Episode 5

Ani siang ini pulang bersama temannya Iva dan Ama. Mereka bertiga adalah teman dekat sejak SMP. Mereka memiliki kesamaan minat sejak SMP yaitu fashion. Kebetulan Ani memiliki ibu yang juga memiliki usaha konveksi dan mungkin minat dan bakat yang ada di dalam darahnya menurun dari ibunya.

Setelah menikmati pertunjukkan fashion show yang baru saja usai mereka bertiga keluar dari aula menuju parkiran depan sekolah karena jemputan dari supir Iva telah menunggu.

Mereka bertiga berasal dari keluarga yang berbeda latar belakang. Jika Ani dan Iva memiliki keluarga yang mampu secara finansial berbeda dengan Ama yang memiliki latar belakang yang cenderung kurang mampu. Namun Ani dan Iva tak pernah mempermasalahkan latar belakang mereka. Setiap hari Ani dan Iva mengantar dan menjemput Ama bergantian dan mereka selalu membantu Ama setiap hari dalam bentuk apapun setiap hari. Pada dasarnya Ani dan Iva meskipun mereka berasal dari keluarga yang mampu namun mereka sangat sederhana dan rendah hati.

"Kamu gak dijemput pak Edi An?" tanya Iva. "Nggak Va, aku nebeng sampai rumah ya", pinta Ani sambil tersenyum. "Bisa, tapi jangan lupa ongkosnya ya", ucap Iva sambil tertawa renyah. "Beres". Mereka bertiga tertawa bersama. "Eh itu Pak Udin sudah datang", ucap Ama sambil menunjuk mobil honda jazz putih yang terparkir di depan sekolah.

Tiba-tiba Ani limbung saat mereka akan keluar dari gerbang sekolah. Iva dan Ama kompak berteriak dan panik ketika mendapati Ani pingsan di samping mereka.

Teriakan Ama dan Iva menarik perhatian orang-orang disekitarnya. Kebetulan Amin dan Miko yang paling dekat dengan mereka buru-buru mengangkat tubuh Ani.

"Kita bawa ke mobilku aja Min, Mik. Awalnya Amin dan Miko mau membawa Ani ke UKS namun mereka memutar arah ke mobil Iva.

Dengan panik Iva dan Ama mengikuti langkah Amin dan miko yang menggotong tubuh Ani. Untung Ani berjilbab bila bersekolah, hingga disaat darurat seperti ini auratnya tak terlihat dan Amin dan Miko tak sampai menyentuh kulit Ani secara langsung karena terhalang baju. Begitupun Iva dan Ama yang kompak berjilbab sejak mereka di bangku SMP meskipun di sekolah negeri.

Pak Udin yang melihat Ani digotong Amin dan Miko buru-buru membuka pintu mobil belakang dan dengan sangat hati-hati Amin dan Miko memasukkan Ani ke bangku mobil belakang yang sebelumnya Ama telah masuk dahulu untuk duduk kemudian menopang kepala Ani.

"Terima kasih Min, Mik", Ucap Iva dan Ama kompak. Amin dan Miko menganggukkan kepalanya.

"Apa perlu aku mengikuti kalian dari belakang?, biar nanti mengangkat Ani kalau sudah sampai rumah". Ucap Amin yang terlihat sangat kuatir melihat kondisi Ani yang lemah dan belum siuman meski Ama sudah berusaha menepuk-nepuk pipinya dengan pelan dan sudah mendekatkan minyak kayu putih ke hidung Iva yang ia dapat dari kotak PPPK yang ada di mobil Iva.

"Tidak perlu, kami mau bawa Ani ke Rumah Sakit aja, daripada pulang nanti terlalu lama takut terjadi apa-apa. Oke thanks ya friend, nanti aku kabari kalau sudah sampai rumah sakit Min, Mik". ucap Iva sambil menutup pintu mobilnya dengan nggak sabaran karena terlalu panik melihat kondisi Ani.

"Kita langsung ke RSU aja ya pak Udin", ucap Iva pada supirnya. Pak Udin mengangguk dan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Ama mencari HP Ani dan menghubungi ayah Ani yang tak terkunci. Ayah Ani panik dan mendukung inisiatif Iva dan Ama yang membawa Ani ke Rumah Sakit untuk penanganan Ani agar lebih intensif, tak lupa ayah Ani mengucapkan terimakasih pada Ama dan Iva yang telah menolong anaknya.

Ayah Ani panik dan segera mengajak ibu Ani tanpa mengatakan apapun pada ibu Indah. Ayah Ani tau jika istrinya akan shock jika mendengar Ani pingsan.

Sejak SMP memang sakit-sakitan, dia memiliki penyakit kelainan pada paru-parunya dan akan kambuh saat kondisi kurang fit, namun hampir tidak pernah kambuh saat di sekolah. Ani sering merasakan sesak nafas saat di rumah dan yang sering di waktu malam hari. Banyak penyebab Ani kambuh dari penyakitnya, terutama saat kelelahan dan udara dingin.

Mungkin karena itulah orang tua Ani sangat menjaga ketat Ani. Selama ini Ani dilarang keras keluar rumah sendiri sampai disediakan mobil dan supir khusus untuk Ani.

Selama ini Ani tak pernah memberontak dan melawan aturan yang diberikan orang tuanya pada dirinya. Karena Ani tau orang tuanya selalu memberikan yang terbaik untuknya. Seringkali teman laki-laki yang berusaha mendekati Ani dengan berkunjung kerumahnya dengan alasan kerja kelompok dan sebagainya di usir secara halus oleh ayahnya dan tak jarang mereka mendapat ceramah yang dari Bu Indah. Salah satunya Amin yang terus berusaha mendekati Ani.

Bagi orang tua Ani pekerjaan kelompok dengan lawan jenis itu haram hukumnya. Jika memang ada kerja kelompok dengan anak laki-laki Ani lebih suka mengerjakannya di sekolah atau di rumah kedua sahabatnya Ama dan Iva untuk menghindari kemarahan orang tuanya.

Beruntung Ani anak yang penurut dan mengerti agama hingga dia paham dengan takdir dan jodoh yang tak akan tertukar.

Mobil Iva memasuki halaman RSU dan mendekat ke pintu UGD. Ama keluar dari mobil dan memanggil perawat untuk membawa brankar tempat tidur. Ani digotong keluar Iva, Ama dan perawat rumah sakit dengan pak Udin yang memegang atas pintu mobil agar Ani dan yang lain tidak terbentur kap mobil.

Buru-buru perawat mendorong brankar menuju ruang UGD dan mengarahkan Iva mengurus administrasi. Ama membantu Iva mengurus administrasi Rumah Sakit dengan membongkar dompet Ani yang berisi kartu identitas dan kartu asuransi. Beruntung semua yang dibutuhkan Rumah Sakit ada dalam dompetnya.

Kurang lebih satu jam Ani ditangani di UGD namun belum ada tanda-tanda dokter keluar dari pintu tersebut. Ama dan Iva menunggu di ruang tunggu dengan saling berpegangan tangan.

Bersamaan pintu UGD terbuka Ayah dan Ibunya Ani datang. Nampak raut panik dari wajah Ibu Indah, begitupun Pak Ratno meski terlihat dibuat setenang mungkin.

Ama, Iva dan orang tua Ani mendekat ke arah dokter yang baru keluar dari pintu UGD dan dokter menjelaskan pertolongan pertama pada Ani sudah dilaksanakan dan Ani sudah siuman dan akan segera dipindah ke ruang perawatan dan disarankan Ani untuk dirawat beberapa saat di rumah sakit sampai kondisinya membaik.

Mereka mengikuti perawat yang mengantarkan Ani ke ruang perawatan. Setelah sampai Ani mengucapkan terimakasih pada kedua sahabatnya.

Mengingat Ani yang harus banyak istirahat maka Iva dan Ama berpamitan pada Ani dan mereka bergantian memeluk Ani untuk memberikan kekuatan pada sahabatnya itu. Kemudian merekapun berpamitan pada orang tua Ani.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!