu pun mendengus, lalu akhirnya ia pun pergi begitu saja dari ruangan itu tanpa ada berkata apapun lagi. Anna kembali menoleh ke arah ibunya, lalu bergegas mendekati ibunya dan mengusap-usap pipinya.

"Ibu, apakah sakit?" Tanya Anna lirih.

"Sudah lah nak, ibu tidak apa." Jawab Irene yang terlihat sangat lemas.

"Hais ibu, sudah jelas-jelas wanita itu menampar ibu, kenapa masih saja bersikap sok baik-baik saja ha?"

Irene pun akhirnya hanya bisa terdiam dan tersenyum lirih di hadapan anaknya.

"Sudah-sudah, tenangkan dirimu, ada banyak orang disini dan sekarang mereka jadi terus memandangi kita dengan tatapan aneh.

"Aku tidak perduli bu! wanita itu memang layak di beri pelajaran." Tegas Anna.

"Sudah lah nak, sudah, lupakan! Ibu tidak mau ada dendam di hatimu sayang." Pujuk Irene yang kembali meraih tangan Anna.

Namun tak lama suster pun datang untuk mengecek keadaan Irene yang hingga saat itu, belum juga di lakukan penindakan yang lebih serius pada penyakitnya, mengingat Anna belum juga memberikan dp awal sebagai biaya tindakan operasi.

"Suster, apa bisa ibu saya di pindahkan ke kelas satu?" Tanya Anna tanpa pikir panjang terlebih dulu.

"Maksudnya mba?"

"Ya, saya mau ibu saya di pindahkan ke kelas satu, atau bila perlu pindahkan ibu saya ke kelas VVIP, agar dia bisa mendapatkan pelayanan yang lebih baik, dan agar orang asing tidak bisa lagi sembarangan masuk seperti kejadian barusan." Jelas Anna lagi,

"Ta,,, tapi mba, ruangan VVIP itu biayanya sangat mahal sekali, apa mba yakin?" Tanya suster yang seolah tidak yakin pada Anna karena melihat penampilannya yang saat itu memang terlihat biasa saja, tidak terlihat seperti orang kaya.

Sementara Irene, yang mendengar hal mustahil itu sontak langsung mendelikkan matanya.

"Nak, apa-apaan kamu?! Ruang VVIP sudah pasti akan sangat mahal, dan kita sudah jelas tidak akan mampu membayar biaya rawat inapnya walau hanya satu malam, meski pun itu dengan sebulan gajimu." Ungkap Irene yang mulai cemas pada permintaan Anna yang menurutnya sangat mustahil.

"Sudah lah bu, demi kebaikan ibu, apapun akan ku lakukan. Yang terpenting sekarang, ibu harus tetap semangat untuk sembuh dan jangan pernah takut ya, karena Anna akan selalu disini untuk ibu." Ungkap Anna dengan lembut sembari mengusap-usap sebelah tangan ibunya dan mulai menciumi punggung tangan ibunya itu.

"Jadi, anda benar-benar yakin ibunya mau di pindah ke ruang VVIP?"

"Eeemm." Anna pun mengangguk penuh penegasan.

"Baiklah, kalau begitu akan saya konfirmasikan dulu ke bagian Administrasi."

"Baik suster, tolong segera ya suster."

"Akan saya usahakan mba."

"Ok, terima kasih banyak Suster." Anna pun akhirnya tersenyum singkat.

Sang suster pun juga hanya mengangguk dan tersenyum, lalu langsung beranjak pergi dari ruangan tempat dimana Irene di rawat.

Anna pun kembali terdiam, dan kembali memikirkan lagi apa yang diucapkan oleh Arga sebelumnya padanya. Lalu ia pun memutuskan untuk memberanikan diri dan merencanakan untuk datang menemui Arga secara langsung dan menagih semua janji yang telah ia buat pada Anna.

Miska yang ternyata belum sepenuhnya keluar dari ruang rawat Irene, bisa mendengar dengan jelas pembicaraan mereka, hal itu sontak membuatnya jadi membulatkan matanya saat memandangi Anna, ia begitu tidak percaya dan terus bertanya-tanya dalam hati dari mana Anna mendapatkan uang untuk kamar pasien semewah itu.

“Apa aku tidak salah dengar? Dia ingin pindah ke ruangan VVIP? Jika benar, dari mana dia uang sebanyak itu?” Tanya Miska dalam hati.

Miska terus berfikir dalam diam, karena menurutnya seorang pekerja biasa seperti Anna, tidak mungkin sanggup untuk membayar kamar VVIP. Kemudian, Miska pun mulai menduga jika Anna pasti memanfaatkan kecantikan yang ia miliki untuk menjadi simpanan dari lelaki kaya.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

meimei

meimei

haduuueh.. Miska...penguping kamu y..

2022-02-02

0

Rosida

Rosida

owalah pengen tak sambel tu mulut 😡😠😠

2022-02-01

0

Rizky

Rizky

Ok mulai betahhh hehehe

2022-01-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!