...***...
BRAKKK
Meja yang ditempati oleh Bina, Renata, Doris, dan Nina itu di gebrak cukup keras hingga membuat piring berisi makanan mereka bergetar. Mereka mendongak spontan ke arah gadis yang baru saja tiba dengan kedua temannya. Dhira Lutfan, salah satu gadis yang cukup populer di jurusan IPS. Ia terkenal karena selalu berusaha mendekati Adnan, yang menjadi ciri khasnya adalah selalu ditemani oleh dua sahabatnya yaitu Jolie dan Marissa. Ketiganya berdiri di tepi meja yang ditempati Bina, Dhira menatap Bina dengan tatapan tajam sementara Bina balik menatapnya dengan tatapan bingung. Ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada kakak kelasnya itu yang tiba-tiba datang dan membuat mereka tersentak kaget.
"Lo cewek yang udah bikin Adnan malu, kan?" Dhira menatapnya sengit. Bina menaikkan sebelah alisnya; ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang baru saja dibicarakan Dhira padanya. "Maksud?" Ujar Bina memperjelas ketidakmengertiannya. Dhira mengeluarkan smirk-nya mendengar jawaban dari Bina.
"Nggak usah sok nggak ngerti deh. Gue tahu, Lo ngerti sama maksud gue 'kan?"
"Gue sama sekali nggak ngerti Lo lagi bicarain apa. Lagian Lo, tiba-tiba datang terus marah-marah sama gue." Bina tak bisa tinggal diam, sementara keduanya berdebat beda halnya dengan teman-teman Bina yang juga masih berusaha mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Apa yang sebenernya kalian omongin? Kenapa kalian tiba-tiba datang dan marah-marah sama Bina?" Renata mulai angkat bicara saat ia merasa nada bicara Dhira cukup mengesalkan.
"Iya. Apa yang sebenarnya kalian maksud?! Kenapa kalian marahin Bina?" Doris ikut bicara, sementara itu Nina mengeluarkan ponselnya dan mengecek forum sekolah. Wajahnya berubah terkejut saat melihat berita utama yang muncul di beranda informasi jurusannya.
"Kalian diem aja! Nggak usah ikut campur. Ini urusan gue sama dia!" Dhira menunjuk Bina tepat di depan wajahnya.
"Gimana kita nggak ikut campur. Bina itu teman kita, jadi kita nggak mungkin tinggal diem aja!" Doris melontarkan pembelaan. Dhira meraih gelas yang ada dihadapannya, lalu menyiram Bina yang dalam seketika membuat seragam yang ia gunakan basah dalam seketika. "Argh…" Bina beranjak bangun dari tempat duduknya saat bajunya baru saja disiram dengan air minum yang dipesannya. Bersamaan dengan itu ketiga temannya itu bangun dengan wajah terkejut. Dalam seketika kegaduhan mereka membuat seisi kantin menoleh kearahnya, membuat mereka menjadi pusat perhatian hanya dalam waktu hitungan detik.
"Ini hukuman karena Lo udah bikin Adnan malu, dan gue peringatin sama Lo, sekali lagi Lo bikin Adnan malu; Lo berhadapan sama gue." Dhira pergi bersama dengan kedua sahabatnya sementara Bina hanya bisa melongo tak berkata-kata saat gadis itu dengan santainya pergi tanpa merasa bersalah sama sekali. Bina mendengus kesal, ia mendelik ke arah Dhira dan kedua temannya. Begitu juga dengan Renata, Doris, dan Nina yang kini menatap penuh kesal ke arah dimana ketiganya menghilang dibalik pintu keluar.
"Punya kakak kelas kayak mereka emang sering bikin makan ati," gerutu Renata yang diangguki oleh Doris dihadapannya.
"Lagian barusan mereka itu ributin apa sih? Gue masih nggak negeri?"
"Jangankan Lo Ris, gue aja nggak ngerti soalnya mereka tiba-tiba datang udah gitu marah-marah nggak jelas," sahut Renata menatap Doris.
"Kayaknya gue tahu deh kenapa mereka marah," kata Nina yang berhasil menyita perhatian ketiganya.
"Kenapa?" Tanya Bina. Nina menyodorkan ponsel ditangannya ke arah Bina, ponsel itu menampakkan sebuah artikel yang berisi pertengkarannya pagi tadi bersama dengan Adnan saat di ruang loker.
"Wah, gila. Lo udah permaluin kak Adnan?" Renata menatapnya tak menyangka.
"Lo itu cewek pertama yang berhasil bikin Adnan malu. Selamat." Doris menyelamati.
"Lagian dia sifatnya benar-benar arogan, gue kesel banget jadinya. Apalagi dia bentak-bentak cewek sampe bikin dia malu dan nangis. Ya, gue nggak bisa tinggal diem 'lah." Bina terus terang. "Tapi ngomong-ngomong cewek-cewek tadi itu siapa? Kenapa mereka kesel banget pas tahu gue bikin malu dia?"
"Yang tadi itu kak Dhira, kak Jolie, sama kak Marissa. Dia kakak kelas kita, dan dia itu suka banget sama kak Adnan. Ya… walau kak Adnan udah sering nolak dia berulang kali, tapi dia tetep aja ngejar-ngejar kak Adnan." Jelas Renata.
"Jadi cuma gara-gara itu doang? Gue kira gara-gara apa dia marah sampe siram baju gue." Bina beralih menatap pada pakaiannya yang basah.
"Baju Lo jadi basah. Biar gue bantu lapin." Nina mengeluarkan beberapa lembar tisu dan membantu mengelap bagian tubuh Bina yang basah akibat disiram air oleh Dhira.
"Bagus, baju gue basah kayak gini. Sekarang gue nggak bakalan bisa ikut kelas berikutnya," gumam Bina yang kemudian membuang tisu ditangannya ke tong sama tak jauh dari sana.
"Ren, Lo bawa baju cadangan gak?" Doris menoleh ke arah gadis itu. "Nggak, baju cadangan gue lagi di cuci dan masih basah," jelas Renata.
"Gue bawa. Kalo mau, Lo bisa pake baju gue." Nina menawarkan. Doris dan Renata menoleh ke arahnya.
"Emangnya muat? Tubuh Lo 'kan yang paling mungil di antara kita," kata Doris.
"Nggak tau juga sih, tapi daripada masuk angin 'kan?"
"Benar juga sih…" Renata membenarkan.
"Gimana?" Nina menoleh pada Bina.
"Ya udah," sahut Bina menyetujui.
...*...
"Gue janji, besok gue balikin dalam keadaan bersih," kata Bina pada Nina. Kini mereka berempat berjalan menuju arah gerbang depan untuk pulang.
"Iya, santai aja." Nina tersenyum menanggapinya. Mereka melenggang menyusuri koridor untuk bisa tiba di gerbang depan, beberapa siswa berlalu-lalang di sekitarnya dan sesekali mereka mendengar beberapa obrolan mereka. Bina dan ketiga teman barunya itu mengobrol tentang banyak hal, bertanya beberapa hal juga pada Bina mengenai sekolah lamanya. Tapi tiba-tiba saat mereka melewati pertigaan, seseorang menarik Bina tanpa disadari ketiga temannya yang lain. Cowok itu menariknya ke sudut lain koridor yang cukup sepi. Renata, Doris dan Nina baru sadar saat mereka menoleh serentak dan mendapati gadis itu hilang dari samping mereka. Menghilang diantara orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya.
"Kemana Bina pergi?" Doris termangu, pandangannya mengedar mencari sosok gadis itu.
"Perasaan barusan masih sama kita." Nina ikut bingung. "Ayo kita cari," ujar Renata yang merasa ada yang tidak beres.
...*...
Setelah berteriak dan memberontak sekuat tenaga, akhirnya Adnan menghentikan langkahnya ditempat yang cukup sepi. Bina terkejut bukan main saat melihat Adnan yang ternyata telah menyeretnya hingga jauh dari ketiga temannya.
"Lo…" Bina amat terkejut melihat Adnan.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
ShiHoMi Channel
nitip jejak Thor
2022-02-22
0